Analisis Teknikal

Sedang Bullish, Potensi IHSG untuk Naik Besok Masih Terbuka

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
16 December 2019 20:23
IHSG mampu meneruskan penguatan dengan kenaikan 14 poin atau 0,23% dengan ditutup pada level 6.211 hari ini Senin (16/12/2019).
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu meneruskan penguatan dengan kenaikan 14 poin atau 0,23% dengan ditutup pada level 6.211 hari ini Senin (16/12/2019).

Secara teknikal IHSG sedang bullish karena berada di level tertingginya dalam lima minggu terakhir. Secara rata-rata, pergerakan IHSG juga masih kokoh berada di atas nilai rata-ratanya dalam lima hari hingga sepuluh hari terakhir (moving average/MA5/MA10).

Melihat dari pola grafik candlestick yang terbentuk hari ini, potensi penguatan pada esok hari menurun seiring terbentuknya pola bintang jatuh (shooting star), pola tersebut menggambarkan tekanan jual yang mulai muncul meski tingkat kekuatannya sedang.

Secara momentum peluang kenaikannya esok masih terbuka karena belum memasuki wilayah overbought, hal ini tercermin dari indikator teknikal berjenis RSI yang mengukur tingkat kejenuhan arah pergerakan.

Sumber: Refinitiv

Sepanjang perdagangan IHSG selalu bergerak di zona hijau, terutama di awal perdagangan karena sentimen positif dari damai dagang AS-China yang merupakan kekuatan utama ekonomi dunia saat ini. Hal ini membuat pelaku pasar baik lokal maupun asing kembali berani masuk ke pasar saham.

Menjelang penutupan pasar saham, penguatan IHSG sedikit tergerus sehingga sesi I ditutup dengan penguatan sebesar 0,46% pada level 6.225, level tersebut turun jika dibandingkan level tertingginya di 6.237 (0,66%) yang tersentuh pada pukul 10:12 WIB.

Penyebabnya adalah defisit neraca dagang RI untuk bulan November 2019 yang mencapai US$ 1,33 miliar. Defisit tersebut disebabkan karena nilai ekspor yang hanya US$ 14,01 miliar dibandingkan nilai impor yang mencapai US$ 15,34 miliar.

Sepanjang tahun berjalan (YtD) yakni Januari-November 2019, defisit neraca dagang tercatat US$ 3,11 miliar, angka tersebut sebenarnya lebih rendah jika dibandingkan periode Januari-November 2018 yang mengalami defisit hingga US$ 8,7 miliar.

Pada sesi II pelaku pasar masih cenderung melakukan penjualan sehingga IHSG ditutup lebih rendah dari penguatan di sesi I, beruntung investor asing membukukan beli bersih (net buy) yang mencapai 162,74 miliar di pasar reguler sehingga IHSG tidak sampai jatuh ke zona merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular