
Negosiasi Dagang Lanjut ke Hari Kedua, IHSG Melejit 1,03%

Rilis data ekonomi AS yang mengecewakan ikut menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Asia. Kemarin, tingkat inflasi AS periode September 2019 diumumkan di level 0% secara bulanan alias tak ada inflasi. Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,1%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Dengan inflasi yang masih landai, praktis ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada akhir bulan ini menjadi membuncah.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Oktober 2019, probabilitas The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan ini berada di level 80,7%. Satu bulan yang lalu, probabilitasnya masih berada di level 50,6%.
Untuk diketahui, di sepanjang tahun 2019 The Fed selaku bank sentral AS telah memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak dua kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli dan September. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 50 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.
Jika tingkat suku bunga acuan dipangkas lebih lanjut, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
Kala roda perekonomian AS berputar dengan lebih kencang, tentulah roda perekonomian dunia juga akan ikut berputar dengan lebih kencang, mengingat posisi AS selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Sudah Sekian Lama Babak Belur, Saham Konsumer Kini Jadi Primadona
(ank/ank)