Dekati Harga Psikologis, CPO Bisa Tembus RM 2.900/ton

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
05 December 2019 14:27
Reli harga CPO tersebut sudah berlangsung sejak pertengahan tahun ini karena ada peningkatan permintaan dari proyek biodiesel yang sedang dijalankan pemerintah.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sedikit lagi bakal menyentuh level harga RM 2.800/ton seiring dengan ketatnya pasokan di pasar global, menurut Public Invest Research yang dikutip dari The Sun Daily.

"Berdasarkan data yang dikumpulkan dari sejumlah perusahaan perkebunan, kami berpikir bahwa ada risiko penurunan potensial untuk produksi Indonesia dan Malaysia pada 2020," sebut riset tersebut.

Siang ini, harga CPO dunia berada pada RM level 2.798/ton. Reli harga CPO tersebut sudah berlangsung sejak pertengahan tahun ini karena ada peningkatan permintaan dari proyek biodiesel yang sedang dijalankan pemerintah.

Pada 14.18 WIB harga CPO di Bursa Malaysia Derivatif menyentuh RM 2.798/ton semakin dekati level psikologis RM 2.800/ton.

Riset tersebut juga memproyeksikan harga CPO berpotensi naik hingga RM 2.900/ ton pada akhir semester I-2019, tetapi kenaikan mungkin tidak bertahan sampai akhir semester II karena faktor musiman ada panen.

"Karena itu, kami merevisi asumsi harga CPO rata-rata menjadi RM 2.600/ton (dari RM2.400/ton proyeksi sebelumnya)."

Sementara itu, harga CPO kontrak berjangka melonjak 42,5% ke level saat ini RM2.760/ton sejak mencapai level terendah empat tahun RM 1.937/ ton pada Juli lalu.

Namun, AmResearch memperkirakan harga rata-rata CPO lebih rendah yaitu RM2.100/ton dan RM 2.300/ton 2019 dan 2020. "Ke depan, kami percaya bahwa setiap kenaikan harga CPO akan dibatasi oleh permintaan yang lebih lemah dari India dan China karena pembeli beralih ke minyak nabati yang lebih murah."

PublicInvest mengharapkan pasokan minyak sawit semakin ketat dalam beberapa bulan mendatang karena pohon kelapa sawit telah memasuki periode siklus rendah musiman.

"Penurunan dalam produksi TBS bisa lebih parah pada putaran ini mengingat sebagian besar petani kecil telah secara signifikan mengurangi penggunaan pupuk mereka di masa lalu karena keterbatasan anggaran ketika harga CPO berada pada tren turun."

Akun landbank perkebunan rakyat masing-masing 17% dan 41% di Malaysia dan Indonesia.

Lembaga  penelitian ini juga mengatakan produksi Indonesia mungkin turun karena cuaca kering dan kontribusi petani kecil.
(hps/hoi) Next Article Sempat Naik, Harga CPO Mulai Stagnan karena Eropa Lockdown

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular