
AS-China Sedang Mesra, Yen Lemah Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 November 2019 10:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang melemah tipis di awal perdagangan hari ini. Investor sedang meminati aset-aset berisiko sehingga aset aman (safe haven) seperti yen ditinggalkan dulu.
Pada Senin (18/11/2019) pukul 09:41 WIB, US$ 1 setara dengan JPY 108,79. Yen melemah 0,06% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Jumat pekan lalu, yen melemah 0,31% di hadapan greenback. Sementara dalam empat hari sebelumnya mata uang Negeri Matahari Terbit ini menguat 0,81%.
Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang sempat merenggang pada pekan lalu membuat yen mencetak penguatan. Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng pada Kamis (7/11/2019) mengklaim jika kedua negara sudah sepakat untuk mencabut sebagian bea masuk. Pernyataan China tersebut menjadi awal merenggangnya hubungan kedua negara.
AS langsung membantah telah sepakat untuk mencabut bea masuk, Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
Selepas itu, AS sedang berusaha mendapatkan konsesi yang lebih kuat dari China untuk membuat regulasi kekayaan intelektual dan menghentikan praktik transfer paksa teknologi, sebagai gantinya AS akan membatalkan bea masuk yang seharusnya berlaku mulai 15 Desember nanti.
Di sisi lain, China kini dikabarkan ragu untuk membeli produk pertanian AS, padahal pada bulan lalu Presiden AS Donald Trump mengklaim Negeri Tiongkok akan membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 50 miliar sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase satu.
Alhasil, sentimen pelaku pasar memburuk, dan kembali memburu aset aman (safe haven) seperti yen. Namun di penghujung perdagangan pekan lalu kemarin situasi mulai membaik.
Penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow pada Kamis waktu AS menyatakan bahwa negosiasi dengan Beijing berjalan konstruktif, dan mengatakan dua raksasa ekonomi dunia ini akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat setelah melakukan perundingan intensif melalui telepon.
Minggu kemarin giliran media China, Xinhua, yang mengatakan jika pembicaraan level tinggi kedua negara melalui telepon berlangsung konstruktif. Meski tidak memberikan detail sejauh mana isu-isu penting yang sudah diselesaikan, serta kapan kesepakatan dagang akan diteken.
Tapi setidaknya kedua negara kini sudah memberikan pernyataan yang sama, perundingan berlangsung konstruktif, yang menumbuhkan keyakinan akan adanya kesepakatan dagang. Dalam kondisi seperti ini, mata uang yen Jepang akan cenderung melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Pada Senin (18/11/2019) pukul 09:41 WIB, US$ 1 setara dengan JPY 108,79. Yen melemah 0,06% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Jumat pekan lalu, yen melemah 0,31% di hadapan greenback. Sementara dalam empat hari sebelumnya mata uang Negeri Matahari Terbit ini menguat 0,81%.
AS langsung membantah telah sepakat untuk mencabut bea masuk, Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
Selepas itu, AS sedang berusaha mendapatkan konsesi yang lebih kuat dari China untuk membuat regulasi kekayaan intelektual dan menghentikan praktik transfer paksa teknologi, sebagai gantinya AS akan membatalkan bea masuk yang seharusnya berlaku mulai 15 Desember nanti.
Di sisi lain, China kini dikabarkan ragu untuk membeli produk pertanian AS, padahal pada bulan lalu Presiden AS Donald Trump mengklaim Negeri Tiongkok akan membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 50 miliar sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase satu.
Alhasil, sentimen pelaku pasar memburuk, dan kembali memburu aset aman (safe haven) seperti yen. Namun di penghujung perdagangan pekan lalu kemarin situasi mulai membaik.
Penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow pada Kamis waktu AS menyatakan bahwa negosiasi dengan Beijing berjalan konstruktif, dan mengatakan dua raksasa ekonomi dunia ini akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat setelah melakukan perundingan intensif melalui telepon.
Minggu kemarin giliran media China, Xinhua, yang mengatakan jika pembicaraan level tinggi kedua negara melalui telepon berlangsung konstruktif. Meski tidak memberikan detail sejauh mana isu-isu penting yang sudah diselesaikan, serta kapan kesepakatan dagang akan diteken.
Tapi setidaknya kedua negara kini sudah memberikan pernyataan yang sama, perundingan berlangsung konstruktif, yang menumbuhkan keyakinan akan adanya kesepakatan dagang. Dalam kondisi seperti ini, mata uang yen Jepang akan cenderung melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular