
Ditawar Sumitomo & Investor Bangkok, Saham BNLI Lompat 8%
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
29 November 2019 14:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) langsung melesat pada awal pembukaan perdagangan sesi II, Jumat ini (29/11/2019). Dua investor berencana masuk membeli kepemilikan saham milik PT Astra International Tbk (ASII) dan Standart Chartered Bank (Stanchart) di Bank Permata.
Harga saham dengan kode BNLI tercatat naik 8,12% ke level Rp 1.065/saham. Volume perdagangan mencapai 32,50 juta saham senilai Rp 33,50 miliar.
Hari ini, misteri pembeli saham Bank Permata mulai terkuak setelah pejabat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kabar bahwa dua investor asing yang serius menawar yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) dan investor asal Bangkok, Thailand.
"SMBC sama mana ya kemarin itu, negara Bangkok. DBS belum menyatakan ini [lanjut penjajakan], tapi enggak tahu ya akhirnya. SMBC ya yang serius," kata Slamet Edy Purnomo, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Jumat (29/11.2019).
Dengan demikian, katanya, investor lain yang sebelumnya dikabarkan berminat tidak jadi yakni Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) Group Holdings dan DBS Group Holdings (DBS).
Padahal, sebelumnya, Tan Shu Shan, Head of Institutional Banking Group DBS, dalam wawancara dengan Business Times Singapura mengakui, bahwa DBS memang sedang berupaya meningkatkan cakupan pasar Asia Tenggara. "Yang pasti, DBS ingin meningkatkan fokus Asean-nya," tulis laporan tersebut, Minggu (10/11/2019).
Selain itu laporan Bloomberg juga memberitakan bahwa OCBC dan BNLI "tidak cocok setelah melakukan uji tuntas [due diligence]," seperti diwartakan Business Times.
Lebih lanjut Slamet mengatakan calon investor itu kemungkinan menjadi mayoritas. "Ya dua duanya [Astra dan Stanchard lepas] iya betul dua duanya itu," tegasnya.
Dia mengatakan upaya kedua investor itu masuk di BNLI karena ingin membangun sinergi bisnis di Indonesia, terutama pasar usaha mikro keci dan menengah (UMKM).
"Pokoknya bangun sinergi bisnis di Indonesia, dorong UMKM di Indonesia itu salah satunya. Jadi perekonomian kita kan didorong UMKM supaya lebih tinggi, corporate juga perlu tapi komitmen investor di Indonesia apa itu yang perlu kita dorong siapapun terserah. Kalau komitmen [asing] dorong investasi infrastruktur, UMKM kita dukung," katanya.
Dengan kabar dari OJK ini, maka akan turut memunculkan akuisisi dan penggabungan usaha terhadap bank domestik SMBC yang baru rampung selesai diakuisisi pada Februari lalu yaitu PT Bank BTPN Tbk (BTPN).
Saat ini Bank Permata milik ASII dan Stanchart yang masing-masing mengantongi 44,56% saham atau berarti 12,49 miliar unit saham Bank Permata. Sisanya yaitu 3,04 miliar saham atau 10,88%-nya masih dimiliki investor publik.
(hps/tas) Next Article Caplok Bank Permata Rp 37 T, Bangkok Bank Siap Tender Offer
Harga saham dengan kode BNLI tercatat naik 8,12% ke level Rp 1.065/saham. Volume perdagangan mencapai 32,50 juta saham senilai Rp 33,50 miliar.
Hari ini, misteri pembeli saham Bank Permata mulai terkuak setelah pejabat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kabar bahwa dua investor asing yang serius menawar yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) dan investor asal Bangkok, Thailand.
"SMBC sama mana ya kemarin itu, negara Bangkok. DBS belum menyatakan ini [lanjut penjajakan], tapi enggak tahu ya akhirnya. SMBC ya yang serius," kata Slamet Edy Purnomo, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Jumat (29/11.2019).
Dengan demikian, katanya, investor lain yang sebelumnya dikabarkan berminat tidak jadi yakni Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) Group Holdings dan DBS Group Holdings (DBS).
Padahal, sebelumnya, Tan Shu Shan, Head of Institutional Banking Group DBS, dalam wawancara dengan Business Times Singapura mengakui, bahwa DBS memang sedang berupaya meningkatkan cakupan pasar Asia Tenggara. "Yang pasti, DBS ingin meningkatkan fokus Asean-nya," tulis laporan tersebut, Minggu (10/11/2019).
Selain itu laporan Bloomberg juga memberitakan bahwa OCBC dan BNLI "tidak cocok setelah melakukan uji tuntas [due diligence]," seperti diwartakan Business Times.
Lebih lanjut Slamet mengatakan calon investor itu kemungkinan menjadi mayoritas. "Ya dua duanya [Astra dan Stanchard lepas] iya betul dua duanya itu," tegasnya.
Dia mengatakan upaya kedua investor itu masuk di BNLI karena ingin membangun sinergi bisnis di Indonesia, terutama pasar usaha mikro keci dan menengah (UMKM).
"Pokoknya bangun sinergi bisnis di Indonesia, dorong UMKM di Indonesia itu salah satunya. Jadi perekonomian kita kan didorong UMKM supaya lebih tinggi, corporate juga perlu tapi komitmen investor di Indonesia apa itu yang perlu kita dorong siapapun terserah. Kalau komitmen [asing] dorong investasi infrastruktur, UMKM kita dukung," katanya.
Dengan kabar dari OJK ini, maka akan turut memunculkan akuisisi dan penggabungan usaha terhadap bank domestik SMBC yang baru rampung selesai diakuisisi pada Februari lalu yaitu PT Bank BTPN Tbk (BTPN).
Saat ini Bank Permata milik ASII dan Stanchart yang masing-masing mengantongi 44,56% saham atau berarti 12,49 miliar unit saham Bank Permata. Sisanya yaitu 3,04 miliar saham atau 10,88%-nya masih dimiliki investor publik.
(hps/tas) Next Article Caplok Bank Permata Rp 37 T, Bangkok Bank Siap Tender Offer
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular