Sentimen Akuisisi Link Net Berlalu, Asing Lepas Saham IPTV
04 December 2019 10:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing mulai melepas saham PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) dan merealisasikan keuntungan (profit taking). Ini setelah sentimen akuisisi perusahaan Grup MNC ini atas saham mayoritas PT Link Net Tbk (LINK) perlahan berlalu.
Data perdagangan Rabu pagi ini (4/12/2019) mencatat, saham IPTV minus 0,93% di level Rp 535/saham dengan nilai transaksi Rp 22,10 miliar dan nilai transaksi 41,16 juta saham. Sepekan terakhir perdagangan ini, saham IPTV milik taipan Hary Tanoesoedibjo ini melesat 7,43%.
Pada perdagangan pagi ini, asing melepas saham IPTV sebesar Rp 257 miliar di semua pasar dan sepekan terakhir asing net sell Rp 101 miliar. Year to date, asing sudah keluar Rp 222 miliar di semua pasar, kendati khusus pasar reguler terjadi net sell Rp 62 miliar.
Sebelumnya, katalis yang menopang aksi beli pelaku pasar atas saham emiten layanan TV berbayar tersebut adalah kabar perusahaan yang telah resmi mengakuisisi mayoritas saham kompetitornya di bisnis internet protocol television yakni Link Net Tbk yang sebelumnya dimiliki oleh PT First Media Tbk (KBLV) dan Asia Link Dewa.
"Perseroan sudah menekan term sheet untuk menjajaki akuisisi mayoritas saham Link dari First Media dan Asia Link," kata Direktur Utama IPTV Ade Tjendra, dalam pengumuman di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (2/12/2019).
Mengacu pada laporan keuangan LINK per akhir September 2019, pemegang saham LINK terbesar adalah Asia Link Dewa Pte LTd sebesar 35,72% (1,02 miliar saham) disusul oleh KBLV sebesar 28,04% (789,97 juta saham).
Kemudian juga ada UBS AG LDN dengan total kepemilikan 6,5% (185,34 juta saham) dan sisanya sebesar 29,74% (847,57 juta saham) dipegang publik.
Merujuk pada porsi kepemilikan tersebut, jika IPTV mencaplok bagian saham milik KBLV dan Asia Link Dewa, maka jumlah saham LINK yang akan diambil alih IPTV mencapai 63,75% atau setara 1,82 miliar saham.
Kemudian, dengan asumsi harga saham rata-rata LINK adalah Rp 4.220, maka jumlah dana investasi yang digelontorkan IPTV bisa mencapai Rp 7,67 triliun.
Meskipun demikian belum terdapat informasi yang lebih jelas terkait kapan proses transaksi akuisisi tersebut selesai.
Ade mengatakan keberhasilan aksi korporasi ini akan tergantung pada proses uji tuntas atau due diligence, pemenuhan kondisi tertentu lainnya, pembiayaan dan penandatanganan perjanjian definitif.
Sebagai informasi tambahan, sebelumnya pada 28 Agustus 2019, IPTV juga telah mengakuisisi K-Vision dengan total kepemilikan saham sekitar 60%. K-Vision adalah operator TV-berbayar dengan fokus pada segmen pasar menengah ke bawah.
Hanya saja, soal akuisisi ini, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) belum dapat menentukan langkah akuisisi perusahaan sejenis yang dilakukan perusahaan milik Hary Tanoe sebagai aksi monopoli pasar. Lantaran pihak komisi ini belum menerima laporan aksi korporasi yang biasanya disampaikan setelah proses akuisisi rampung.
(tas/tas)
Data perdagangan Rabu pagi ini (4/12/2019) mencatat, saham IPTV minus 0,93% di level Rp 535/saham dengan nilai transaksi Rp 22,10 miliar dan nilai transaksi 41,16 juta saham. Sepekan terakhir perdagangan ini, saham IPTV milik taipan Hary Tanoesoedibjo ini melesat 7,43%.
Pada perdagangan pagi ini, asing melepas saham IPTV sebesar Rp 257 miliar di semua pasar dan sepekan terakhir asing net sell Rp 101 miliar. Year to date, asing sudah keluar Rp 222 miliar di semua pasar, kendati khusus pasar reguler terjadi net sell Rp 62 miliar.
Sebelumnya, katalis yang menopang aksi beli pelaku pasar atas saham emiten layanan TV berbayar tersebut adalah kabar perusahaan yang telah resmi mengakuisisi mayoritas saham kompetitornya di bisnis internet protocol television yakni Link Net Tbk yang sebelumnya dimiliki oleh PT First Media Tbk (KBLV) dan Asia Link Dewa.
"Perseroan sudah menekan term sheet untuk menjajaki akuisisi mayoritas saham Link dari First Media dan Asia Link," kata Direktur Utama IPTV Ade Tjendra, dalam pengumuman di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (2/12/2019).
Mengacu pada laporan keuangan LINK per akhir September 2019, pemegang saham LINK terbesar adalah Asia Link Dewa Pte LTd sebesar 35,72% (1,02 miliar saham) disusul oleh KBLV sebesar 28,04% (789,97 juta saham).
Kemudian juga ada UBS AG LDN dengan total kepemilikan 6,5% (185,34 juta saham) dan sisanya sebesar 29,74% (847,57 juta saham) dipegang publik.
Merujuk pada porsi kepemilikan tersebut, jika IPTV mencaplok bagian saham milik KBLV dan Asia Link Dewa, maka jumlah saham LINK yang akan diambil alih IPTV mencapai 63,75% atau setara 1,82 miliar saham.
Kemudian, dengan asumsi harga saham rata-rata LINK adalah Rp 4.220, maka jumlah dana investasi yang digelontorkan IPTV bisa mencapai Rp 7,67 triliun.
Meskipun demikian belum terdapat informasi yang lebih jelas terkait kapan proses transaksi akuisisi tersebut selesai.
Ade mengatakan keberhasilan aksi korporasi ini akan tergantung pada proses uji tuntas atau due diligence, pemenuhan kondisi tertentu lainnya, pembiayaan dan penandatanganan perjanjian definitif.
Sebagai informasi tambahan, sebelumnya pada 28 Agustus 2019, IPTV juga telah mengakuisisi K-Vision dengan total kepemilikan saham sekitar 60%. K-Vision adalah operator TV-berbayar dengan fokus pada segmen pasar menengah ke bawah.
Hanya saja, soal akuisisi ini, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) belum dapat menentukan langkah akuisisi perusahaan sejenis yang dilakukan perusahaan milik Hary Tanoe sebagai aksi monopoli pasar. Lantaran pihak komisi ini belum menerima laporan aksi korporasi yang biasanya disampaikan setelah proses akuisisi rampung.
Artikel Selanjutnya
Grup MNC Caplok Anterin, Apa Kabar Saham IATA & BHIT?
(tas/tas)