Seia-Sekata, Euro Ikuti Jebloknya Poundsterling

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 December 2019 21:25
Berbeda dengan Selasa kemarin, mata uang 19 negara ini akhirnya mengikuti jebloknya nilai tukar poundsterling.
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Leonhard Foeger)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (18/12/2019) setelah mencatat penguatan dua hari beruntun. Berbeda dengan Selasa kemarin, mata uang 19 negara ini akhirnya mengikuti jebloknya nilai tukar poundsterling.

Pada pukul 20:42 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,1113 melemah 0,31% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama poundsterling merosot 0,48%. Sementara pada Selasa kemarin euro berhasil menguat tipis 0,06% di saat poundsterling jeblok 1,5%.

Dua mata uang Benua Biru kini seia-sekata, euro bahkan melemah saat beberapa ada kabar bagus dari Jerman. Ifo melaporkan iklim indeks iklim bisnis Jerman mengalami kenaikan menjadi 96,3 di bulan ini, dari bulan sebelumnya 95,1.



Data ini menunjukkan pelaku usaha semakin optimistis menatap kondisi ekonomi negeri Panzer enam bulan ke depan. Ketika dunia usaha semakin optimistis maka investasi tentunya akan semakin besar yang dapat menggerakkan roda perekonomian.

Reuters mewartakan data dari Ifo tersebut menunjukkan perekonomian Jerman akan tumbuh moderat di kuartal IV-2019. Itu artinya resesi yang mengancam perekonomian terbesar di Eropa ini semakin menjauh.

Meski demikian, data tersebut belum mampu mendongkrak kinerja euro pada hari ini. Kemungkinan terjadinya hard Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun) yang kembali menguat membuat poundsterling jeblok, dan turut menyeret euro.

Setelah Partai Konservatif pimpinan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) dan meraih suara mayoritas di parlemen, kini Johnson dikabarkan akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill).



CNBC International mengutip media local mewartakan PM Johnson akan merevisi undang-undang tersebut yang menghalangi diperpanjangnya masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Dengan singkatnya masa transisi, pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat PM Jonhson dikatakan akan melakukan pendekatan lebih keras di masa transisi itu. Hal ini memicu kekhawatiran tidak akan ada kesepakatan dagang antara Inggris dan Uni Eropa alias hard Brexit, poundsterling pun nyaris anjlok 2% sejak Selasa kemarin, dan euro terseret.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Ekonomi Global DIprediksi Makin Nyungsep, Dolar AS Diburu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular