Internasional

Trump Buat Bumi Gonjang Ganjing, Negara Mana yang Kena 'Bom'?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
05 December 2019 07:40
Trump Buat Bumi Gonjang Ganjing, Negara Mana yang Kena 'Bom'?
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada masa kampanye kepresidenan tahun 2016, berjanji untuk mengguncang perdagangan global dan menurunkan defisit perdagangan Amerika yang terus meningkat.

Ternyata, presiden kontroversial ini benar-benar memenuhi janjinya. Itu terbukti dari banyaknya negara yang ia jadikan target perang dagangnya, yang dilandaskan pada agenda 'America First'.


Negara yang benar-benar kena serangan AS antara lain adalah China. Bahkan perang tarif impor dengan negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping ini sudah berlangsung hampir dua tahun terakhir.

Perdagangan bilateral AS-China menyumbang 15,7% dari perdagangan barang AS selama 2018. Pada tahun itu China adalah mitra dagang terbesar AS.

Namun, sejak perang dagang terjadi, nilai perdagangan AS-China menyusut ke posisi ketiga di belakangnya Meksiko dan Kanada, menyumbang 13,5% dari total perdagangan pada 2019 hingga September.

Tapi bukan cuma China. Ini sejumlah kawasan dan negara yang kena peluru perang dagang Trump:

[Gambas:Video CNBC]



Trump telah lama mengancam akan menjatuhkan tarif pada impor otomotif dari Uni Eropa (UE) hingga 25%. Namun hingga kini tarif itu belum juga diberlakukan.

Meski demikian, pada Senin lalu Perwakilan Dagang AS (USTR) mengatakan akan meninjau kenaikan tarif pada lebih banyak produk UE. Apalagi organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memenangkan AS dalam konflik subsidi pesawat..

AS-UE telah terlibat perselisihan terkait tuduhan pemberian subsidi oleh pemerintah masing-masing terhadap perusahaan pesawat mereka, Airbus (eropa) dan Boeing (AS). Beberapa bulan lalu WTO memutuskan AS menang dalam masalah ini. Hal ini memberi AS jalan untuk menerapkan tarif pada UE.

Baru-baru ini USTR meluncurkan daftar baru tarif impor senilai US$ 2,4 miliar yang akan dikenakan terhadap barang-barang Perancis, termasuk keju, tas tangan, dan champagne. Tarif itu sebagai hukuman atas pajak layanan digital baru Prancis.

"Proposal AS tidak bisa diterima," tulis Reuters mengutip Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire dalam wawancaranya dengan Radio Classique.

"Dalam kasus sanksi terbaru AS, Uni Eropa akan siap melakukan serangan balasan."

Menteri Ekonomi Junior Prancis Agnes Pannier-Runacher mengatakan UE akan bertindak "sangar" kali ini. Bahkan Prancis tidak akan mencabut rencana pajak digital, yang jadi dasar AS menjatuhkan sanksi tarif.

Sebelumnya, Prancis memungut pajak hingga 3% untuk setiap pendapatan dari layanan digital perusahaan yang pendapatannya mencapai 25 juta euro ($ 27,86 juta) di Prancis dan 750 juta euro ($ 830 juta) di seluruh dunia.

Sebenarnya, Uni Eropa adalah pasar ekspor utama Amerika pada tahun 2018. Negara ini mencatatkan pembelian senilai US$ 319 miliar barang-barang AS dan US$ 256 miliar jasa dari AS.

Beberapa anggota UE (Jerman, Prancis, Inggris, dan Italia) merupakan di antara 10 mitra dagang teratas AS pada 2018. Selain ke Prancis, AS juga tengah mengkaji kenaikan tarif untuk Austria, Italia dan Turki.

Kebijakan Presiden Donald Trump yang cenderung proteksionis ternyata tak hanya berlaku bagi musuh-musuh AS saja. Tapi juga bagi sejumlah sekutunya, yang jadi teman dekat pemerintahan Trump selama ini.

Melalui unggahan di Twitternya, Trump mengatakan akan menerapkan lagi bea masuk terhadap baja dan aluminium impor dari Brasil dan Argentina. Alasannya karena kedua negara itu telah dengan sengaja mendevaluasi mata uang mereka sehingga menyebabkan petani di AS kehilangan daya saing, kata Trump.

"Brasil dan Argentina telah melakukan devaluasi besar-besaran terhadap mata uang mereka, dan hal itu tidak bagus untuk petani kita. Oleh karena itu, efektif secepatnya, saya akan menerapkan lagi bea masuk semua baja dan aluminium yang masuk ke AS dari dua negara tersebut," kata Trump melalui akun Twitternya, sebagaimana ditulis CNBC International.

Tindakan Trump ini menimbulkan reaksi tersendiri bagi sekutunya ini. Seorang menteri Argentina menyebut pengenaan tarif itu tak terduga sementara Brasil mengatakan merasa bingung dengan kebijakan Trump.


AS memiliki perjanjian dagang yang signifikan dengan Meksiko dan Kanada. Bahkan ketiganya membuat Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

Namun pemerintahan Trump menegosiasikan NAFTA dengan kedua tetangga dekatnya ini sejak 2018. Meski demikian, poin-poin perjanjian baru ini masih simpang siur, terutama karena politik internal di dalam negeri AS.

Akibatnya, zona perdagangan bebas tiga negara itu berada dalam ketidakpastian. Padahal, nilai perdagangan mereka cukup besar, mencapai US$ 1,2 triliun.


Di Asia setidaknya ada tiga negara lain yang kena bom dagang AS, selain China. Antara lain:

Jepang

AS-Jepang telah terlibat perang dagang selama setahun terakhir. Fokus perang dagang mereka adalah tarif otomotif yang dijatuhkan AS pada Jepang.

Namun, pada bulan September Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah menandatangani kesepakatan perdagangan terbatas. Kesepakatan ini akan memberikan lebih banyak akses bagi Jepang untuk membeli produk pertanian AS, termasuk daging sapi dan babi. Nilainya mencapai sekitar US$ 7 miliar.

Sebagai imbalan, AS akan menurunkan tarif pada beberapa barang industri Jepang. Namun, tidak termasuk penghapusan tarif pada otomotif, yang merupakan sumber terbesar defisit perdagangan barang-barang AS. Defisit AS dengan Jepang pada tahun 2019 mencapai sebesar US$ 67 miliar.

Abe baru-baru ini mengatakan tarif otomotif memang belum dihapuskan Trump, tapi ia yakin tarif itu tidak akan diberlakukan pada Jepang karena kedua negara akan melanjutkan negosiasi tahun depan.

India

AS-India terlibat perang dagang pada pertengahan tahun ini. Itu terjadi setelah AS menghapuskan hak perdagangan istimewa yang dimiliki India, yaitu Generalized System of Preferences (GSP) pada bulan Juli. GSP merupakan kebijakan yang meringankan bea masuk impor barang-barang tertentu dari negara berkembang ke Negeri Paman Sam. Selain India, Indonesia juga menerima hak istimewa ini.

Di bawah aturan GSP, India menerima keringanan di sejumlah ekspor yang senilai US$ 5,6 miliar. Penghapusan GSP dilakukan AS setelah pemerintahan Trump menduga India memberlakukan pembatasan perdagangan digital baru dan hambatan perdagangan untuk perangkat medis AS dan produk lainnya.

Kedua negara terus melakukan perundingan terkait hal ini. Namun, belum ada kesepakatan yang dihasilkan sejauh ini.

Korea Selatan

Satu-satunya kesepakatan perdagangan yang berhasil diselesaikan dan diimplementasikan, setelah dinegosiasikan oleh pemerintahan Trump adalah perubahan kecil dalam Kesepakatan Perdagangan Bebas AS-Korea. Kedua negara menandatangani perubahan itu tahun lalu.

Kesepakatan itu memungkinkan AS untuk mempertahankan tarif truk 25% untuk 20 tahun lagi alih-alih dihapuskan pada 2021. Namun, AS mengurangi beberapa hambatan peraturan untuk impor mobil Korea.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular