Negosiasi Dagang Lanjut ke Hari Kedua, IHSG Melejit 1,03%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 October 2019 12:19
Negosiasi Dagang Lanjut ke Hari Kedua, IHSG Melejit 1,03%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini, Jumat (11/10/2019), di zona hijau. Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,16% ke level 6.033,32. Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut sudah memperlebar penguatannya menjadi 1,03% ke level 6.085,41.

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan yang juga sedang ditransaksikan di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei naik 1,1%, indeks Shanghai menguat 0,44%, indeks Hang Seng melejit 2,19%, indeks Straits Times terapresiasi 0,68%, dan indeks Kospi bertambah 1,01%.

Perkembangan yang oke dari gelaran negosiasi dagang AS-China menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Untuk diketahui, kemarin (10/10/2019) waktu setempat AS dan China mulai menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi di Washington.

Dalam negosiasi tingkat tinggi ini, delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, sementara delegasi AS dikomandoi oleh Kepala Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin ikut berpartisipasi dalam delegasi yang dipimpin oleh Lighthizer.

Pasca negosiasi di hari Kamis selesai digelar, Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa negosiasi dengan China berlangsung dengan sangat baik dan dialog akan dilanjutkan pada hari ini. Selain itu, Trump juga diketahui akan bertemu dengan Liu He di Gedung Putih.

"Kami baru saja menyelesaikan negosiasi dengan China, kami melakukannya dengan sangat baik, kami akan bernegosiasi lagi besok," kata Trump pada hari Kamis (10/10/2019), dilansir dari Bloomberg.

"Saya akan bertemu dengan wakil perdana menteri di Gedung Putih, dan saya rasa itu (negosiasi dagang) berlangsung dengan sangat baik."

Perkembangan tersebut jelas memberikan kelegaan bagi pelaku pasar. Pasalnya, sebelumnya banyak beredar pemberitaan negatif terkait negosiasi dagang AS-China sehingga membuat pelaku pasar khawatir bahwa perang dagang justru akan tereskalasi pasca negosiasi selesai digelar.

Pemberitaan dari South China Morning Post (SCMP) menyebutkan bahwa AS dan China tak menghasilkan perkembangan apapun kala perbincangan tingkat deputi digelar pada awal pekan ini.

SCMP kemudian menyebut bahwa delelegasi pimpinan Liu He hanya akan menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi dengan delegasi AS selama satu hari dan akan kembali ke Beijing pada hari Kamis.

Masalah transfer teknologi secara paksa yang ditolak untuk dirundingkan oleh pihak China menjadi dasar dari mandeknya perbincangan antar kedua negara, seperti dilaporkan oleh SCMP.

Lebih lanjut, seorang sumber yang terlibat dalam negosiasi dagang AS-China mengatakan kepada CNBC International bahwa jadwal negosiasi dagang tingkat tinggi kini sudah menjadi tidak jelas, dengan negosiasi pada hari Jumat menjadi sebuah pertanyaan.

Menurut sumber tersebut, salah satu skenario yang bisa terjadi adalah Wakil Menteri Keuangan China Liao Min tetap tinggal di Washington guna melanjutkan negosiasi, sementara Liu He bertolak ke China terlebih dulu. Opsi lainnya adalah negosiasi tingkat tinggi diakhiri pada hari Kamis.

Diharapkan, negosiasi dagang AS-China yang berlanjut ke hari kedua bahkan hingga melibatkan Trump akan membantu kedua negara meneken kesepakatan dagang, walaupun itu hanyalah kesepakatan dagang parsial.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Optimistis The Fed Pangkas Bunga Acuan

Rilis data ekonomi AS yang mengecewakan ikut menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Asia. Kemarin, tingkat inflasi AS periode September 2019 diumumkan di level 0% secara bulanan alias tak ada inflasi. Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,1%, seperti dilansir dari Forex Factory. 

Dengan inflasi yang masih landai, praktis ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada akhir bulan ini menjadi membuncah.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Oktober 2019, probabilitas The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan ini berada di level 80,7%. Satu bulan yang lalu, probabilitasnya masih berada di level 50,6%.

Untuk diketahui, di sepanjang tahun 2019 The Fed selaku bank sentral AS telah memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli dan September. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 50 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.

Jika tingkat suku bunga acuan dipangkas lebih lanjut, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.

Kala roda perekonomian AS berputar dengan lebih kencang, tentulah roda perekonomian dunia juga akan ikut berputar dengan lebih kencang, mengingat posisi AS selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.

BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Sudah Sekian Lama Babak Belur, Saham Konsumer Kini Jadi Primadona

Saham-saham konsumer menjadi motor penguatan IHSG pada hari ini. Per akhir sesi satu, indeks sektor barang konsumsi melejit 1,17%.

Saham-saham konsumer begitu gencar diburu pelaku pasar pasca sudah diterpa tekanan jual yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Anggapan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang lemah menjadi faktor yang memantik aksi jual atas saham-saham konsumer dalam beberapa waktu terakhir. Anggapan ini muncul menyusul rilis data ekonomi yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat.

Pada pekan ini Survei Penjualan Eceran (SPE) periode Agustus 2019 dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI). Sepanjang bulan Agustus, penjualan barang-barang ritel tercatat tumbuh tipis sebesar 1,1% secara tahunan (year-on-year/YoY). 

Pertumbuhan tersebut melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Juli yang sebesar 2,4% YoY, serta melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Agustus 2018) yang sebesar 6,1% YoY.

Untuk periode September 2019, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 2,1% secara tahunan, di bawah pertumbuhan pada September 2018 yang sebesar 4,8% YoY.

Sebagai catatan, sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.

Selain itu, rilis angka inflasi ikut menjadi faktor yang memantik aksi jual atas saham-saham konsumer. Pada pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode September 2019. Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,27% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,39%. Deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yang memproyeksikan deflasi sebesar 0,15% saja secara bulanan.

Sebelumnya pada periode Agustus, BPS mencatat terjadi inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,49%. Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,16% dan inflasi secara tahunan berada di level 3,54%.

Lebih lanjut, saham emiten produsen rokok yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dilego dalam beberapa waktu terakhir seiring dengan kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai secara signifikan pada tahun depan.

Kini, seiring dengan koreksi yang begitu dalam yang sudah dicatatkan oleh saham-saham konsumer, pelaku pasar melihat adanya kesempatan yang baik untuk melakukan aksi beli. Apalagi, sentimen dari sisi eksternal pada saat ini sedang kondusif.

Saham-saham konsumer yang banyak diburu pelaku pasar pada perdagangan hari ini di antaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+3,67%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+2,79%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+1,31%), dan PT Kimia Farma Tbk/KAEF (+1,08%).

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

 

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular