Abaikan Anjloknya Poundsterling, Euro Merangkak Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2019 20:10
Mata uang Benua Eropa bergerak berlawanan arah hari ini, saat poundsterling jeblok melawan dolar AS, sementara nilai tukar euro menguat
Foto: Mata uang (REUTERS/Cathal McNaughton)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Benua Eropa bergerak berlawanan arah pada hari ini, di saat poundsterling sedang jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS), sementara nilai tukar euro menguat lagi.

Pada pukul 19:57 WIB poundsterling melemah 1,08% ke US$ 1,3185, sementara euro menguat 0,22% ke US$ 1,1166 di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Anjloknya poundsterling dipicu oleh rencana PM Jonhson yang akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill). CNBC International mengutip media lokal mewartakan PM Johnson akan merevisi undang-undang tersebut yang menghalangi diperpanjangnya masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).



Setelah Partai Konservatif yang dipimpin Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) pada pekan lalu, bahkan menguasai kursi mayoritas parlemen, Brexit kemungkinan besar akan terjadi pada 31 Januari 2020. Masa transisi akan berlangsung hingga akhir tahun depan.

Dengan singkatnya masa transisi, tentunya pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat, hal ini memicu kekhawatiran tidak akan ada kesepakatan dagang antara Inggris dan Uni Eropa.

Sementara itu euro justru terus merangkak naik sejak Senin kemarin. Kabar kesepakatan dagang fase I AS-China memunculkan harapan akan bangkitnya perekonomian global, termasuk zona euro.

Kabar terbaru yang diwartakan Reuters, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Kudlow kompak menyatakan jika kesepakatan fase I sudah sepenuhnya selesai.

Lighthizer dalam acara Face the Nation yang ditayangkan di CBS mengungkapkan bahwa naskah kesepakatan damai dagang AS-China tinggal menunggu pemeriksaan yang sifatnya rutin saja. Tidak ada perubahan yang mendasar karena semua sudah disepakati.

Sementara Kudlow berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping dari China akan menandatangani perjanjian tersebut pada awal Januari. Selepas itu, AS-China akan memulai negosiasi damai dagang fase II.



Perang dagang AS-China yang sudah berlangsung selama 18 bulan turut membuat perekonomian zona euro. Jerman, negara yang berorientasi ekspor sekaligus motor penggerak ekonomi zona euro, menjadi yang paling terpukul.

Negeri Panser ini nyaris mengalami resesi di kuartal III-2019 lalu. Hingga Desember ini, sektor manufaktur Jerman tercatat mengalami kontraksi dalam dua belas bulan beruntun. Karenanya, besar harapan ekonomi akan bangkit setelah penandatangan kesepakatan dagang AS-China fase I.

Analis Goldman Sachs, Mikhail Sprogis, yang memprediksi harga emas akan ke US$ 1.600/troy ons di tahun depan, menjadikan penguatan mata uang utama dan negara emerging market melawan dolar AS sebagai dasar prediksi tersebut.

Sprogis mengatakan ketika pertumbuhan ekonomi global membaik maka mata uang utama dan emerging market akan menguat melawan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Ekonomi Global DIprediksi Makin Nyungsep, Dolar AS Diburu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular