
Tensi AS-China Tinggi, Harga Emas Bisa Naik?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 November 2019 14:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global stagnan pada perdagangan Jumat (29/11/19) melanjutkan penguatan tipis pada perdagangan Kamis kemarin. Pada pukul 13:40 WIB, harga emas berada di level US$ 1.457,85/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin memanas membuat harapan akan adanya kesepakatan dagang semakin meredup. Emas mendapat keuntungan dari situasi tersebut, apalagi melihat posisinya saat ini di dekat level terendah tiga bulan.
Di awal pekan ini hubungan AS-China terlihat mesra setelah setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan kesepakatan dagang dengan China memasuki tahap akhir.
Tetapi langkah Presiden Trump yang menandatangani Undang-Undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi Hong Kong membuat Pemerintah Beijing geram.
"Anda lihat saja. Apa yang akan terjadi, terjadilah," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times (yang berafiliasi dengan pemerintah China), mengungkapkan Pemerintah Beijing akan memberikan balasan dengan melarang orang-orang yang terlibat dalam pembuatan UU tersebut masuk ke wilayah China.
"Menurut apa yang saya tahu, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Presiden Trump dan rakyat AS, China sedang mempertimbangkan untuk melarang orang-orang yang menyusun UU hak asasi manusia dan demokrasi di Hong Kong ke daftar hitam. Mereka tidak bisa masuk ke China, Hong Kong, dan Makau," ungkap Hu dalam cuitan di Twitter.
Akibat memanasnya hubungan kedua negara, sentimen pelaku pasar memburuk yang tercermin dari melemahnya bursa saham Asia pada hari ini. Saat bursa saham melemah, pelaku pasar akan mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas.
Meski demikian, emas mendapat tantangan berat dari kondisi ekonomi AS yang membaik yang memperkuat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang lebih optimis terhadap kondisi ekonomi AS saat ini dibandingkan beberapa pekan lalu, dan suku bunga tidak akan dipangkas lagi.
Sepanjang tahun ini, The Fed sudah tiga kali menurunkan suku bunga, yang menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga emas hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun di US$ 1.557/troy ons September lalu. Jika The Fed tidak lagi menurunkan suku bunga, maka satu pijakan emas untuk menguat kembali menjadi hilang.
Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin memanas membuat harapan akan adanya kesepakatan dagang semakin meredup. Emas mendapat keuntungan dari situasi tersebut, apalagi melihat posisinya saat ini di dekat level terendah tiga bulan.
Di awal pekan ini hubungan AS-China terlihat mesra setelah setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan kesepakatan dagang dengan China memasuki tahap akhir.
"Anda lihat saja. Apa yang akan terjadi, terjadilah," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times (yang berafiliasi dengan pemerintah China), mengungkapkan Pemerintah Beijing akan memberikan balasan dengan melarang orang-orang yang terlibat dalam pembuatan UU tersebut masuk ke wilayah China.
"Menurut apa yang saya tahu, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Presiden Trump dan rakyat AS, China sedang mempertimbangkan untuk melarang orang-orang yang menyusun UU hak asasi manusia dan demokrasi di Hong Kong ke daftar hitam. Mereka tidak bisa masuk ke China, Hong Kong, dan Makau," ungkap Hu dalam cuitan di Twitter.
Akibat memanasnya hubungan kedua negara, sentimen pelaku pasar memburuk yang tercermin dari melemahnya bursa saham Asia pada hari ini. Saat bursa saham melemah, pelaku pasar akan mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas.
Meski demikian, emas mendapat tantangan berat dari kondisi ekonomi AS yang membaik yang memperkuat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang lebih optimis terhadap kondisi ekonomi AS saat ini dibandingkan beberapa pekan lalu, dan suku bunga tidak akan dipangkas lagi.
Sepanjang tahun ini, The Fed sudah tiga kali menurunkan suku bunga, yang menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga emas hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun di US$ 1.557/troy ons September lalu. Jika The Fed tidak lagi menurunkan suku bunga, maka satu pijakan emas untuk menguat kembali menjadi hilang.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular