
Mata Uang Benua Biru Sedang Bagus-Bagusnya Lawan Dolar AS
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 December 2019 20:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Benua Biru sedang berjaya melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (5/12/2019). Kurs poundsterling berada di atas level US$ 1,31, dan kini bertengger di level terkuat dalam dalam tujuh bulan, sementara tetangganya euro mendekati level tertinggi satu bulan.
Poundsterling melesat berkat keunggulan Partai Konservatif dalam polling Pemilihan Umum (Pemilu) Inggris yang akan diadakan 12 Desember mendatang.
Reuters mewartakan hasil polling terbaru yang menunjukkan Partai Konservatif menambah keunggulan dengan pesaing beratnya Partai Buruh. Hasil polling dari Kantar menunjukkan dalam sepekan terakhir, keunggulan partai yang juga disebut Tory tersebut naik menjadi 12 poin, menjadi 44%, dari pesaing terberatnya Partai Buruh sebesar 32%.
Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson. Jika Partai Konservatif memenangi Pemilu dan meraih suara mayoritas di parlemen, maka hambatan proses perceraian Inggris dari Uni Eropa (Brexit) akan menjadi berkurang.
Sementara itu, euro pada Rabu kemarin sempat menguat ke level US$ 1,1115 yang merupakan level tertinggi satu bulan, tetapi sayangnya gagal dipertahankan, mata uang 19 negara ini justru berakhir melemah tipis 0,05% di US$ 1,1076.
Kini mata uang 19 negara ini mencoba mendekati level tertinggi satu bulan yang dicapai kemarin. Pada pukul 20:00 WIB euro diperdagangkan di level US$ 1,1095, menguat 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Di sisi yang lain, dolar AS sedang dalam tekanan setelah rilis beberapa data ekonomi yang mengecewakan.
Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada Rabu melaporkan sepanjang November AS menyerap tenaga kerja baru (di luar sektor pertanian) 67.000 orang, jauh di bawah konsensus Dow Jones sebanyak 150.000 orang. Data ini kerap menjadi acuan rilis data tenaga kerja AS versi pemerintah (non-farm payroll) yang akan dirilis pada Jumat (6/12/2019) besok.
Data lain yang dirilis oleh Institute for Supply Management menunjukkan ekspansi sektor non-manufaktur AS menunjukkan pelambatan pada November. Dampak dari data tersebut, indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang Negeri Sam ini terus merosot pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi Global DIprediksi Makin Nyungsep, Dolar AS Diburu
Poundsterling melesat berkat keunggulan Partai Konservatif dalam polling Pemilihan Umum (Pemilu) Inggris yang akan diadakan 12 Desember mendatang.
Reuters mewartakan hasil polling terbaru yang menunjukkan Partai Konservatif menambah keunggulan dengan pesaing beratnya Partai Buruh. Hasil polling dari Kantar menunjukkan dalam sepekan terakhir, keunggulan partai yang juga disebut Tory tersebut naik menjadi 12 poin, menjadi 44%, dari pesaing terberatnya Partai Buruh sebesar 32%.
Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson. Jika Partai Konservatif memenangi Pemilu dan meraih suara mayoritas di parlemen, maka hambatan proses perceraian Inggris dari Uni Eropa (Brexit) akan menjadi berkurang.
Sementara itu, euro pada Rabu kemarin sempat menguat ke level US$ 1,1115 yang merupakan level tertinggi satu bulan, tetapi sayangnya gagal dipertahankan, mata uang 19 negara ini justru berakhir melemah tipis 0,05% di US$ 1,1076.
Kini mata uang 19 negara ini mencoba mendekati level tertinggi satu bulan yang dicapai kemarin. Pada pukul 20:00 WIB euro diperdagangkan di level US$ 1,1095, menguat 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Di sisi yang lain, dolar AS sedang dalam tekanan setelah rilis beberapa data ekonomi yang mengecewakan.
Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada Rabu melaporkan sepanjang November AS menyerap tenaga kerja baru (di luar sektor pertanian) 67.000 orang, jauh di bawah konsensus Dow Jones sebanyak 150.000 orang. Data ini kerap menjadi acuan rilis data tenaga kerja AS versi pemerintah (non-farm payroll) yang akan dirilis pada Jumat (6/12/2019) besok.
Data lain yang dirilis oleh Institute for Supply Management menunjukkan ekspansi sektor non-manufaktur AS menunjukkan pelambatan pada November. Dampak dari data tersebut, indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang Negeri Sam ini terus merosot pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi Global DIprediksi Makin Nyungsep, Dolar AS Diburu
Most Popular