Internasional

Ini yang Buat Global Cuan Setelah Serangan Trump, Tahan Lama?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
05 December 2019 06:58
Ini yang Buat Global Cuan Setelah Serangan Trump, Tahan Lama?
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah awal pekan ini diwarnai dengan beragam komentar negatif perang dagang, kali ini berita positif kembali mewarnai bursa keuangan global.

Amerika Serikat (AS) dan China dikabarkan sudah semakin dekat dengan ending perang dagang. Ini seolah membantah pernyataan yang diutarakan Trump di the North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang mengisyaratkan ketegangan belum akan berakhir dalam waktu dekat.


"Komentar Presiden AS Donald Trump pada Selasa yang mengesampingkan mendesaknya kesepakatan tidak berarti pembicaraan bakal mundur," tulis Bloomberg mengutip sumber yang di klaim dekat dengan China.

"Aturan hukum AS yang memungkinkan dijatuhkannya hukuman bagi China terkait isu Hong Kong dan XinJiang tidak mempengaruhi pembicaraan."

Bahkan, kesepakatan 'Fase I' bakal tercapai sebelum tarif impor AS pada barang China berlaku 15 Desember. Isinya antara lain jaminan pada pembelian produk pertanian AS oleh China dan pencabutan semua tarif yang diberlakukan negara Paman Sam.

Meski demikian, Perwakilan Perdagangan AS (USTR) Robert Lighthizer tidak menjawab kebenaran berita ini. Hal yang sama juga dilakukan pejabat China yang dihubungi Bloomberg.

Berita positif ini membuat Wall Street semringah. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 146,97 poin (0,5%) ke 27.649,78. Indeks S&P 500 menguat 0,6% menjadi 3.112,76 sedangkan indeks Nasdaq tumbuh 0,5% ke 8.566,67.

Sebelumnya, Trump memupuskan harapan bahwa ketegangan perdagangannya dengan China bakal segera berakhir tahun ini.


Bahkan dihadapan wartawan, di sela-sela pertemuan negara-negara the NATO, ia berujar sebaiknya semua pihak menunggu setelah Pemilu Presiden AS digelar atau dengan kata lain, setelah November 2020 nanti.

"Saya lebih suka ide menunggu sampai setelah Pemilu khususnya untuk deal dengan China. Tetapi mereka ingin memuat deal itu sekarang dan kita lihat saja nanti, apakah deal itu terjadi atau tidak," ujarnya sebagaimana dikutip dari CNBC International kemarin.

Parahnya lagi, pengusaha properti ini juga menegaskan dirinya tidak memberi tenggat waktu kapan masalah perdagangan keduanya akan diakhiri. "Tidak, aku tak memiliki deadline," tegasnya lagi.

Perang dagang antara AS dan China terjadi sejak 2018. Ketegangan dua raksasa ekonomi ini sukses membuat ketidakstabilan global, bukan cuma pada pasar keuangan, tapi juga bisnis dan sentimen konsumer.

Dana Moneter Internasional I(MF) memproyeksi pertumbuhan global hanya sebesar 3% atau turun dari proyeksi sebelumnya di Juli 3,2%. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) malah lebih parah. Lembaga ini menyebutkan ekonomi hanya tumbuh 2,9% di tahun ini.

[Gambas:Video CNBC]



Sementara itu, seorang analis melihat perilaku pasar kini seperti "anjing Pavlov". Pada tahun 1890, psikologis asal Rusia Ivan Pavlov meneliti tingkah-laku anjing dan menemukan fakta bahwa mereka berliur bukan hanya ke makanan, melainkan untuk tiap hal yang diasosiasikan dengan makanan.

"Saya heran, jujur saja, bahwa pasar bereaksi terhadap simpang-siur pemberitaan. Seolah-olah kita menjadi anjing Pavlov. Tiap kali seseorang bilang ada kesepakatan dagang, maka langsung naik," tutur Neil Dwane, perencana investasi global Allianz Global Investors, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pelaku pasar terlihat mengacuhkan perkembangan buruk dalam pertemuan tingkat tinggi antara Trump dan pemimpin negara anggota NATO. Di mana mantan taipan properti tersebut membatalkan konferensi pers gabungan dengan pemimpin negara anggota NATO lainnya.

Ia menuding Presiden Kanada Justin Trudeau bermuka dua. Pasalnya Justin ketahuan menggosipkan dirinya dengan pemimpin dunia lain. Belum lagi, sehari sebelumnya, ia pun bersitegang dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Bahkan Trump menyebutnya dengan kata "nasty" alias menjijikan.



Sebelumnya, melalui unggahan di Twitternya, Trump mengatakan akan menerapkan lagi bea masuk terhadap baja dan aluminium impor dari Brasil dan Argentina. Alasannya karena kedua negara itu telah dengan sengaja mendevaluasi mata uang mereka sehingga menyebabkan petani di AS kehilangan daya saing, kata Trump.

Trump juga kini mengenakan tarif hingga 100% atas barang-barang Prancis senilai US$ 2,4 miliar. Produk pertanian Prancis, seperti Anggur dan keju, masuk dalam daftar barang yang ditargetkan.

Ini adalah serangan balasan AS atas pajak layanan digital yang dikatakan Trump diskriminatif. Sebelumnya Perwakilan Dagang AS menemukan fakta bahwa Prancis memberi pajak yang tinggi pada perusahaan teknologi asal AS seperti Google, Apple Facebook dan Amazon.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular