PM Inggris "Do or Die" Besok, Poundsterling Jadi "Mager"

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 October 2019 20:16
Dalam enam hari, mata uang Negeri John Bull ini menunjukkan performa impresif dengan mencatat penguatan total 5,5%.
Foto: Ilustrasi koin Poundsterling (REUTERS / Dado Ruvic)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling Inggris malas gerak alias "mager" pada perdagangan Jumat (18/10/19) jika dibandingkan dengan pergerakan enam hari terakhir. Proposal Brexit yang telah disepakati Pemerintah Inggris dengan Uni Eropa akan dibahas di Parlemen Inggris Sabtu (19/10/19) besok, dan akan menentukan nasib Inggris Raya selanjutnya.

Pada pukul 19:48 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2882 nyaris stagnan dibandingkan akhir perdagangan Kamis US$ 1,2888, berdasarkan data Refinitiv. Dalam enam hari, mata uang Negeri John Bull ini menunjukkan performa impresif dengan mencatat penguatan total 5,5%.



Sebagaimana diketahui sebelumnya, Pemerintah Inggris di bawah Perdana Menteri (PM) Boris Johnson mencapai kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa Kamis sore kemarin.

CNBC International melaporkan, pihak Inggris Raya dan Uni Eropa akhirnya mencapai kesepakatan proposal Brexit setelah berunding selama 11 jam. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam cuitannya mengatakan "telah mencapai kesepakatan Brexit yang bagus", dan meminta Parlemen Inggris mendukung proposal tersebut pada Sabtu (19/10/19).

Sementara itu, Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Junker, juga melalui akun Twitter mengatakan kesepakatan lali ini "adil dan berimbang".



Setelah mendapat persetujuan dari Uni Eropa, proposal tersebut akan diserahkan ke Parlemen Inggris Sabtu besok untuk mendapat persetujuan, sebelum akhirnya Brexit resmi dilakukan pada 31 Oktober nanti.

Tantangan bagi PM Johnson selanjutnya adalah meyakinkan anggota parlemen untuk mendukung proposal tersebut. Suara-suara penolakan terhadap proposal PM Boris Johnson mulai bermunculan. Partai Democratic Unionist (DUP) dari Irlandia Utara sudah menyatakan tidak bisa mendukung proposal yang dibuat PM Johnson kali ini.

DUP merupakan partai pendukung pemerintah Inggris, penolakan tersebut tentunya menjadi kabar buruk bagi PM Johnson.

Seperti diketahui, proposal Brexit yang disetujui Pemerintah Inggris dan Uni Eropa di era PM Theresa May berkali-kali ditolak oleh Parlemen Inggris. Bahkan, parlemen mengambil alih pembuatan proposal Brexit, dan tetap tidak menghasilkan suara mayoritas. Hal tersebut akhirnya berujung pada pengunduran diri Theresa May, dan digantikan oleh Boris Johnson.



Jika pada Sabtu nanti proposal Brexit ditolak Parlemen Inggris, PM Johnson secara legal harus mengajukan penundaan Brexit yang seharusnya terjadi pada 31 Oktober. Namun, Johnson berulang kali mengatakan "do or die, come what may", apapun yang terjadi Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober. Dia enggan meminta penundaan deadline.

Sejauh ini, PM Johnson masih "sangat yakin" Parlemen Inggris akan mendukung proposal Brexit yang dibuatnya. Didukung atau tidaknya proposal Brexit oleh Parlemen Inggris masih abu-abu, tetapi yang pasti poundsterling akan mengalami pergerakan besar di hari Senin merespon hasil besok.



Hasil polling Reuters terhadap para analis menunjukkan jika kesepakatan tercapai, poundsterling akan melesat ke level US$ 1,27-1,34. Hasil polling terhadap para ekonom juga menunjukkan dalam tiga tahun terakhir secara konsisten mereka yakin kedua belah pihak pada akhirnya akan mencapai kesepakatan.

Sebaliknya, jika hard Brexit yang terjadi, poundsterling diprediksi mencapai level paritas (GBP 1 = US$ 1) sebagaimana dilansir Reuters yang mengutip dua orang sumber polling.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Ngiler! Trading GBP/USD, Potensi Cuan Bisa Rp 37 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular