
Setelah Koreksi 6 Hari, IHSG Happy Weekend & Melesat 0,99%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
29 November 2019 16:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat terperosok lagi pada awal perdagangan sesi I Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat ini (29/11/2019) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melaju kencang dengan membukukan kenaikan hingga 0,99% ke level 6.011,83 indeks poin saat sesi penutupan sore ini.
Saham-saham yang turut menopang kinerja IHSG dari sisi nilai transaksi termasuk PT Bank Permata Tbk/BNLI (5,58%), PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (3,9%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (2,95%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (2,88%), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (2,26%).
Performa IHSG berbanding terbalik dengan kinerja bursa saham utama kawasan Asia yang kompak di zona merah. Indeks Hang Seng anjlok 2,03%, indeks Kospi anjlok 1,45%, indeks Shanghai turun 0,61%, indeks Nikkei turun 0,49%, indeks Straits Times melemah 0,33%.
IHSG mampu melesat sendirian padahal baik sentimen global maupun domestik diselimuti awan mendung.
Penguatan IHSG, kemungkinan besar disebabkan oleh aksi investor yang mulai memburu saham-saham murah alias bargain hunting. Hal ini dikarenakan pada 6 hari perdagangan sebelumnya, bursa saham acuan Indonesia mencatatkan pelemahan beruntun dengan total koreksi 3,32%.
Lebih lanjut, sentimen domestik Ibu Pertiwi sejatinya tidak terlalu kondusif. Pasalnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan penyaluran kredit perbankan hingga Oktober 2019 hanya 6,53% secara tahunan (year-on-year/YoY). Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan tersebut terendah sejak September 2016, yang kala itu tercatat hanya 6,5% YoY.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo mengatakan perlambatan penyaluran kredit ini disebabkan turunnya penyaluran kredit di sektor pertambangan dan konstruksi yang nilainya mencapai Rp 5 triliun.
"Paling dalam turun tambang dan konstruksi. Tambang turunnya Rp 5 triliun atau minus 4% sampai Oktober. Tambang karena supply chain transport hilir belum bangkit walau harga batu bara naik tapi transportasi terganggu jadi tidak bisa tingkatkan ekspor," kata Slamet di Kantor OJK, Jakarta, Jumat (29/11/2019)
Sementara itu, sebelumnya Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit bulan September hanya mampu tumbuh 7,89% YoY. Laju tersebut merupakan yang terendah sejak Januari 2018.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa penurunan kredit perbankan karena ada masalah dari sisi penawaran. "Tentu saja kami sampaikan kredit belum meningkat pesat karena banyak di dorong oleh belum kuatnya permintaan kredit dari sisi korporasi," ujar Perry di Gedung BI, Kamis (21/11/2019).
Saham-saham yang turut menopang kinerja IHSG dari sisi nilai transaksi termasuk PT Bank Permata Tbk/BNLI (5,58%), PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (3,9%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (2,95%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (2,88%), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (2,26%).
IHSG mampu melesat sendirian padahal baik sentimen global maupun domestik diselimuti awan mendung.
Penguatan IHSG, kemungkinan besar disebabkan oleh aksi investor yang mulai memburu saham-saham murah alias bargain hunting. Hal ini dikarenakan pada 6 hari perdagangan sebelumnya, bursa saham acuan Indonesia mencatatkan pelemahan beruntun dengan total koreksi 3,32%.
Lebih lanjut, sentimen domestik Ibu Pertiwi sejatinya tidak terlalu kondusif. Pasalnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan penyaluran kredit perbankan hingga Oktober 2019 hanya 6,53% secara tahunan (year-on-year/YoY). Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan tersebut terendah sejak September 2016, yang kala itu tercatat hanya 6,5% YoY.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo mengatakan perlambatan penyaluran kredit ini disebabkan turunnya penyaluran kredit di sektor pertambangan dan konstruksi yang nilainya mencapai Rp 5 triliun.
"Paling dalam turun tambang dan konstruksi. Tambang turunnya Rp 5 triliun atau minus 4% sampai Oktober. Tambang karena supply chain transport hilir belum bangkit walau harga batu bara naik tapi transportasi terganggu jadi tidak bisa tingkatkan ekspor," kata Slamet di Kantor OJK, Jakarta, Jumat (29/11/2019)
Sementara itu, sebelumnya Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit bulan September hanya mampu tumbuh 7,89% YoY. Laju tersebut merupakan yang terendah sejak Januari 2018.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa penurunan kredit perbankan karena ada masalah dari sisi penawaran. "Tentu saja kami sampaikan kredit belum meningkat pesat karena banyak di dorong oleh belum kuatnya permintaan kredit dari sisi korporasi," ujar Perry di Gedung BI, Kamis (21/11/2019).
Next Page
Sentimen Global Masih Mendung
Pages
Most Popular