Presiden Trump Dimakzulkan, Rupiah Menguat 3 Pekan Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 December 2019 14:20
Kesepakatan Dagang dan Optimisme BI Beri Tenaga Rupiah
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (CNBC Indonesia/Cantika Dinda)
Kesepakatan dagang fase I AS dengan China menjadi isu utama di awal pekan yang mempengaruhi perdagangan mata uang. 

Pada Jumat (13/12/2019) pekan lalu, saat perdagangan dalam negeri sudah ditutup, AS dan China mengumumkan telah mencapai kesepakatan dagang fase I. 

Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Kamis kemarin mengatakan kesepakatan dagang fase I akan ditandatangani pada awal Januari, ia menambahkan meski masih beberapa pekan ke depan tetapi sudah tidak ada lagi negosiasi. 

Hal senada diungkapkan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow di awal pekan ini yang menyebut kesepakatan fase I sudah sepenuhnya selesai, sebagaimana diwartakan Reuters.



Kudlow berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dari China akan menandatangani perjanjian tersebut pada awal Januari.

Dalam kesepakatan dagang fase I, tambahan bea masuk produk China--yang semula bakal berlaku pada 15 Desember--dibatalkan, dan AS juga menurunkan sebagian bea masuk importasi produk senilai US$ 120 miliar dari sebelumnya 15% menjadi 7,5%. 

Sebagai gantinya, China dikatakan berkomitmen untuk membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Negeri Tiongkok juga akan membeli produk pertanian AS senilai US$ 32 miliar. Selain itu, China juga akan melakukan pembelian produk pertanian senilai US$ 5 miliar di luar angka-angka tersebut. 



Patut diingat, AS masih menerapkan bea masuk yang tinggi, yakni 25% terhadap produk China senilai US$ 250 miliar, begitu juga dengan China yang belum mencabut atau mengurangi bea masuk importasi produk dari AS. Sehingga pada dasarnya perang dagang masih berlangsung, hanya tidak tereskalasi lagi. 

Karenanya, kabar bagus kesepakatan dagang fase I AS China belum memberikan momentum penguatan yang besar bagi rupiah. 

Sementara itu dari dalam negeri, pada hari Kamis Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga sebesar 5%. Keputusan tersebut sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 5%.



"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Desember 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (19/8/2019).

BI juga menunjukkan sikap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 akan lebih baik dengan memproyeksikan sebesar 5,1-5,5%, sementara untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini diprediksi sebesar 5,1%.


(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular