Rupiah Kurang Tenaga, Tapi Masih Bisa Tekan Turun Kurs AUD

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 October 2019 19:51
Kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China pada hari Jumat (11/10/19) pekan lalu berdampak positif bagi kurs dolar Australia.
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Australia (AUD) melemah melawan rupiah pada perdagangan Senin (14/10/19), padahal pada pagi sempat menguat di awal perdagangan.

Dolar Australia melemah 0,39% ke level Rp 9.548,19 di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv. Kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China pada hari Jumat (11/10/19) pekan lalu berdampak positif bagi kurs dolar Australia.


Presiden AS, Donald Trump, bersama Wakil Perdana Menteri China, Liu He, Jumat pekan lalu waktu Washington mengumumkan jika perundingan kedua negara memberikan hasil "kesepakatan fase satu yang sangat substansial", sebagaimana dilansir CNBC International. Trump menambahkan fase dua akan dimulai segera setelah fase pertama diteken.



Porsi pertama dalam kesepakatan dagang kali ini akan dibuat dalam tiga pekan ke depan, termasuk di dalamnya properti intelektual, jasa keuangan, serta rencana pembelian produk pertanian AS oleh China senilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar, kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.

Dengan deal kedua dagang tersebut, perekonomian China diharapkan bisa bangkit kembali. Ketika negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut membaik, maka ekonomi Australia juga akan mendapat berkah.

China merupakan mitra dagang utama Australia, dengan ekspor utama komoditas seperti bijih besi. Ketika ekonomi China semakin bergeliat, tentunya permintaan akan komoditas dari Negeri Kanguru akan meningkat.

Perekonomian Australia memang sedang bermasalah, pasar tenaga kerja yang lemah, inflasi yang rendah membuat perekonomiannya melambat. Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) bahkan sudah memangkas suku bunga tiga kali di tahun ini untuk merangsang pertumbuhan.



Panduan kebijakan moneter RBA menunjukkan , bank sentral pimpinan Philip Lowe tersebut masih membuka peluang suku bunga kembali dipangkas. Notula rapat kebijakan moneter RBA akan dirilis besok, pelaku pasar mengantisipasi sinyal kuat suku bunga akan kembali diturunkan yang membuat dolar Australia melemah.

Apalagi, kesepakatan dagang AS-China tentunya belum akan menunjukkan efek instan di sektor riil. Belum lagi melihat tidak adanya bea impor yang dibatalkan dari kedua belah pihak, yang berarti lalu lintas perdagangan internasional masih terhambat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular