Suku Bunga Siap Dipangkas Lagi, Kurs Dolar Australia Loyo

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 December 2019 11:22
Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (17/12/2019) setelah mencatat penguatan di awal pekan kemarin.
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (17/12/2019) setelah mencatat penguatan di awal pekan kemarin.

Pada pukul 10:50 WIB, AU$ 1 setara dengan Rp 9.620,67, dolar Australia melemah 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pelemahan di pasar spot juga berdampak pada kurs dolar Australia di dalam negeri, berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 11:05 WIB.

BankKurs BeliKurs Jual
Bank BNI9.663,009.592,00
Bank BRI9.585,479.751,95
Bank Mandiri9.601,009.641,00
Bank BTN9.523,009.729,00
Bank BCA9.611,879.641,87
CIMB Niaga9.624,009.633,00


Pelemahan Mata Uang Kanguru hari ini dipicu rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) pagi tadi. Notula rapat awal Desember tersebut menunjukkan RBA sedang menyiapkan pelonggaran moneter lebih lanjut.

Bank sentral pimpinan Philip Lowe ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang 2019, masing-masing sebesar 25 basis poin hingga ke rekor terendah 0,75%. Kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk, inflasi yang rendah, serta pertumbuhan ekonomi yang melambat membuat RBA memangkas suku bunga secara agresif untuk memberikan stimulus ke perekonomian.



Perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi salah satu penyebab melambatnya ekonomi Australia. Oleh karena itu, kabar AS-China mencapai kesepakatan dagang fase I disambut bagi oleh pelaku pasar yang menumbuhkan harapan akan membaiknya kondisi perekonomian.

Dampaknya, dolar Australia menguat sejak pekan lalu, hingga Senin kemarin.

Seperti diketahui bersama, kedua negara sudah mencapai kesepakatan dagang fase I pada Jumat (13/12/2019) pekan lalu.

Kesepakatan tersebut diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitternya.



"Kami telah menyetujui kesepakatan fase I yang begitu besar dengan China. Mereka sepakat untuk melakukan berbagai perubahan struktural dan pembelian besar-besaran terhadap produk pertanian, energi, dan manufaktur AS. Bea masuk dengan tarif 25% tetap tidak berubah, tetapi sisanya (turun) menjadi 7,5%.

Presiden AS ke-45 ini juga mengatakan bea masuk importasi produk dari China yang seharusnya berlaku pada 15 Desember resmi dibatalkan.
"Rencana pengenaan bea masuk baru pada 15 Desember tidak akan terjadi karena pada kenyataannya kami sudah membuat kesepakatan. Kami akan memulai negosiasi untuk fase II sesegera mungkin, tidak menunggu setelah Pemilu 2020. Ini adalah kesepakatan yang luar biasa bagi kita semua. Terima kasih!" cuit Trump dalam utas (thread) di Twitter.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular