Internasional

Ending Boeing 737 Max, Dulu 'Disayang' Sekarang 'Dibuang'

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
18 December 2019 12:54
Ending Boeing 737 Max, Dulu 'Disayang' Sekarang 'Dibuang'
Foto: Boeing 737 MAX (REUTERS/Matt Mills McKnight/File Photo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Boeing memutuskan untuk menghentikan produksi jet 737 Max nya. Penghentian produksi akan berlaku mulai Januari 2020 mendatang.

Izin terbang kembali yang tak kunjung datang dari Administrasi Penerbangan Federal (FAA) menjadi alasannya. Otoritas penerbangan Amerika Serikat itu hingga kini menahan izin, setidaknya hingga tahun 2020.


Sebelumnya dalam catatan, Kepala Pemasaran Boeing Stan Deal menegaskan langkah ini untuk kebaikan Boeing.

"Ini akan membuat sistem kami di posisi lebih baik untuk perbaikan dan lebih efisien untuk menyelesaikan pesawat ketika pada saatnya kami mengembalikan 737 Max ke layanan (penerbangan)," katanya sebagaimana dikutip dari Reuters.

Terlepas dari keputusan tersebut, ternyata Boeing 737 seri Max baik 8 maupun 9 merupakan seri Boeing yang laris dipesan.


[Gambas:Video CNBC]



Sebelum Boeing meluncurkan jet seri Max pada 2017, pesawat tersebut sudah dipesan sebanyak 1.700 unit, dan 200 diantaranya saat ini beroperasi di seluruh dunia.

Diproduksi di Renton, Washington, Amerika Serikat, pesawat ini dilengkapi dengan mesin LEAP-1B dari CFM Internasional yang diklaim dapat meredam suara mesin hingga 40%.

Kedua seri Max ini didesain efisien terhadap bahan bakar, sehingga umumnya pesawat yang menggunakan seri tersebut termasuk ke dalam maskapai bertarif rendah.

Selain itu, seri Max diklaim mampu menghemat bahan bakar hingga 20%. Hemat bahan bakar dan nyaman adalah dua faktor yang membuat seri tersebut diserbu banyak maskapai seluruh dunia.

Dengan kapasitas maksimal 210 kursi, seri Max 8 memiliki panjang 35,56 meter dengan lebar bentangan sayap sepanjang 35,9 meter. Boeing 737 Max 8 adalah pesawat Boeing pertama yang memiliki fitur double winglet (dua lekukan pada masing-masing ujung sayap).

Max tercatat sebagai varian paling laris sejak berdirinya Boeing. Hampir 4.700 pesanan berasal dari ratusan pelanggan di seluruh dunia. Lion Air dan Garuda Indonesia juga tercatat sebagai salah satu maskapai pembeli seri Max.


Nasib baik Boeing 737 Max tak pada 29 Oktober 2018 pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang. Sebanyak 189 orang yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, 2 pilot, 5 kru dinyatakan meninggal dunia.

Sehari sebelum kecelakaan itu sistem operasi pesawat tersebut bermasalah. Namun, pihak maskapai menegaskan bahwa masalah tersebut telah dibenahi sebelum pesawat kembali beroperasi.

Menurut laporan akhir dari investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Kementerian Perhubungan, ada sembilan faktor yang berkontribusi dalam kecelakaan tersebut. Secara garis besar adalah gabungan antara faktor mekanik, desain pesawat, dan kurangnya dokumentasi tentang sistem pesawat.

Selain itu, faktor lain yang berkontribusi adalah kurangnya komunikasi dan kontrol manual antara pilot dan kopilot beserta distraksi dalam kokpit.

Berdasarkan bukti rekaman data dan percakapan selama penerbangan, KNKT menyimpulkan bahwa kopilot tidak familiar dengan prosedur.

Hanya berselang lima bulan dari jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 Boeing kembali dikejutkan dengan jatuhnya Ethiopian Airline dengan seri pesawat yang sama yaitu Boeing 737 Max 8.

Pesawat Boeing 737 Max 8 milik Ethiopian Airlines jatuh pada 10 Maret 2019 dan menewaskan 157 orang penumpangnya. Tiga menit setelah lepas landas dari bandara Addis Ababa, pilot pesawat meminta izin untuk kembali karena kecepatan pesawat abnormal.

Saat itu seluruh kontak antara menara pengawas di bandara dengan Ethiopian Airlines nomor penerbangan 302 menuju Nairobi, hilang lima menit setelah pesawat lepas landas.

Semenit setelah pesawat lepas landas dari bandara, Kapten Pilot Yared Getachew melapor kepada menara pengawas, adanya masalah pada pesawat. Saat itu pesawat di bawah ketinggian minimum, dan masih terus naik.

Kemudian, pilot meminta izin untuk kembali ke bandara tiga menit setelah lepas landas. Menara pengawas memberikan izin, namun pesawat tersebut terus naik ke ketinggian yang tidak biasa, dan tiba-tiba menghilang dari radar militer.

Dua kecelakaan tersebut disinyalir karena masalah yang sama yaitu Angle of Attack. Angle of attack adalah parameter mendasar dari penerbangan yang mengukur derajat antara aliran udara dan sayap pesawat. Jika terlalu tinggi, maka dapat membuat pesawat mengalami kegagalan aerodinamis.

Selain itu MCAS (Manoeuvring Characteristics Augmentation System) juga disebut-sebut sebagai "biang kerok" terjadinya kecelakaan fatal dua pesawat terbang sejenis yang hanya terpaut waktu beberapa bulan saja.


Akibat dua kecelakaan tersebut, banyak negara memberlakukan larangan terbang (grounded) sementara pesawat Boeing 737 Max 8 dan Max 9 yang dimilikinya. Bahkan ada yang melarang adanya pesawat Boeing 737 Max terbang di wilayah udaranya.

Brasil menjadi negara Amerika Latin besar pertama yang menangguhkan pesawat terbang 737 Max 8 setelah ada permintaan langsung dari kepala jaksa federal negara itu.

Otoritas penerbangan sipil Meksiko dan Panama juga melarang penerbangan dengan Max 8 dan Max 9, sementara Kolombia mengatakan tidak akan mengizinkan pesawat Max 8 terbang ke wilayah udaranya.
Penangguhan yang dilakukan oleh negara-negara tersebut datang setelah China memutuskan mengandangkan pesawat Boeing Max.

Setelahnya, semakin banyak negara di dunia melarang penggunaan pesawat Boeing 737 Max di dalam wilayah udara mereka.

Saat itu ada 50 negara yang melarang terbang atau menangguhkan pesawat Boeing Max 8 termasuk Indonesia, dan Meksiko menjadi negara ke-50 yang mengambil tindakan pelarangan terhadap pesawat Boeing 737 Max 8.


Penghentian produksi ini dipastikan mempengaruhi ekonomi AS. Pertumbuhan PDB menurut peneliti Bloomberg Economics, Andrew Husby bisa bmengurangi satu poin persentase PDB.

JPMorgan Chase & Co juga menyebutkan PDB mungkin akan turun 0,15%. Sebelumnya para analis memperkirakan PDB AS di 2019 ini di 2,2% sementara di 2020 di 1,8%.

Selain untuk negara, Boeing juga telah memberikan kontribusi penting bagi investor. Meski harga sahamnya telah kehilangan seperempat dari nilainya sejak Maret, saham Boeing tetap menjadi salah satu saham berkinerja terbaik dalam dekade terakhir, memberi keuntungan lebih dari 500%.

Kapitalisasi pasar total Boeing juga telah meningkat hampir US$ 145 miliar dalam 10 tahun. Jumlah itu sekitar Rp 2 ribu triliun lebih (estimasi kurs Rp 14.000/dolar). Perusahaan juga telah membagikan US$ 62 miliar kepada para investornya dalam bentuk dividen dan pembelian kembali saham.


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular