
Api Perang Dagang Kian Menjalar, IHSG 'Kebakaran'
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 December 2019 12:53

Di lain pihak, pelaku pasar semakin dibuat cemas karena ada risiko perang dagang mengular, tidak hanya antara AS dan China, tetapi juga antara AS dengan Argentina, Brazil, dan Perancis.
Pada Senin (2/12/2019) malam waktu setempat, Presiden AS Donald Trump menegaskan segera memberlakukan bea masuk untuk impor baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina. Trump berargumen bahwa selama ini mata uang dua negara tersebut terlalu lemah sehingga merugikan AS.
"Brasil dan Argentina telah melemahkan mata uang mereka, yang ini tidak bagus buat para petani kita. Oleh karena itu, berlaku efektif segera, saya akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan aluminium dari dua negara tersebut.
The Federal Reserve (Bank Sentral AS) seharusnya bertindak sehingga negara-negara seperti itu tidak lagi memanfaatkan penguatan dolar AS untuk melemahkan mata uangnya. Situasi ini membuat manufaktur dan petani kita kesulitan untuk mengekspor. Turunkan bunga dan longgarkan, Fed!" tegas Trump dalam cuitan Twitter lainnya.
Trump juga mengancam mengenakan tarif hingga 100% atas barang-barang Prancis senilai US$ 2,4 miliar. Produk yang terancam dikenai tarif itu termasuk anggur dan keju.
Ancaman ini diberikan karena Prancis dianggap telah melakukan diskriminasi atas pajak layanan digital bagi perusahaan asal AS, dilansir dari AFP.
Hal ini berdasarkan fakta yang ditemukan Perwakilan Dagang AS, di mana Negeri Mode tersebut memberi pajak yang tinggi pada perusahaan teknologi asal AS, seperti Google, Apple, Facebook, dan Amazon. Menurut Trump, AS adalah pihak yang paling berhak mengenakan pajak, bukan negara lain.
"Mereka adalah perusahaan AS, mereka adalah perusahaan teknologi. Mereka bukan orang-orang kesukaan saya, tetapi saya tidak peduli karena mereka adalah perusahaan AS. Kami ingin memajaki perusahaan AS, bukan orang lain yang membebankan pajak kepada mereka. Apalagi pajaknya akan tinggi," jelas Trump di sela-sela pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di London, seperti diberitakan Reuters.
Menteri Keuangan Prancis, Bruno Le Maire, mengatakan bahwa ancaman bea masuk AS atas produk impor asal Prancis “tidak bisa diterima” dan Uni Eropa siap untuk mengajukan serangan balasan.
Perang dagang antara AS-China saja sudah jelas-jelas terbukti menekan ekonomi kedua negara. Rilis data ekonomi China terbaru mencatat bahwa investasi modal pada perusahaan milik China tercatat tumbuh dengan laju palig lambat dalam tiga tahun, dilansir Reuters.
Dengan risiko perang dagang yang terekskalasi bahkan meluas, analis berekspektasi bahwa ekonomi global akan semakin melambat.
Alhasil, dengan berbagai sentimen negatif, wajar saha jika pelaku pasar memilih melipir bermain di aset-aset aman (safe haven) dan menjauh dari aset-aset berisiko seperti pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas)
Pada Senin (2/12/2019) malam waktu setempat, Presiden AS Donald Trump menegaskan segera memberlakukan bea masuk untuk impor baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina. Trump berargumen bahwa selama ini mata uang dua negara tersebut terlalu lemah sehingga merugikan AS.
"Brasil dan Argentina telah melemahkan mata uang mereka, yang ini tidak bagus buat para petani kita. Oleh karena itu, berlaku efektif segera, saya akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan aluminium dari dua negara tersebut.
The Federal Reserve (Bank Sentral AS) seharusnya bertindak sehingga negara-negara seperti itu tidak lagi memanfaatkan penguatan dolar AS untuk melemahkan mata uangnya. Situasi ini membuat manufaktur dan petani kita kesulitan untuk mengekspor. Turunkan bunga dan longgarkan, Fed!" tegas Trump dalam cuitan Twitter lainnya.
Trump juga mengancam mengenakan tarif hingga 100% atas barang-barang Prancis senilai US$ 2,4 miliar. Produk yang terancam dikenai tarif itu termasuk anggur dan keju.
Ancaman ini diberikan karena Prancis dianggap telah melakukan diskriminasi atas pajak layanan digital bagi perusahaan asal AS, dilansir dari AFP.
Hal ini berdasarkan fakta yang ditemukan Perwakilan Dagang AS, di mana Negeri Mode tersebut memberi pajak yang tinggi pada perusahaan teknologi asal AS, seperti Google, Apple, Facebook, dan Amazon. Menurut Trump, AS adalah pihak yang paling berhak mengenakan pajak, bukan negara lain.
"Mereka adalah perusahaan AS, mereka adalah perusahaan teknologi. Mereka bukan orang-orang kesukaan saya, tetapi saya tidak peduli karena mereka adalah perusahaan AS. Kami ingin memajaki perusahaan AS, bukan orang lain yang membebankan pajak kepada mereka. Apalagi pajaknya akan tinggi," jelas Trump di sela-sela pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di London, seperti diberitakan Reuters.
Menteri Keuangan Prancis, Bruno Le Maire, mengatakan bahwa ancaman bea masuk AS atas produk impor asal Prancis “tidak bisa diterima” dan Uni Eropa siap untuk mengajukan serangan balasan.
Perang dagang antara AS-China saja sudah jelas-jelas terbukti menekan ekonomi kedua negara. Rilis data ekonomi China terbaru mencatat bahwa investasi modal pada perusahaan milik China tercatat tumbuh dengan laju palig lambat dalam tiga tahun, dilansir Reuters.
Dengan risiko perang dagang yang terekskalasi bahkan meluas, analis berekspektasi bahwa ekonomi global akan semakin melambat.
Alhasil, dengan berbagai sentimen negatif, wajar saha jika pelaku pasar memilih melipir bermain di aset-aset aman (safe haven) dan menjauh dari aset-aset berisiko seperti pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Most Popular