Fund Manager Global Panik Dipicu Buffett, di Indonesia Selow!

Syahrizal Sidik & Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 October 2019 07:10
Fund Manager Global Panik Dipicu Buffett, di Indonesia Selow!
Foto: Warren Buffett pemilik perusahaan pembangkit listrik terbesar bernama Berkshire Hathaway (REUTERS/Rick Wilking)
Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah investor saham kenamaan Warren Buffett di pasar modal Amerika Serikat berbuntut panjang. Salah satu investor pasar modal terkaya di dunia ini diketahui sudah mencairkan hampir 60% dari portofolio investasi yang dikelola sejak Juni lalu melalui induk perusahaannya, Berkshire Hathaway Inc., yang tercatat di New York Stock Exchange.

Apa yang dilakukan Warren ini pun berdampak serius. Investor pasar modal pun ramai-ramai menjual kepemilikan saham mereka di Berkshire Hathaway.

Salah satu investor tersebut adalah Kepala Investasi di Wedgewood Partners David Rolfe, yang sudah menjadi pemegang saham di Berkshire Hathaway selama beberapa dekade.


Dalam sebuah surat kepada klien, Rolfe menceritakan alasan mengapa dia menjual saham Berkshire, di antaranya karena rasa kesal ada Buffett yang telah melakukan penimbunan uang besar-besaran.

Seperti dilaporkan CNN, Berkshire Hathaway yang terdaftar di NYSE dengan kode saham BRK ini telah mencairkan hampir 60% dari portofolio investasinya. Pelaku pasar menganggap langkah Buffett ini sebagai tanda kemungkinan pasar akan jatuh.

Selain itu, Rolfe juga menyebut alasan lain di balik penjualan saham Berkshire itu lantaran kondisi pasar modal saat ini tidak terlalu baik. Ditambah lagi, langkanya keputusan investasi yang sukses dari si investor berjuluk Oracle of Omaha (peramal dari Omaha) itu, padahal pasar sekarang ini sedang bergairah (bull market).


Mengacu data NYSE pada Selasa malam (15/10/2019), pukul 22.07 WIB, saham BRK.B diperdagangkan naik 0,80% di level US$ 209,58/saham. Saham perusahaan tertinggi sempat terjadi pada US$ 209,90/saham. Untuk Seri A, saham BRK juga tercatat dengan kode BRK.A dengan kenaikan 1,02% menjadi US$ 314.825/saham atau sekitar Rp 4,4 miliar/saham, termahal di dunia.

Pada 23 Oktober 2006, untuk pertama kalinya, saham Seri A Berkshire Hathaway memang dijual di atas US$ 100.000 per saham 
dan membuatnya menjadi saham dengan harga termahal di NYSE.

"Menghisap jempol belaka tidak memotong monster [yang membuat kinerja] Heinz [Kraft Heinz, kurang baik] selama bull market ini," katanya, dikutip CNBC International, Selasa (15/10).

"[Masa] The Great Bull ini bisa menjadi salah satu neraka dari kesudahan karier yang mencengangkan untuk Tuan Buffett dan [Wakil Buffett, Charlie] Munger," tegasnya. 

Kraft Heinz adalah investasi yang tidak berhasil untuk Berkshire sejak 2018. Saham tersebut telah kehilangan sekitar dua pertiga dari nilainya pada waktu itu.

Selain itu, investasi Berkshire di IBM juga merugikan. Buffet mengumumkan kepemilikan senilai US$ 10,7 miliar saham IBM pada kuartal keempat 2011. Tetapi pada awal 2018, ia telah menjual seluruh saham. Pada saat itu, saham IBM anjlok lebih dari 20%.

Saham Berkshire Hathaway juga mencatatkan kinerja yang lebih rendah di Indeks S&P 500 selama masa bullish yang dimulai sejak Maret 2009. Pada waktu itu, saham Seri A Berkshire (BRK.A) melesat 323% sementara indeks S&P secara luas telah melonjak 334%.

Foto: Berkshire Hathaway Tambah Pundi Kepemilikan Saham Amazon (CNBC Indonesia TV)

Namun begitu, menurut laporan di situs web Wedgewood Partners, kinerja Rolfe di seluruh portofolio saat pasar bullish juga bukan yang terbaik. Pengembalian dana tahunan atau return, setelah dikurangi biaya, hanya 13,6% selama 10 tahun terakhir hingga kuartal kedua.

Pada masa itu, S&P 500 telah membukukan return tahunan sebesar 14,7%.

Mengutip CNBC International, tumpukan uang tunai Berkshire telah membengkak hingga lebih dari US$ 120 miliar pada akhir kuartal kedua 2019, level rekor bagi perusahaan. Rolfe berpikir begitu banyak uang berarti hambatan pertumbuhan yang cukup besar bagi perusahaan.

Rolfe juga mengatakan bahwa Berkshire telah melewatkan dua peluang besar pada awal pasar musim pasar bullish dengan tidak berinvestasi besar pada perusahaan kartu kredit Mastercard dan Visa. Selama pasar bullish, saham Mastercard telah melonjak lebih dari 1.800% sementara Visa naik lebih dari 1.300%.


Berkshire memiliki saham di kedua perusahaan, tetapi hanya membeli sebagian kecil dari portofolio saham perusahaan. "Dua saham ini seharusnya menjadi layu untuk Buffett," kata Rolfe.

Buffett dinilai memiliki alasan yang tepat atas langkah yang ia lakukan. Di 2008, ia melakukan tindakan serupa dan sukses menyelamatkan uangnya dari krisis yang terjadi di tahun itu.

Uang yang dicairkan ini juga kemudian dipinjamkannya lagi ke perusahaan yang tengah sekarat seperti Goldman Sachs dan General Electric. 

LANJUT HALAMAN 2: Fund manager RI panik juga kah?
Manajer investasi di Tanah Air juga merespons sinyal kewaspadaan dari fund manager global setelah investor saham global ternama, Warren Buffett, mencairkan 60% dari portofolio investasi dalam bentuk tunai.

Perusahaan manajer investasi (MI) menyebut sikap Buffet tersebut belum mengindikasikan adanya resesi ekonomi di AS. 

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan, sebetulnya isu mengenai resesi di AS sudah dibahas sejak tahun lalu, dan hingga kini belum ada tanda-tanda resesi akan terjadi. Artinya, ekonomi AS masih kuat. 

Ia juga menyebut, sikap yang diambil "Oracle of Omaha" itu tidak disebabkan karena potensi resesi. 


"Filosofi investasi dari Warren Buffet itu lebih kepada valuasi bukan resesi. Kalau dilihat saham-saham di AS mengalami kenaikan signifikan selama beberapa tahun terakhir, hal ini membuat valuasinya menjadi mahal sehingga kemungkinan menjadi penyebab porsi cash lebih besar, bukan karena resesi," ungkap Rudiyanto, saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (15/10/2019). 

Adapun, kata Rudiyanto, strategi yang diterapkan MI dalam mengantisipasi hal tersebut adalah kembali memperhatikan fundamental perusahaan. 

"Kami lebih memperhatikan kinerja laporan keuangan dari emiten yang menjadi aset dasar dan fokus pada perusahaan yang laporan keuangannya menunjukkan peningkatan kinerja atau secara valuasi murah," ungkap Rudiyanto. 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular