Kacau! Masih Ada Potensi Hard Brexit, Poundsterling Amblas

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 October 2019 20:35
Negosiator Inggris dan Uni Eropa hari ini kompak mengatakan masih banyak yang perlu dikerjakan sebelum dicapai kesepakatan Brexit.
Foto: Ilustrasi mata uang poundsterling (REUTERS/Benoit Tessier)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling Inggris melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (11/10/19). Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, masih membuka peluang terjadinya hard Brexit sehingga poundsterling amblas.

Pada pukul 19:55 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2549, melemah 0,77% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada pekan lalu, mata uang negeri John Bull ini mencatat penguatan 2,56% hingga mencapai level tertinggi sejak 1 Juli lalu.

Negosiator dari Inggris maupun Uni Eropa pada hari ini kompak mengatakan jika masih banyak yang perlu dikerjakan sebelum kedua belah pihak sepakat bagaimana Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa harus dilakukan pada 31 Oktober nanti.



Melansir Reuters, Uni Eropa sanksi jika deal Brexit akan tercapai di pekan ini, meski kemungkinan deal tidak tertutup.



Sementara itu PM Johnson mengatakan ia ingin kesepakatan terjadi saat pertemuan Uni Eropa Kamis dan Jumat pekan ini agar Brexit bisa dieksekusi 31 Oktober. Jika kesepakatan tidak terjadi, Johnson akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit), meski Parlemen Inggris sudah membuat undang-undang yang menghalangi itu.

Bagaimana PM Johnson akan melakukan hard Brexit masih belum diketahui, tetapi kemungkinan tersebut membuat sentimen pelaku pasar kembali memburuk. Hard Brexit merupakan ketakutan utama para pelaku pasar, ekonomi Inggris diperkirakan akan memasuki resesi.



Berbicara mengenai kondisi ekonomi, pada pekan lalu Office for National Statistic (ONS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) Inggris bulan Agustus berkontraksi 0,1% month-on-month (MoM) dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 0,3%. Rilis tersebut lebih buruk dibandingkan prediksi stagnan 0% di Forex Factory.

Sejalan dengan PDB, produksi manufaktur di bulan Agustus juga dilaporkan merosot 0,7% MoM, dari bulan Juli yang tumbuh 0,3%. Laporan ONS tersebut sekaligus mematahkan prediksi pertumbuhan 0,1% di Forex Factory.

Data tersebut sudah cukup menunjukkan jika ekonomi Inggris sedang melambat. Jika sampai terjadi hard Brexit, yakni Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, ekonomi Inggris tentunya akan semakin terpuruk.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular