Isu Pemakzulan Trump Masih Ramai, Rupiah Malah Juara Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 December 2019 08:21
Isu Pemakzulan Trump Masih Ramai, Rupiah Malah Juara Asia!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun rupiah mesti waspada karena situasi eksternal masih penuh ketidakpastian.

Pada Jumat (20/12/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.975 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup pasar spot dengan membukukan pelemahan 0,07%. Mata uang utama Asia lainnya juga cenderung melemah, tetapi tipis-tipis saja. Oleh karena itu, rupiah pun menjadi salah satu mata uang terlemah di Benua Kuning.


Namun hari ini ada peluang rupiah bisa membalikkan kedudukan. Faktor domestik menjadi penyokong penguatan rupiah.

Kemarin, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5%. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar.

Tanpa penurunan suku bunga acuan, berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah (terutama yang berpendapatan tetap seperti obligasi) masih menarik. Saat ini imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia seri acuan tenor 10 tahun adalah 7,24%.

Meski yield obligasi Indonesia dalam tren turun, tetapi masih lebih seksi ketimbang negara-negara tetangga. Yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun di Malaysia adalah 3,391%, Singapura 1,722%, Thailand 1,595%, Filipina 4,492%, dan India 6,746%.

Oleh karena itu, arus modal sepertinya masih akan terus masuk ke Surat Berharga Negara (SBN). Capital inflows ini yang menjadi modal penguatan rupiah.


Selain itu, BI juga memberikan proyeksi yang lebih optimistis untuk 2020. Jika pertumbuhan ekonomi tahun ini diramal sekitar 5,1%, maka tahun depan berpeluang membaik ke kisaran 5,1-5,5%.

Kemudian pertumbuhan kredit yang tahun ini diperkirakan hanya sekitar 8%, tahun depan bisa membaik ke 10-12%. Saat kredit tumbuh lebih cepat, maka pertumbuhan ekonomi otomatis akan terangkat.


Proyeksi yang positif ini membuat investor optimistis dengan prospek perekonomian Tanah Air. Hasilnya, pelaku pasar masih berkenan untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Akan tetapi, jalan rupiah di zona hijau hari ini sepertinya tidak akan mudah. Sebab kalau melihat mata uang negara-negara tetangga, sebagian besar masih melemah. Penguatan rupiah, meski tipis, sudah cukup untuk membuatnya menjadi mata uang terbaik di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:10 WIB:



Setidaknya ada dua faktor eksternal yang membuat investor masih belum berani bermain aman. Pertama, investor menunggu perkembangan pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden AS Donald Trump.

Kemarin, House of Representatives yang didominasi kubu oposisi Partai Republik memutuskan untuk memakzulkan Trump. Sang presiden ke-45 Negeri Adidaya dinilai mengancam keamanan negara dengan menjanjikan sesuatu kepada pihak lain, dalam hal ini Ukraina. Trump juga dituding menghalangi penyelidikan dengan tidak memberikan dokumen dan tidak mengizinkan pembantunya untuk bersaksi.


Namun Trump belum lengser dari kursi AS-1, karena untuk itu harus mendapat persetujuan dari Senat yang dikuasai oleh Partai Republik pendukung pemerintah. Oleh karena itu, Trump masih percaya diri bahwa dirinya tidak akan lengser.

"Setelah Demokrat tidak memberi saya kesempatan di House, tanpa pengacara, tanpa saksi, tanpa apa-apa, mereka sekarang ingin Senat melakukan seperti yang mereka lakukan. Sebenarnya, mereka tidak bukti apa-apa. Saya ingin proses segera!" cuit Trump di Twitter.



Suhu politik di Washington yang sedang panas membuat pelaku pasar belum berani bermain agresif. Lebih baik menunggu sampai ada perkembangan lebih lanjut.

Faktor kedua adalah penantian investor terhadap data pembacaan final angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 yang akan diumumkan malam ini waktu Indonesia. Pada pembacaan kedua, ekonomi AS disebut tumbuh 2,1% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Lebih baik dari pembacaan sebelumnya yaitu 1,9% dan realisasi kuartal II-2019 yang sebesar 2%.

Jika pada pembacaan final angkanya malah lebih baik lagi, maka pasar akan semakin yakin ruang pelonggaran moneter ke depan kian sempit. Sulit untuk berharap Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) kembali menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Akibatnya, berinvestasi di dolar AS menjadi semakin menarik. Pada pukul 08:05 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,05%.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular