Data Kenaikan Cadev Gagal Bendung Koreksi Harga SUN

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 November 2019 12:30
Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi pada awal perdagangan pagi ini.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi pada awal perdagangan pagi ini, Kamis (7/11/2019) seiring dengan tertekannya pasar keuangan akibat dorongan pemerintah kepada sektor perbankan untuk menurunkan suku bunga kreditnya.

Harga Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan melalui Kementerian Keuangan itu turun karena tidak mampu dibendung oleh sentimen rilis data cadangan devisa valas yang diumumkan tadi pagi.

Pada Oktober, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) nasional sebesar US$ 126,7 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 124,3 miliar dan menjadi yang tertinggi sejak Februari 2018.

Koreksi harga SUN itu menekan tingkat imbal hasil (yield) seri acuan 10 tahun hingga kembali ke level psikologis 7%, setelah sebelumnya bertahan di bawah level tersebut sejak awal pekan ini.


Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain di tengah sentimen negatif pasar keuangan global. 

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 3,6 basis poin (bps) menjadi 7%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Sentimen pasar keuangan global sedang negatif diterpa perkembangan tidak sedap dari proses damai dagang Amerika Serikat (AS)-China, di mana pertemuan delegasi kedua negara yang rencananya digelar dalam waktu dekat berpotensi diundur karena ketidakcocokan pendapatan tentang tempat pertemuan.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 7 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 6 Nov'19 (%)

Yield 7 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 6 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.423

6.451

2.80

6.3839

FR0078

10 tahun

6.964

7

3.60

6.9836

FR0068

15 tahun

7.443

7.452

0.90

7.4256

FR0079

20 tahun

7.664

7.667

0.30

7.6563

 

Sumber: Refinitiv


Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.061 triliun SBN, atau 39,15% dari total beredar Rp 2.711 triliun berdasarkan data per 5 November.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 168,21 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,1 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 2,99 triliun.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 1,31% menjadi 6.135 dan 0,19% menjadi Rp 14.037/dolar AS.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun, terutama diakibatkan sentimen negatif dari perang dagang.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif dari damai dagang AS-China, yang juga terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 6 Nov'19 (%)

Yield 7 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.43

6.49

6.00

China

3.269

3.273

0.40

Jerman

-0.323

-0.341

-1.80

Prancis

-0.028

-0.046

-1.80

Inggris

0.717

0.731

1.40

India

6.487

6.482

-0.50

Jepang

-0.082

-0.087

-0.50

Malaysia

3.459

3.457

-0.20

Filipina

4.546

4.558

1.20

Rusia

6.39

6.36

-3.00

Singapura

1.771

1.755

-1.60

Thailand

1.615

1.595

-2.00

Amerika Serikat

1.812

1.807

-0.50

Afrika Selatan

8.42

8.41

-1.00

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular