
Banyak Reksa Dana Ambles Parah Sebulan, Begini Komentar OJK
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
21 November 2019 11:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengawasi aset dasar (underlying asset) produk reksa dana. Hal tersebut disampaikan otoritas pasar modal ini guna merespons penurunan signifikan dari sejumlah reksa dana yang dikelola oleh beberapa perusahaan manajer investasi (MI).
Kepala Eksekutif Pengawasa Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan akan menindaklanjuti jika ada temuan baru hasil pemeriksaan.
"Ya nanti kita lihatlah, kalau ada beberapa temuan. Sekarang kita bisa mengawasi itu dari sisi portfolionya dibantu oleh tim KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) ada s-Invest jadi mulai dari mark to market [harga pasar], market monitor, terus compliance terhadap beberapa regulasi terkait dengan produk," kata Hoesen, di Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Hoesen melanjutkan, OJK akan mulai melakukan pengawasan mulai dari produknya, compliance produk dan cara pengelolaan reksa dana.
Berdasarkan data Infovesta Utama, sebanyak 18 produk reksa dana berkinerja negatif dengan level yang ekstrim, yaitu imbal hasil (return) ambles di atas 30% sejak awal November ini.
Beberapa di antara ke-18 reksa dana itu, dari total reksa dana beredar 1.914 produk, diduga terpapar jatuhnya harga beberapa saham pada periode yang sama hingga awal pekan ini.
Mengacu data yang diolah dari Infovesta Utama, dari jumlah 18 reksa dana itu, di antaranya ada 10 produk dengan kinerja terburuk, empat di antaranya adalah reksa dana yang dikelola PT Narada Aset Manajemen, dua adalah kelolaan PT Asia Raya Kapital, dan sisanya dibentuk oleh beberapa manajer investasi lain.
Beberapa manajer investasi tersebut terdiri dari PT Lippo Securities Tbk (LPPS), PT Millenium Capital Management, PT Asanusa Asset Management, dan PT Treasure Fund Investama.
Data Infovesta Utama per 18 November, menunjukkan ke-10 reksa dana tersebut berasal dari reksa dana terbuka baik dari reksa dana saham maupun reksa dana campuran, dengan rentang pergerakan minus 33,9%-49,19%.
Padahal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan pergerakan sebagian besar saham berkapitalisasi pasar jumbo di bursa mengalami penurunan lebih tipis pada periode yang sama, yaitu 1,86%, tapi deretan reksa dana tersebut anjlok dalam.
Dari sekitar 660 saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 10 saham yang memiliki kinerja negatif ekstrim juga yaitu di atas 40%.
Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research Infovesta, menilai bahwa kemungkinan reksa dana yang mengalami penurunan kinerja cukup ekstrim dapat disebabkan oleh penurunan kinerja saham-saham yang juga cukup signifikan pada periode tersebut.
"Kalau yang [berkinerja ekstrim negatif dalam periode] 1 bulan terakhir iya, most likely dari kejatuhan saham gorengan."
(hps/tas) Next Article Meski 'Digoyang' Kasus, Investor Reksa Dana Bertambah lho
Kepala Eksekutif Pengawasa Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan akan menindaklanjuti jika ada temuan baru hasil pemeriksaan.
"Ya nanti kita lihatlah, kalau ada beberapa temuan. Sekarang kita bisa mengawasi itu dari sisi portfolionya dibantu oleh tim KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) ada s-Invest jadi mulai dari mark to market [harga pasar], market monitor, terus compliance terhadap beberapa regulasi terkait dengan produk," kata Hoesen, di Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Hoesen melanjutkan, OJK akan mulai melakukan pengawasan mulai dari produknya, compliance produk dan cara pengelolaan reksa dana.
Berdasarkan data Infovesta Utama, sebanyak 18 produk reksa dana berkinerja negatif dengan level yang ekstrim, yaitu imbal hasil (return) ambles di atas 30% sejak awal November ini.
Beberapa di antara ke-18 reksa dana itu, dari total reksa dana beredar 1.914 produk, diduga terpapar jatuhnya harga beberapa saham pada periode yang sama hingga awal pekan ini.
Mengacu data yang diolah dari Infovesta Utama, dari jumlah 18 reksa dana itu, di antaranya ada 10 produk dengan kinerja terburuk, empat di antaranya adalah reksa dana yang dikelola PT Narada Aset Manajemen, dua adalah kelolaan PT Asia Raya Kapital, dan sisanya dibentuk oleh beberapa manajer investasi lain.
Beberapa manajer investasi tersebut terdiri dari PT Lippo Securities Tbk (LPPS), PT Millenium Capital Management, PT Asanusa Asset Management, dan PT Treasure Fund Investama.
Data Infovesta Utama per 18 November, menunjukkan ke-10 reksa dana tersebut berasal dari reksa dana terbuka baik dari reksa dana saham maupun reksa dana campuran, dengan rentang pergerakan minus 33,9%-49,19%.
Padahal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan pergerakan sebagian besar saham berkapitalisasi pasar jumbo di bursa mengalami penurunan lebih tipis pada periode yang sama, yaitu 1,86%, tapi deretan reksa dana tersebut anjlok dalam.
Dari sekitar 660 saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 10 saham yang memiliki kinerja negatif ekstrim juga yaitu di atas 40%.
Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research Infovesta, menilai bahwa kemungkinan reksa dana yang mengalami penurunan kinerja cukup ekstrim dapat disebabkan oleh penurunan kinerja saham-saham yang juga cukup signifikan pada periode tersebut.
"Kalau yang [berkinerja ekstrim negatif dalam periode] 1 bulan terakhir iya, most likely dari kejatuhan saham gorengan."
(hps/tas) Next Article Meski 'Digoyang' Kasus, Investor Reksa Dana Bertambah lho
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular