Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun ada pengumuman data neraca perdagangan yang kembali defisit, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup tanpa pernah menyicipi zona koreksi kemarin (16/12/19). Indeks sempat menguat hingga 0,46% ke level 6.225 pada jeda siang, tetapi apresiasi IHSG menipis menjadi 0,23% ke level 6.211 ketika ditutup di sore hari.
Penguatan terutama disumbangkan sektor aneka industri yang menguat hingga 1,52% terutama karena meroketnya saham PT Astra International Tbk (ASII) yang mendominasi indeks sektoral tersebut.
Masih dari Grup Astra, di mana melonjak naiknya saham sayap tambang dan alat berat ASII yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar 3,9% mendukung kenaikan indeks perdagangan yang menguat signifikan 1,01%. Dari sembilan sektor, hanya ada tiga yang terkoreksi yakni industri dasar, agribisnis, dan tambang.
Penguatan indeks tersebut juga tidak lepas dari masuknya dana investasi investor asing yang sudah 2 hari menghijaukan pasar saham domestik, masing-masing Rp 451,59 miliar pada Jumat pekan lalu dan Rp 160,83 miliar kemarin.
Belum lagi, aliran dana asing yang semakin deras tersebut diikuti oleh bertambahnya nilai transaksi pasar meskipun semakin dekat dengan musim liburan Natal. Dalam 3 hari bursa terakhir, nilai transaksi naik menjadi Rp 9,16 triliun, Rp 8,38 triliun, dan Rp 8,06 triliun di pasar saham dan mengangkat nilai transaksi harian Desember menjadi Rp 7,18 triliun/hari, dari sebelumnya hanya Rp 6,67 triliun/hari.
Perkembangan yang positif terkait negosiasi dagang Amerika Serikat (AS)-China adalah alasan utama IHSG mampu menguat kemarin. Menjelang akhir pekan kemarin, AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.
Selain itu, pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) terkait rilis data neraca perdagangan November yang kemungkinan besar fokus pada angka nilai impor US$ 15,34 miliar, turun 9,24% jika dibandingkan nilai pada November 2018. Kontraksi impor lebih tipis jika dibandingkan dengan konsensus yang memproyeksikan kontraksi hingga 13,41% secara tahunan.
Meskipun pasar saham menghijau, harga obligasi rupiah pemerintah justru terkoreksi tipis di awal pekan ini. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 3 basis poin (bps) menjadi 7,25%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 16 Dec'19 |
Seri | Jatuh tempo | Yield 13 Dec'19 (%) | Yield 16 Dec'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 16 Dec'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.608 | 6.62 | 1.20 | 6.6162 |
FR0078 | 10 tahun | 7.223 | 7.253 | 3.00 | 7.2647 |
FR0068 | 15 tahun | 7.698 | 7.722 | 2.40 | 7.7238 |
FR0079 | 20 tahun | 7.805 | 7.811 | 0.60 | 7.8199 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.066,7 triliun SBN, atau 38,58% dari total beredar Rp 2.765 triliun berdasarkan data per 13 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 173,45 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 430 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 1,1 triliun.
Sayangnya, arus dana asing ke pasar SUN pada akhir pekan lalu itu tidak disertai penguatan rupiah hingga kemarin sore. Rupiah terkoreksi tipis 0,14% hingga kembali ke Rp 14.000/dolar AS dari Rp 13.980/dolar AS.
Pelemahan SUN dan rupiah tersebut terutama terjadi di tengah ketidakpastian yang masih membayangi proses damai dagang AS-China.
Meskipun disebut sudah mencapai kata sepakat, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Emmet Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalkan kesepakatan dagang tahap satu tersebut pada pekan pertama Januari 2020, yang tidak sebentar.
[Gambas:Video CNBC]
Ketidakpastian damai dagang AS-China itu menjadi faktor yang membuat pelaku pasar keuangan Asia masih khawatir kemarin, ditambah faktor internal India dan faktor Amerika-Eropa.
Masih terkait AS-China, Dalam catatan yang dikutip CNBC International, kepala ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius, mengatakan pemangkasan bea masuk yang dilakukan AS hanya setengah dari asumsi yang dibuatnya.
Adanya ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS-China tampak menjadi faktor yang membuat pelaku pasar memilih memasang posisi defensif di pasar saham Asia. Hasilnya, indeks Nikkei di Jepang turun 0,29%, indeks Hang Seng di Hong Kong jatuh 0,65%, indeks Straits Times di Singapura terpeleset 0,11%, dan indeks Kospi di Korsel terkoreksi 0,1%.
Indeks Saham Asia | Perubahan (%) |
Topix | Jepang | -0.18 |
Straits Times | Singapura | -0.25 |
Shanghai Composite | China | 0.56 |
Hang Seng | Hong Kong | -0.65 |
Kospi | Korsel | -0.12 |
Sumber: Refinitiv
Walaupun Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut detail nilainya.
Bahkan, seorang profesor di Renmin University dan juga penasihat kabinet yaitu Shi Yinhong menilai China sedang mengadapi tekanan berat untuk memenuhi target perundingan fase pertama. Shi memprediksi importasi produk pertanian AS oleh China seperti kedelai akan lebih banyak daripada kebutuhan China.
Selain itu, demonstrasi berdarah juga masih mewarnai daerah-daerah kantong muslim di pinggiran India, setelah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi mengeluarkan UU Kewarganegaraan baru yang dianggap anti-muslim. Setidaknya, enam orang dilaporkan tewas dalam bentrokan yang terjadi serentak di beberapa kota yang mayoritas dihuni warga muslim.
Lain di Asia, lain juga di Eropa. Pasar saham Benua Biru tampaknya lebih positif menyikapi fase pertama damai dagang AS-China. Selain itu, nada positif dari Perdana Menteri Inggris Raya Boris Johnson yang berjanji akan memproses Brexit dalam waktu singkat (speedy Brexit) ternyata 'dimakan' oleh publik sekawasan.
Optimisme itu tercermin dari penguatan indeks saham yang tidak sedikit. FTSE 100, atau yang juga dikenal sebagai Footsie itu, menguat hingga mencetak rekor penguatan tertinggi sejak 29 Juni 2016, baik dari sisi nilai mapupun persentase.
Indeks saham-saham unggulan (blue chip) itu ditutup naik 2,25% menjadi 7.519 setelah bergerak di antara 7.353-7.552. Bahkan, tidak sedikit pelaku pasar di Negeri Asap Hitam itu menjuluki penguatan indeks semalam dengan istilah Loncatan Boris ('Boris Bounce').
Penguatan di Inggris juga terjadi di Jerman dengan naiknya indeks DAX 0,94%, juga tercermin oleh naiknya CAC 40 di Prancis 1,23%.
Indeks Saham Eropa | Perubahan (%) |
FTSE 100 | Inggris Raya | 2.25 |
DAX | Jerman | 0.94 |
CAC 40 | Prancis | 1.23 |
Sumber: Refinitiv
Penguatan di bursa saham Eropa terjadi meskipun ada dua hal yang juga membayangi semalam. Pertama, adalah data Markit Manufacturing PMI Flash periode Desember di Jerman, Inggris, dan Uni Eropa yang realisasinya lebih rendah prediksi konsensus pasar.
Kedua, ada juga ancaman tentang potensi berlanjutnya perang dagang AS-Uni Eropa. Pasalnya adalah laporan CNBC International yang menunjukkan bahwa AS sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan bea masuk hingga 100% terhadap produk-produk impor asal Eropa.
Kantor Perwakilan Dagang AS telah menerbitkan dokumen terkait daftar barang-barang asal Eropa yang dipertimbangkan untuk dikenai bea masuk hingga 100%. Beberapa barang yang menjadi target di antaranya adalah wiski asal Irlandia, Scotch, serta Cognac.
Selain itu, minyak zaitun asal Spanyol, keju asal Prancis, pisau asal Jerman, hingga fillet ikan asal Portugal juga dipertimbangkan untuk dikenakan bea masuk hingga 100%.
Bea masuk ini merupakan buntut dari perselisihan kedua negara dalam hal pemberian subsidi ilegal oleh pemerintah Eropa untuk perusahaan pembuat pesawat terbang Airbus.
Untuk diketahui, AS telah lama menuduh bahwa subsidi yang diberikan Uni Eropa untuk Airbus merugikan produsen pesawat terbang AS, Boeing. AS juga mengatakan Uni Eropa telah melanggar peraturan World Trade Organization (WTO) dalam hal pemberian subsidi itu, di mana WTO sendiri telah memenangkan AS dalam gugatannya melawan Uni Eropa.
Akhirnya sentimen positif dari AS kembali lagi ke Negeri Paman Sam. Tadi pagi, Wall Street ditutup menghijau dengan dorongan utama dari sentimen positif perang dagang AS-China. Informasi terbaru yang meningkatkan optimisme pasar adalah pernyataan Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Lawrence 'Larry' Alan Kudlow yang menyatakan bahwa nilai ekspor AS ke China akan meningkat hingga US$ 200 miliar dalam 2 tahun ke depan.
Meskipun sisi AS masih optimis, tetapi dari sisi China masih ada pejabat yang menyatakan perselisihan dagang kedua negara belum terselesaikan.
Indeks Saham AS | Perubahan (%) |
S&P 500 | 0.71 |
Dow Jones Industrial Avg | 0.36 |
Nasdaq Composite | 0.91 |
Sumber: Refinitiv
Pertama, dukungan positifnya hawa damai dagang dari AS-China masih akan menjadi pendorong utama bagi keyakinan
pasar.Kedua, optimisme pasar keuangan global yang tercermin dari kenaikan Wall Street dapat menjadi dorongan lagi terhadap hijaunya pasar keuangan dunia hari ini, termasuk pasar saham dan pasar obligasi domestik.
Ketiga, sisi negatifnya adalah potensi dibatasinya penguatan oleh efek dari demonstrasi di India dapat melebar dan menyebabkan negara-negara tetangga dan negara-negara yang sensitif terhadap agama seperti Indonesia dapat turut campur dan mendorong perselisihan ke depannya.
Ketiga, potensi memanasnya hubungan dagang AS-Uni Eropa setelah berpaling dari front Asia-China akan turut meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar.
Keempat, dengan dukungan dari turunnya kekhawatiran pasar, faktor fundamental dan teknikal pasar saham dalam negeri yang semakin kondusif baik dari sisi nilai perdagangan maupun aliran dana investasi asing (
inflow) dapat menjadi katalis tambahan tersendiri dan dapat menentukan bagi pergerakan pasar saham domestik hari ini.
Masuknya dana investasi investor asing sudah terjadi 2 hari menghijaukan pasar saham domestik, masing-masing Rp 451,59 miliar pada Jumat pekan lalu dan Rp 160,83 miliar kemarin.
Faktor itu ditambah nilai transaksi pasar yang meningkat terutama dalam 3 hari bursa terakhir, dengan nilai transaksi yang naik menjadi Rp 9,16 triliun, Rp 8,38 triliun, dan Rp 8,06 triliun di pasar saham dan mengangkat nilai transaksi harian Desember menjadi Rp 7,18 triliun/hari, dari sebelumnya hanya Rp 6,67 triliun/hari.Secara teknikal, IHSG juga masih bullish karena berada di level tertingginya dalam 5 pekan terakhir. Secara rata-rata, pergerakan IHSG juga masih kokoh berada di atas nilai rata-ratanya dalam 5 hari hingga 10 hari terakhir (moving average, MA5/MA10).
Melihat dari pola grafik candlestick yang terbentuk kemarin, potensi penguatan pada hari ini menurun seiring terbentuknya pola bintang jatuh (shooting star), pola tersebut menggambarkan tekanan jual yang mulai muncul meski tingkat kekuatannya sedang.
Sepanjang perdagangan IHSG selalu bergerak di zona hijau, terutama di awal perdagangan karena sentimen positif dari damai dagang AS-China yang merupakan kekuatan utama ekonomi dunia saat ini. Hal ini membuat pelaku pasar baik lokal maupun asing kembali berani masuk ke pasar saham.
Jika kondisi positif ini bertahan, bukan tidak mungkin perkembangan pasar saham di dalam negeri merupakan pratanda atau bahkan penarik minat bagi datangnya
window dressing di akhir tahun, atau yang biasa disebut Santa Claus Rally.
Selasa (17/12/19)
Data pengangguran, Inggris, 16.30.
Neraca perdagangan, Uni Eropa, 17.00.
RUPS, public expose PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN).
RUPS PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC).
RUPS PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS).
RUPS PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (MFMI).
RUPS PT NFC Indonesia Tbk (NFCX).
Public expose PT Communication Cable Systems Indonesia Tbk (CCSI).
Public expose PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK).
Public expose PT Dyandra Media International Tbk (DYAN).
Public expose PT Enseval Putra Megatrading Tbk (EPMT).
Public expose PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI).
Public expose PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU).
Public expose PT Pan Brothers Tbk (PBRX).
Rabu (18/12/19)
Data persediaan minyak mentah API, Amerika Serikat, 04.30.
Neraca perdagangan, Jepang, 06.50.
Inflasi, Inggris Raya, 16.30.
Inflasi, Uni Eropa, 17.00.
Pencatatan saham PT Putra Mandiri Jembar Tbk (PMJS).
Hari terakhir perdagangan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD/rights) PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP).
Pembayaran dividen interim tunai PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS).
Pembayaran dividen interim tunai PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
RUPS PT Merck Tbk (MERK).
RUPS, public expose PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS).
Public expose PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII).
Public expose PT MD Pictures Tbk (FILM).
Public expose PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS).
Public expose PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO).
Kamis (19/12/19)
Suku bunga acuan, Jepang, 10.00.
Suku bunga acuan 7DRRR, Indonesia, 14.30.
Penjualan ritel, Inggris Raya, 16.30.
Suku bunga acuan, Inggris Raya, 17.00.
Pembayaran dividen interim tunai PT Indo Kordsa Tbk (BRAM).
Mulai pelaksanaan waran PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI).
RUPS PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
RUPS PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA).
RUPS PT Perdana Bangun Perkasa Tbk (KONI).
RUPS PT Triwira Insanlestari Tbk (TRIL).
RUPS, public expose PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI).
RUPS, public expose PT Indah Perkasa Sentosa Tbk (INPS).
Public expose PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX).
Public expose PT Capitalinc Investment Tbk (MTFN).
Public expose PT Cipta Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP).
Public expose PT First Indo American Leasing Tbk (FINN).
Public expose PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO).
Public expose PT Modernland Internasional Tbk (MDRN).
Public expose PT Natura City Developments Tbk (CITY).
Public expose PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN).
Public expose PT Ultra Jaya Industry & Trading Company Tbk (ULTJ).
Jumat (20/12/19)
Inflasi, Jepang, 06.30.
Indeks keyakinan konsumen, Inggris Raya, 07.00.
Suku bunga pinjaman utama 1 tahun (acuan), China, 08.30.
Penjualan motor, Indonesia, 17.00.
Data pertumbuhan kredit, Indonesia, 17.00.
Neraca berjalan, pertumbuan PDB (ekonomi), Inggris Raya, 16.30.
Pertumbuan PDB (ekonomi), Amerika Serikat, 20.30.
Pencatatan saham PT Uni-Charm indonesia Tbk (UCID).
Pembayaran dividen interim tunai PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Pembayaran dividen interim tunai PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Pembayaran dividen interim tunai PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JASS).
RUPS, public expose PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS).
RUPS, public expose PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM).
RUPS, public expose PT Electronic City Tbk (ECII).
RUPS, public expose PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP).
RUPS PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME).
Public expose PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP).
Public expose PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI)
Public expose PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU).
Public expose PT Leo Investments Tbk (ITTG)
Public expose PT Lautan Luas Tbk (LTLS).
Public expose PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI).
Public expose PT Paninvest Tbk (PNIN).
Public expose PT Panin Financial Tbk (PNLF).
Public expose PT Millenium Pharmacon International Tbk (SDPC)
Public expose PT Siantar Top Tbk (STTP).
Sabtu (21/12/19)
PT Bima Finance Tbk (BIMF) jatuh tempo obligasi berkelanjutan II/tahap I/2016/seri C.
Berikut indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (3Q-2019 YoY) | 5,02% |
Inflasi (November 2019 YoY) | 3% |
BI 7-Day Reverse Repo Rate (November 2019) | 5% |
Defisit anggaran (APBN 2019) | -1,84% PDB |
Transaksi berjalan (3Q-2019) | -3% PDB |
Neraca pembayaran (3Q-2019) | -US$ 46 juta |
Cadangan devisa (November 2019) | US$ 126,6 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA