Rupiah berhasil mencatat penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pekan ini, terbantu kinerja di menit-menit akhir dalam tiga hari perdagangan.
Pada hari Selasa, Rabu, dan Jumat, Mata Uang Garuda banyak menghabiskan waktu di zona merah, baru pada menit-menit akhir berhasil bangkit dan memukul balik dolar AS.
Berkat penguatan tiga hari tersebut, rupiah sepanjang pekan ini mampu penguatan tipis 0,07%, sekaligus mencatat penguatan tiga pekan beruntun.
Dibandingkan dengan mata uang utama Asia lainnya, kinerja rupiah cukup bagus dengan menempati tiga besar di saat mayoritas mengalami pelemahan melawan dolar AS.
Rupiah hanya kalah dari won Korea Selatan yang menguat 1,41% dan dolar Taiwan dengan penguatan 0,35%.
Rupee India menjadi mata uang terburuk pekan ini setelah melemah 0,36%. Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning di pekan ini.
Kesepakatan dagang fase I AS dengan China menjadi isu utama di awal pekan yang mempengaruhi perdagangan mata uang.
Pada Jumat (13/12/2019) pekan lalu, saat perdagangan dalam negeri sudah ditutup, AS dan China mengumumkan telah mencapai kesepakatan dagang fase I.
Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Kamis kemarin mengatakan kesepakatan dagang fase I akan ditandatangani pada awal Januari, ia menambahkan meski masih beberapa pekan ke depan tetapi sudah tidak ada lagi negosiasi.
Hal senada diungkapkan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow di awal pekan ini yang menyebut kesepakatan fase I sudah sepenuhnya selesai, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kudlow berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dari China akan menandatangani perjanjian tersebut pada awal Januari.
Dalam kesepakatan dagang fase I, tambahan bea masuk produk China--yang semula bakal berlaku pada 15 Desember--dibatalkan, dan AS juga menurunkan sebagian bea masuk importasi produk senilai US$ 120 miliar dari sebelumnya 15% menjadi 7,5%.
Sebagai gantinya, China dikatakan berkomitmen untuk membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Negeri Tiongkok juga akan membeli produk pertanian AS senilai US$ 32 miliar. Selain itu, China juga akan melakukan pembelian produk pertanian senilai US$ 5 miliar di luar angka-angka tersebut.
Patut diingat, AS masih menerapkan bea masuk yang tinggi, yakni 25% terhadap produk China senilai US$ 250 miliar, begitu juga dengan China yang belum mencabut atau mengurangi bea masuk importasi produk dari AS. Sehingga pada dasarnya perang dagang masih berlangsung, hanya tidak tereskalasi lagi.
Karenanya, kabar bagus kesepakatan dagang fase I AS China belum memberikan momentum penguatan yang besar bagi rupiah.
Sementara itu dari dalam negeri, pada hari Kamis Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga sebesar 5%. Keputusan tersebut sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 5%.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Desember 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (19/8/2019).
BI juga menunjukkan sikap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 akan lebih baik dengan memproyeksikan sebesar 5,1-5,5%, sementara untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini diprediksi sebesar 5,1%.
Pekan ini juga tidak lepas dari sentiment negatif yang datang dari risiko terjadinya
hard brexit serta pemakzulan Presiden AS Donald Trump.
Risiko terjadinya
hard Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun) menguat setelah CNBC International mengutip media lokal mewartakan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill), sehingga masa transisi tidak bisa diperpanjang lagi.
Partai Konservatif yang dipimpin Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) pada pekan lalu, bahkan menguasai kursi mayoritas parlemen, dengan demikian perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) kemungkinan besar akan terjadi pada 31 Januari 2020, dengan masa transisi yang berlangsung hingga akhir tahun depan.
Ketika ditanya mengenai apakah pemerintah akan melegislasi pembatasan masa transisi tidak lebih dari tahun 2020, salah satu menteri senior Inggris, Michael Gove mengatakan "tepat sekali", sebagaimana diwartakan
CNBC International.
Di tempat terpisah, dari Brussel pejabat Uni Eropa mengatakan jadwal perundingan dagang dengan Inggris "kaku" dan cenderung membatasi ruang lingkup untuk mencapai kesepakatan dagang.
Dengan singkatnya masa transisi, tentunya pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat. PM Johnson dikatakan akan melakukan pendekatan yang lebih keras di masa transisi tersebut, yang memicu kecemasan terjadinya hard Brexit.
Sementara itu pada hari Rabu waktu AS, residen AS, Donald Trump resmi dimakzulkan oleh House of Representative (DPR). Meski demikian, proses pemakzulan Trump masih belum selesai.
Pengadilan pemakzulan Trump akan digelar Senat AS, yang akan menentukan apakah Presiden AS ke-45 ini harus keluar dari Gedung Putih atau membebaskannya dari dakwaan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi penyelidikan Kongres AS atas dirinya. Dua dakwaan tersebut membuat Presiden Trump dimakzulkan di DPR AS.
Berbeda dengan DPR yang dikuasai Partai Demokrat selaku oposisi, Senat AS dikuasai oleh Partai Republik tempat Trump bernaung. Dari 100 kursi Senat, Partai Republik menguasai 53 kursi, dan untuk memakzulkan Trump dibutuhkan setidaknya 67 suara.
Melihat komposisi Senat AS tersebut, kecil kemungkinannya Trump akan lengser dari kursi AS 1. Tetapi tetap saja dinamika yang terjadi berimbas negatif ke rupiah.
Perry melihat pemakzulan Trump bisa menekan rupiah. "Perundingan dagang AS-China, Brexit, dan sebagainya tentu mempengaruhi pergerakan di pasar keuangan global, khususnya dari waktu ke waktu atau jangka pendek. Terkait impeachment, dalam jangka pendek tentu akan mempengaruhi kondisi pasar keuangan global termasuk nilai tukar," kata dia.
Namun, lanjut Perry, seberapa dalam pengaruh dari isu eksternal akan tergantung dari kondisi negara masing-masing. Dia menegaskan bahwa pengaruhnya di Indonesia relatif kecil.
TIM RISET CNBC INDONESIA