CNBC Indonesia Research

Bursa Asia Memerah Efek Jinping dan Perang Dagang AS-China

Muhammad Maruf, CNBC Indonesia
28 October 2022 13:51
Investor Resah Karena Xi Jinping, Kenapa?
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa asia berjatuhan oleh sentimen buruk atas kekhawatiran perang dagang antara AS dan China setelah Xi Jinping resmi mendapuk kursi presiden Negeri Komunis itu untuk ketiga kalinya.

Episentrum kejatuhan harga saham dipimpin indek Hang Seng di bursa Hong Kong yang ambles 3.5%, dimana indeks saham sektor teknologi Hang Seng Tech rontok 5.3%. Di China daratan, indek Shanghai melorot 1.32%, dimana indeks 500 saham utama Shenzhen turun 2.5%.

Kejatuhan terparah di bursa Hong Kong dikomandoi saham-saham raksasa teknologi, seperti Tencent turun hampir 6%, Meituan lebih dari 7%, serta Xiaomi dan Alibaba yang kehilangan harga lebih dari 5%.

Sementara di Australia, S&P/ASX 200 terpeleset 0.87%, Nikkei 225 di Jepang turun 0.89%. Di negeri K-Pop, index Kospi juga turun 0.7% sama seperti IHSG di dalam negeri.

Kejatuhan harga saham-saham sebetulnya tidak hanya terjadi di dalam Asia, China dan pada hari ini saja. Efek negatif terpilihnya Jinping sudah berasa sejak awal pekan ini, setelah dia terpilih dalam Kongkres ke-20 Partai Komunis China (PKC) pekan lalu.

Pada perdagangan Senin (24/10/2022)-hari pertama pasar saham buka setelah pengumuman resmi Jinping terpilih hari Minggu-terjadi kepanikan jual dimana mana. Di New York Stock Exchange, 10 perusahaan asal China kehilangan nilai kapitalisasi pasar lebih dari US$67 miliar atau sekitar Rp1000 triliun, dimana masing-masing harga sahamnya drop sekitar 8%.

Investor takut dengan sepak terjang Jinping yang diperkirakan akan lebih otoriter dalam memerintah Negeri Tirai Bambu dalam lima tahun jabatan ke depan. Salah satu yang paling diingat investor adalah tindakan Jinping membungkan Jack Ma atas perkembangan bisnis Alibaba dan Ant Group yang dianggap terlalu besar dan membahayakan pemerintah.

Demikian pula, efek embargo AS atas produk semikonduktor dipercaya investor akan membikin susah perusahaan-perusahaan teknologi China di dalam negeri untuk mengembangkan diri. Ini karena, China sangat tergantung dengan semikonduktor dari AS, dimana mereka sekarang mengimpor lebih banyak Chip daripada minyak.

Semikonduktor adalah komoditas 'minyak' baru dunia, yang perselisihannya diyakini akan memperuncing kembali perang dagang AS-China yang disulut Donald Trump pada 2018.

Setelah terpilih, Jinping memang memberi sinyal positif terkait hubungannya dengan AS. Namun, dia menegaskan kerja sama dengan Negeri Paman Sam harus dilakukan dengan cara terbaik yang dapat saling menguntungkan. Jinping, dipercaya tidak akan lagi melunak kepada AS.

Kedua negara berselisih mengenai sejumlah hal, mulai dari kebijakan China terhadap Taiwan, hubungan China dengan Rusia. China pun baru-baru ini dibuat marah oleh serangkaian kunjungan anggota parlemen AS ke Taiwan. China mengatakan Amerika Serikat mengirim "sinyal berbahaya" di pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu, yang diklaim China sebagai miliknya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mum/mum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular