Poundsterling Anjlok Lebih dari 1% di Awal Sesi Eropa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2019 17:08
Penguatan tajam poundsterling pada hari Jumat (13/13/2019) merespon kemenangan Partai Konservatif kini sudah terbabat habis.
Foto: Ilustrasi koin Poundsterling (REUTERS / Dado Ruvic)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling Inggris anjlok lebih dari 1% memasuki perdagangan sesi Eropa Selasa (17/12/2019), semakin menjauhi level tertinggi 19 bulan.

Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson yang membuat poundsterling meroket ke level tertinggi 19 bulan, ia pula yang membuat poundsterling anjlok 1,28% ke US$ 1,3158 kali ini. Posisi tersebut berhasil sedikit diperbaiki, pada pukul 16:40 WIB, mata uang Negeri John Bull ini berada di level US$ 1,3190, melemah 1,05% di pasar spot melansir data Refinitiv.



Anjloknya poundsterling dipicu oleh rencana PM Jonhson yang akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill).

CNBC International mengutip media local mewartakan PM Johnson akan merivisi undang-undang tersebut yang menghalangi diperpanjangnya masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Setelah Partai Konservatif yang dipimpin Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) pada pekan lalu, bahkan menguasai kursi mayoritas parlemen, Brexit kemungkinan besar akan terjadi pada 31 Januari 2020. Masa transisi akan berlangsung hingga akhir tahun depan.



Dengan singkatnya masa transisi, tentunya pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat, hal ini memicu kekhawatiran tidak akan ada kesepakatan dagang antara Inggris dan Uni Eropa. PM Jonhson dikatakan akan melakukan pendekatan yang lebih keras di masa transisi tersebut.

Akibatnya performa impresif poundsterling pada pekan lalu seakan sirna. Kemenangan Partai Konservatif yang memudahkan proses Brexit 31 Januari nanti, justru memicu kecemasan baru.



"Sepertinya kursi mayoritas parlemen yang diraih Johnson memungkinkan ia untuk melakukan pendekatan yang keras, yang pasar tidak terlalu suka... Mengingat ekonomi Inggris sedang melambat dan perusahaan-perusahaan mulai meninggalkan Inggris karena Brexit, short-covering poundsterling terlihat sudah berakhir" kata Masafumi Yamamoto, kepala ahli strategi mata uang di Mizuho Securities.

Penguatan tajam poundsterling pada hari Jumat (13/13/2019) merespon kemenangan Partai Konservatif kini sudah terbabat habis.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lockdown di Inggris Masih Dipertahankan, Poundsterling KO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular