Kasus Narada Jadi Sorotan, APRDI: Ini Jadi Pembelajaran Kita!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
21 November 2019 17:50
Salah satu perusahaan MI yang saat ini menjadi sorotan publik adalah PT Narada Asset Manajemen.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI) mendorong agar regulator, investor dan pelaku industri reksa dana menjadikan pembelajaran soal penurunan signifikan dari sejumlah reksa dana yang dikelola oleh beberapa perusahaan manajer investasi (MI) dalam sebulan terakhir.

Salah satu perusahaan MI yang saat ini menjadi sorotan publik adalah PT Narada Asset Manajemen. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menghentikan sementara penjualan produk Narada Asset Manajemen karena adanya gagal bayar efek (default) transaksi saham senilai Rp 177,78 miliar.

Direktur Eksekutif APRDI, Mauldy Rauf Makmur mengakui, kondisi pasar sekarang ini punya tingkat volatilitasnya sangat tinggi, sementara, perusahaan MI harus pintar memilih portofolio dengan imbal hasil yang tinggi untuk menjaga likuiditas.


Salah satu langkah yang dilakukan manajer investasi adalah menaruh portofolio investasi di aset berisiko seperti saham-saham lapis kedua dan ketiga.

"Ini bagian dari pembelajaran dan kita mengharapkan ke depan industri tumbuh dengan sehat. Pelaku juga harus memperbaiki diri dan investor juga harus lebih pintar dalam melakukan investasinya," ungkap Mauldy Rauf di BEI, Jakarta, Kamis (21/11/2019).

Data Infovesta Utama mengungkapkan, sebanyak 18 produk reksa dana berkinerja negatif dengan level yang ekstrim, yaitu imbal hasil (return) ambles di atas 30% sejak awal bulan hingga 18 November lalu.

Beberapa di antara ke-18 reksa dana itu, dari total reksa dana beredar 1.914 produk, diduga terpapar jatuhnya harga beberapa saham pada periode yang sama hingga awal pekan ini.


Dari jumlah tersebut, di antaranya ada 10 produk dengan kinerja terburuk, empat di antaranya adalah reksa dana yang dikelola PT Narada Aset Manajemen, dua adalah kelolaan PT Asia Raya Kapital, dan sisanya dibentuk oleh beberapa manajer investasi lain.

Beberapa manajer investasi tersebut terdiri dari PT Lippo Securities Tbk (LPPS), PT Millenium Capital Management, PT Asanusa Asset Management, dan PT Treasure Fund Investama.




Data Infovesta Utama per 18 November, menunjukkan ke-10 reksa dana tersebut berasal dari reksa dana terbuka baik dari reksa dana saham maupun reksa dana campuran, dengan rentang pergerakan minus 33,9%-49,19%.


(tas/tas) Next Article Soal Suspensi Reksa Dana, APRDI Soroti Perlindungan Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular