Analisis

Lewati "Angka Keramat" US$ 1,3, Poundsterling Siap Naik Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 December 2019 16:49
Lewati
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/ Benoit Tessier)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling menguat lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (4/12/19), melewati "angka keramat" US$ 1,3.  Pada pukul 14:20 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1.3056 menguat 0,49% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Titik yang dicapai poundsterling saat ini merupakan yang tertinggi sejak awal Mei lalu.

Pada 21 Oktober lalu, poundsterling juga berhasil mencapai level tersebut, tetapi setelahnya berbalik melemah. Sejak bulan Mei lalu, mata uang Inggris ini tidak pernah mampu bertahan lama di atas level US$ 1,3. Bagaimana kali ini?



Secara fundamental, poundsterling sebenarnya masih rentan berbalik melemah dan kembali ke bawah "angka keramat".

Penguatan yang terjadi dalam dua hari terakhir dipicu oleh hasil polling Pemilihan Umum Inggris yang akan dilaksanakan pada 12 Desember mendatang. Ini berarti jika hasil polling berubah, maka poundsterling bisa berbalik tertekan.



Reuters mewartakan hasil polling terbaru Pemilu) Inggris yang menunjukkan Partai Konservatif menambah keunggulan dengan pesaing beratnya Partai Buruh. Hasil polling dari Kantar menunjukkan dalam sepekan terakhir, keunggulan partai yang juga disebut Tory tersebut naik menjadi 12 poin, menjadi 44%, dari pesaing terberatnya Partai Buruh sebesar 32%.

Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson. Jika Partai Konservatif memenangi Pemilu dan meraih suara mayoritas di parlemen, maka hambatan proses perceraian Inggris dari Uni Eropa (Brexit) akan menjadi berkurang.

Seperti diketahui sebelumnya, proposal Brexit selalu kandas di Parlemen Inggris. Proposal terbaru yang dibuat PM Johnson dan telah disetujui oleh Komisi Eropa kandas lagi di Parlemen Inggris sehingga deadline Brexit yang seharusnya pada 31 Oktober lalu mundur menjadi 31 Januari tahun depan.



Sebelumnya hasil survei YouGov yang dirilis pekan lalu juga menunjukkan Tory akan memenangi Pemilu yang akan diadakan 12 Desember mendatang.

Tidak hanya itu, Partai Konservatif tidak hanya akan memenangi Pemilu, tetapi juga akan meraih kursi mayoritas parlemen terbanyak sejak tahun 1987.

Survei dari YouGov pada tahun 2017 akurat memprediksi penurunan perolehan kursi Partai Konservatif saat Pemilu 2017 lalu. Namun, kali ini partai yang juga disebut Tory diprediksi akan meraih 359 dari 650 kursi Parlemen Inggris. Jumlah tersebut menjadi yang terbesar sejak kemenangan Partai Konservatif tahun 1987 saat dipimpin Margaret Thatcher.

Partai Buruh diprediksi mengalami penurunan jumlah kursi dari saat ini 262 menjadi 211 kursi. Sementara, Partai Nasional Skotlandia (SNP) diramal mendapat 43 kursi dan Partai Liberal Demokrat 13 kursi. Partai Brexit yang sedang naik daun beberapa pekan lalu diprediksi tidak meraih kursi.

Sampai hasil Pemilu Inggris dirilis 13 Desember mendatang, poundsterling masih berisiko kembali tertekan.


Lewati Grafik: GBP/USD Harian
Sumber: MetaTrader 5


Jika melihat grafik harian, poundsterling melawan dolar AS atau yang disimbolkan dengan GBP/USD sebenarnya dalam fase bullish atau tren naik setelah bergerak di atas rerata pergerakan 200 hari (Moving Average/MA 200) pada grafik harian yang ditunjukkan oleh garis berwarna biru. GBP/USD juga bergerak di atas MA 100 (garis hijau) dan MA 50 (garis ungu). 

Kemudian indikator rerata pergerakan konvergen devergen (MACD) yang berada juga masih berada di wilayah positif, yang juga menggambarkan sentimen bullish.

Dari grafik harian tersebut juga terlihat poundsterling terus bertahan di atas Fibonacci Retracement level 61,8% yang ditarik dari titik tertinggi 13 Maret dan terendah 3 September 2019. Kemampuan bertahan di atas level tersebut menjadi sinyal GBP/USD untuk menguat. 

Lewati Foto: MetaTrader 5


Sementara jika dilihat dari grafik 1 jam, indikator Stochastic bergerak naik dan sudah memasuki wilayah jenuh beli (overbought). Dengan demikian penguatan GBP/USD berpotensi tertahan dan terkoreksi turun. 

Support (tahanan bawah) terdekat berada di kisaran US$ 1,3045, jika ditembus poundsterling berisiko terkoreksi menuju "angka keramat" US$ 1,3. Jika "angka keramat" tersebut ditembus lagi, koreksi akan semakin dalam menuju US$ 1,2960. 

Sementara jika mampu bertahan di atas US$ 1,3045, GBP/USD berpeluang naik ke US$ 1.3090 pada hari ini. 

Jika hingga penutupan perdagagan nanti GBP/USD mampu bertahan di atas "angka keramat" US$ 1,3, kedepannya poundsterling berpeluang kembali menguat. 

Untuk diketahui, setidaknya ada empat bank investasi ternama yang memprediksi poundsterling akan berjaya dalam beberapa bulan ke depan.

JPMorgan Chase & Co menargetkan poundsterling berada di level US$ 1,33 pada semester pertama 2020, dan Goldman Sachs melihat peluang mata uang Inggris ini berada di level US$ 1,35 dalam beberapa bulan ke depan. Sementara, Bank of America Merrill Lynch memprediksi poundsterling menguat 8% ke level US$ 1,39 di akhir tahun 2020.

Selain itu Bank Morgan Stanley merekomendasikan beli (long) poundsterling sebagai salah satu dari 10 trading terbaiknya di 2020. Morgan Stanley menargetkan poundsterling berada di level US$ 1,4 di akhir kuartal I-2020.

Semua bank investasi tersebut memprediksi kenaikan poundsterling dengan asumsi Partai Konservatif memperoleh kursi mayoritas Parlemen Inggris saat Pemilu 12 Desember nanti. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/pap) Next Article Ngiler! Trading GBP/USD, Potensi Cuan Bisa Rp 37 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular