
Api Perang Dagang Kian Menjalar, IHSG 'Kebakaran'
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 December 2019 12:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi semakin dalam dengan mencatatkan penurunan 0,45% ke level 6.106,37 pada penutupan sesi I perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu ini (4/12/2019), setelah pagi tadi dibuka melemah 0,2%.
Saham-saham yang turut menekan kinerja IHSG dari sisi nilai transaksi di antaranya PT Transcoal Pacific Tbk/TCPI (-4,26%), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (-2,5%), PT MNC Vision Networks Tbk/IPTV (-1,85%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-1,54%), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (-1,19%).
Net sell atau aksi jual bersih investor asing hari ini sebesar Rp 125,91 miliar di semua pasar.
Kinerja bursa saham acuan Indonesia sejalan dengan rekannya di kawasan Asia yang juga kompak melemah. Indeks Hang Seng anjlok 1,19%, indeks Nikkei anjlok 1,08%, indeks Kospi terkoreksi 0,85%, indeks Straits Times turun 0,64%, dan indeks Shanghai turun 0,34%.
Indeks Hang Seng mencatatkan koreksi paling dalam karena ditekan oleh sentimen rilis data ekonomi yang mengecewakan. Angka PMI versi Markit bulan November kembali terkontraksi ke level 38,5, dari sebelumnya 39,3 di bulan Oktober. Ini merupakan perolehan terendah sejak April 2003, dilansir Trading Economics.
Lebih lanjut, pasar saham Benua Kuning diterpa aksi jual seiring dengan investor yang semakin pesimis atas perkembangan kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Pasalnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya tidak akan terburu-buru untuk menekan kesepakatan dagang dengan China. Bahkan hal itu bisa menunggu hingga pemilihan umum (pemilu) presiden AS tahun depan. Padahal pergelaran Pemilu Presiden AS dijadwalkan berlangsung pada November 2020.
"Saya tidak punya tenggat waktu, tidak. Bahkan, saya senang dengan ide menunggu sampai setelah Pemilu untuk mencapai kesepakatan dengan China. Namun mereka (China) ingin ada kesepakatan sekarang, jadi kita lihat saja," ungkap Trump kepada para jurnalis di London, seperti diberitakan Reuters.
Dengan demikian besar kemungkinan friksi dagang kedua negara akan terus berlanjut dan bahkan terekskalasi lebih jauh. Pasalnya masih terdapat kemungkinan bahwa Washington akan mengenakan bea masuk lagi minggu depan.
Merujuk informasi dari salah satu sumber yang paham terkait dialog dagang, AS dan China masih terus melanjutkan diskusi dagang, meskipun masih ada perdebatan terkait penghapusan tarif atas produk impor asal China dan berapa banyak tambahan produk pertanian AS yang akan dibeli Negeri Tiongkok, dilansir CNBC International.
Kemudian, kemarin (3/12/2019) Kementerian Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan saat ini dialog dagang terus berlanjut di level staf, namun tidak di level tinggi. Ross menambahkan bahwa pengenaan bea masuk atas produk impor China senilai US$ 156 miliar pada 15 Desember 2019 akan berlaku efektif jika tidak ada perkembangan signifikan terkait perjanjian damai dagang.
Saham-saham yang turut menekan kinerja IHSG dari sisi nilai transaksi di antaranya PT Transcoal Pacific Tbk/TCPI (-4,26%), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (-2,5%), PT MNC Vision Networks Tbk/IPTV (-1,85%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-1,54%), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (-1,19%).
Kinerja bursa saham acuan Indonesia sejalan dengan rekannya di kawasan Asia yang juga kompak melemah. Indeks Hang Seng anjlok 1,19%, indeks Nikkei anjlok 1,08%, indeks Kospi terkoreksi 0,85%, indeks Straits Times turun 0,64%, dan indeks Shanghai turun 0,34%.
Indeks Hang Seng mencatatkan koreksi paling dalam karena ditekan oleh sentimen rilis data ekonomi yang mengecewakan. Angka PMI versi Markit bulan November kembali terkontraksi ke level 38,5, dari sebelumnya 39,3 di bulan Oktober. Ini merupakan perolehan terendah sejak April 2003, dilansir Trading Economics.
Lebih lanjut, pasar saham Benua Kuning diterpa aksi jual seiring dengan investor yang semakin pesimis atas perkembangan kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Pasalnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya tidak akan terburu-buru untuk menekan kesepakatan dagang dengan China. Bahkan hal itu bisa menunggu hingga pemilihan umum (pemilu) presiden AS tahun depan. Padahal pergelaran Pemilu Presiden AS dijadwalkan berlangsung pada November 2020.
"Saya tidak punya tenggat waktu, tidak. Bahkan, saya senang dengan ide menunggu sampai setelah Pemilu untuk mencapai kesepakatan dengan China. Namun mereka (China) ingin ada kesepakatan sekarang, jadi kita lihat saja," ungkap Trump kepada para jurnalis di London, seperti diberitakan Reuters.
Dengan demikian besar kemungkinan friksi dagang kedua negara akan terus berlanjut dan bahkan terekskalasi lebih jauh. Pasalnya masih terdapat kemungkinan bahwa Washington akan mengenakan bea masuk lagi minggu depan.
Merujuk informasi dari salah satu sumber yang paham terkait dialog dagang, AS dan China masih terus melanjutkan diskusi dagang, meskipun masih ada perdebatan terkait penghapusan tarif atas produk impor asal China dan berapa banyak tambahan produk pertanian AS yang akan dibeli Negeri Tiongkok, dilansir CNBC International.
Kemudian, kemarin (3/12/2019) Kementerian Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan saat ini dialog dagang terus berlanjut di level staf, namun tidak di level tinggi. Ross menambahkan bahwa pengenaan bea masuk atas produk impor China senilai US$ 156 miliar pada 15 Desember 2019 akan berlaku efektif jika tidak ada perkembangan signifikan terkait perjanjian damai dagang.
Next Page
Perang Dagang Kian Meluas
Pages
Most Popular