
Menangi Pemilu Bikin BoJo Jumawa, Poundsterling Tersungkur
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2019 12:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (17/12/2019), menjauhi level terkuatnya dalam 19 bulan terakhir.
Poundsterling anjlok 0,5% di awal perdagangan hari ini, sebelum memperbaiki posisinya dan berada di level US$ 1,3294, melemah 0,26% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sebelumnya pada hari Jumat (13/12/2019) poundsterling meroket dan mencapai level tertinggi sejak Mei 2017 US$ 1,3514.
Penguatan terjadi setelah Partai Konservatif memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) dan meraih suara mayoritas dalam di parlemen. Partai yang juga disebut Tory ini meraih kursi sebanyak 365 dari 650 kursi parlemen. Jumlah tersebut bertambah 47 kursi dibandingkan Pemilu 2017 lalu.
Sementara itu, lawan terberatnya Partai Buruh meraih 203 kursi, berkurang 59 kursi dibandingkan Pemilu 2017. Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri (PM) Boris Johnson.
Dengan kemenangan ini, Boris Johnson otomatis mempertahankan posisinya sebagai orang nomor satu di pemerintah Inggris. Selain itu, dengan dikuasainya kursi mayoritas parlemen, proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) bisa berjalan mulus.
Seperti diketahui sebelumnya, proposal Brexit selalu kandas di Parlemen Inggris. Proposal terbaru yang dibuat PM Johnson dan telah disetujui oleh Komisi Eropa kandas lagi di Parlemen Inggris sehingga deadline Brexit yang seharusnya pada 31 Oktober lalu mundur menjadi 31 Januari tahun depan.
Namun, dengan kemenangan tersebut PM Johnson sepertinya menjadi jumawa. Parlemen Inggris yang sudah dikuasi tentunya memudahkan proposal Brexit apapun yang dibuatnya.
CNBC International mewartakan, PM Johnson kini berencana merubah Undang-undang Perjanjian Keluar dari Uni Eropa atau Withdrawal Agreement Bill, dan akan melakukan pendekatan lebih keras di masa transisi. Setelah Tory menguasai Parlemen Inggris, Brexit hampir dipastikan terjadi pada 31 Januari, dan akan ada masa transisi hingga akhir 2020.
Perubahan Withdrawal Agreement Bill membuat harapan pelaku akan PM Johnson mau melakukan pendekatan yang lebih fleksibel saat masa transisi menjadi memudar, poundsterling pun jeblok.
"Sepertinya kursi mayoritas parlemen yang diraih Johnson memungkinkan ia untuk melakukan pendekatan keras, yang pasar tidak terlalu suka... Mengingat ekonomi Inggris sedang melambat dan perusahan-perusahaan mulai meninggalkan Inggris karena Brexit, short-covering poundsterling terlihat sudah berakhir," kata Masafumi Yamamoto, kepala ahli strategi mata uang di Mizuho Securities.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lockdown di Inggris Masih Dipertahankan, Poundsterling KO
Poundsterling anjlok 0,5% di awal perdagangan hari ini, sebelum memperbaiki posisinya dan berada di level US$ 1,3294, melemah 0,26% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penguatan terjadi setelah Partai Konservatif memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) dan meraih suara mayoritas dalam di parlemen. Partai yang juga disebut Tory ini meraih kursi sebanyak 365 dari 650 kursi parlemen. Jumlah tersebut bertambah 47 kursi dibandingkan Pemilu 2017 lalu.
Sementara itu, lawan terberatnya Partai Buruh meraih 203 kursi, berkurang 59 kursi dibandingkan Pemilu 2017. Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri (PM) Boris Johnson.
Dengan kemenangan ini, Boris Johnson otomatis mempertahankan posisinya sebagai orang nomor satu di pemerintah Inggris. Selain itu, dengan dikuasainya kursi mayoritas parlemen, proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) bisa berjalan mulus.
Seperti diketahui sebelumnya, proposal Brexit selalu kandas di Parlemen Inggris. Proposal terbaru yang dibuat PM Johnson dan telah disetujui oleh Komisi Eropa kandas lagi di Parlemen Inggris sehingga deadline Brexit yang seharusnya pada 31 Oktober lalu mundur menjadi 31 Januari tahun depan.
Namun, dengan kemenangan tersebut PM Johnson sepertinya menjadi jumawa. Parlemen Inggris yang sudah dikuasi tentunya memudahkan proposal Brexit apapun yang dibuatnya.
CNBC International mewartakan, PM Johnson kini berencana merubah Undang-undang Perjanjian Keluar dari Uni Eropa atau Withdrawal Agreement Bill, dan akan melakukan pendekatan lebih keras di masa transisi. Setelah Tory menguasai Parlemen Inggris, Brexit hampir dipastikan terjadi pada 31 Januari, dan akan ada masa transisi hingga akhir 2020.
Perubahan Withdrawal Agreement Bill membuat harapan pelaku akan PM Johnson mau melakukan pendekatan yang lebih fleksibel saat masa transisi menjadi memudar, poundsterling pun jeblok.
"Sepertinya kursi mayoritas parlemen yang diraih Johnson memungkinkan ia untuk melakukan pendekatan keras, yang pasar tidak terlalu suka... Mengingat ekonomi Inggris sedang melambat dan perusahan-perusahaan mulai meninggalkan Inggris karena Brexit, short-covering poundsterling terlihat sudah berakhir," kata Masafumi Yamamoto, kepala ahli strategi mata uang di Mizuho Securities.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lockdown di Inggris Masih Dipertahankan, Poundsterling KO
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular