
Analisis
Perundingan AS-China Dimulai Hari Ini, Emas Apa Kabar?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 October 2019 14:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia sudah melesat cukup tajam pagi tadi, tetapi penguatan hanya berlangsung sesaat. Memasuki tengah hari, penguatan terus terpangkas.
Perundingan dagang AS-China yang dimulai pada hari Kamis 10 Oktober waktu Washington menjadi penggerak utama harga emas hari ini. "Gosip" sejak Rabu kemarin membuat harga emas naik turun signifikan dalam waktu singkat.
Rabu kemarin, harapan akan adanya damai dagang muncul setelah Bloomberg News, China dikabarkan siap membuat beberapa kesepakatan dagang dengan AS asal tidak ada lagi kenaikan bea impor.
Selain itu, Financial Times juga melaporkan untuk mencapai beberapa kesepakatan tersebut, pejabat China akan melakukan pembelian lebih banyak produk pertanian AS. Sementara pagi tadi, CNBC International mengutip harian South China Morning Post melaporkan perundingan dagang AS-China di tingkat wakil menteri tidak membuat kemajuan apapun.
Harapan akan adanya damai dagang atau setidaknya beberapa kesepakatan kembali meredup, aset-aset berisiko berguguran dan aset aman (safe haven) seperti emas kembali menguat hingga ke kisaran US$ 1.517/troy ons.
Logam mulia perlahan memangkas penguatan setelah CNBC International mendapat jawaban dari pihak Gedung Putih yang menyebutkan laporan South China Morning Post tidak akurat. Panas-dingin hubungan kedua negara yang terlontar dari isu-isu yang beredar membuat pasar finansial bergejolak naik-turun layaknya roller coaster.
Hasil pasti pertemuan tersebut baru diketahui Jumat waktu AS besok. Jika tidak ada kesepakatan dagang yang dihasilkan, maka bea impor produk dari China akan dinaikkan pada 15 Oktober sebagaimana ancaman Presiden AS Donald Trump. Dus, hubungan kedua negara tersebut bakal kembali memanas dan emas akan diuntungkan.
Selain perundingan AS-China, peluang pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga menjadi penggerak emas.
Rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed dini hari tidak ada perbedaan dengan saat pengumuman kebijakan moneter pada 19 September lalu. Saat itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2%.
Pemangkasan tersebut merupakan yang kedua kalinya tahun ini, dan sikap para anggota komite pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) terbelah saat memutuskan menurunkan suku bunga, maupun melihat proyeksi suku bunga di sisa tahun ini.
Dari 17 anggota FOMC, tujuh di antaranya memperkirakan ada sekali lagi penurunan suku bunga acuan sampai akhir tahun. Kemudian lima lainnya melihat suku bunga yang saat ini masih bisa dipertahankan sampai akhir 2019, sementara sisanya malah memperkirakan bakal ada kenaikan.
Pasca rilis notula tersebut pelaku pasar melihat peluang The Fed memangkas suku bunga di akhir bulan ini sedikit meningkat. Data dari piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan probabilitas sebesar 85% suku bunga akan dipangkas 25 bps menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).
Probabilitas tersebut lebih tinggi dari Rabu kemarin di kisaran 80%. Tingginya probabilitas penurunan suku bunga tentunya menjadi salah satu pendongkrak kinerja emas.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Target kenaikan ke US$ 1.517 hampir tercapai pada hari ini, setelahnya emas terus terkoreksi turun.
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan di atas MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) bergerak mendatar di dekat level 0, begitu juga dengan Histogram, yang memberikan gambaran emas sedang dalam fase konsolidasi.
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di antara MA 8, MA 21 dan MA 125. Indikator stochastic sudah masuk ke wilayah jenuh jual (oversold). Emas kembali bergerak di dekat US$ 1.505/troy ons yang menjadi support (tahanan bawah terdekat).
Melihat indikator Stochastic yang oversold, selama bertahan di atas support, emas berpeluang naik ke US$ 1.512/troy ons masih terbuka. Penembusan di atas level tersebut akan membuka peluang naik kembali ke US$ 1.517/troy ons, bahkan lebih tinggi lagi ke US$ 1.521/troy ons.
Target kenaikan selanjutnya jika US$ 1.521 ditembus adalah US$ 1.526. Sebaliknya jika support ditembus, emas berpeluang terkoreksi ke level US$ 1.500/troy ons. Kalau mampu melewati level tersebut, emas berpeluang turun ke US$ 1.496 sampai US$ 1.490/troy ons. Support selanjutnya di level US$ 1.484 dan 1.480/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Perundingan dagang AS-China yang dimulai pada hari Kamis 10 Oktober waktu Washington menjadi penggerak utama harga emas hari ini. "Gosip" sejak Rabu kemarin membuat harga emas naik turun signifikan dalam waktu singkat.
Rabu kemarin, harapan akan adanya damai dagang muncul setelah Bloomberg News, China dikabarkan siap membuat beberapa kesepakatan dagang dengan AS asal tidak ada lagi kenaikan bea impor.
Selain itu, Financial Times juga melaporkan untuk mencapai beberapa kesepakatan tersebut, pejabat China akan melakukan pembelian lebih banyak produk pertanian AS. Sementara pagi tadi, CNBC International mengutip harian South China Morning Post melaporkan perundingan dagang AS-China di tingkat wakil menteri tidak membuat kemajuan apapun.
Harapan akan adanya damai dagang atau setidaknya beberapa kesepakatan kembali meredup, aset-aset berisiko berguguran dan aset aman (safe haven) seperti emas kembali menguat hingga ke kisaran US$ 1.517/troy ons.
Logam mulia perlahan memangkas penguatan setelah CNBC International mendapat jawaban dari pihak Gedung Putih yang menyebutkan laporan South China Morning Post tidak akurat. Panas-dingin hubungan kedua negara yang terlontar dari isu-isu yang beredar membuat pasar finansial bergejolak naik-turun layaknya roller coaster.
Hasil pasti pertemuan tersebut baru diketahui Jumat waktu AS besok. Jika tidak ada kesepakatan dagang yang dihasilkan, maka bea impor produk dari China akan dinaikkan pada 15 Oktober sebagaimana ancaman Presiden AS Donald Trump. Dus, hubungan kedua negara tersebut bakal kembali memanas dan emas akan diuntungkan.
Selain perundingan AS-China, peluang pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga menjadi penggerak emas.
Rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed dini hari tidak ada perbedaan dengan saat pengumuman kebijakan moneter pada 19 September lalu. Saat itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2%.
Pemangkasan tersebut merupakan yang kedua kalinya tahun ini, dan sikap para anggota komite pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) terbelah saat memutuskan menurunkan suku bunga, maupun melihat proyeksi suku bunga di sisa tahun ini.
Dari 17 anggota FOMC, tujuh di antaranya memperkirakan ada sekali lagi penurunan suku bunga acuan sampai akhir tahun. Kemudian lima lainnya melihat suku bunga yang saat ini masih bisa dipertahankan sampai akhir 2019, sementara sisanya malah memperkirakan bakal ada kenaikan.
Pasca rilis notula tersebut pelaku pasar melihat peluang The Fed memangkas suku bunga di akhir bulan ini sedikit meningkat. Data dari piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan probabilitas sebesar 85% suku bunga akan dipangkas 25 bps menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).
Probabilitas tersebut lebih tinggi dari Rabu kemarin di kisaran 80%. Tingginya probabilitas penurunan suku bunga tentunya menjadi salah satu pendongkrak kinerja emas.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Target kenaikan ke US$ 1.517 hampir tercapai pada hari ini, setelahnya emas terus terkoreksi turun.
![]() Sumber: investing.com |
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan di atas MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) bergerak mendatar di dekat level 0, begitu juga dengan Histogram, yang memberikan gambaran emas sedang dalam fase konsolidasi.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di antara MA 8, MA 21 dan MA 125. Indikator stochastic sudah masuk ke wilayah jenuh jual (oversold). Emas kembali bergerak di dekat US$ 1.505/troy ons yang menjadi support (tahanan bawah terdekat).
Melihat indikator Stochastic yang oversold, selama bertahan di atas support, emas berpeluang naik ke US$ 1.512/troy ons masih terbuka. Penembusan di atas level tersebut akan membuka peluang naik kembali ke US$ 1.517/troy ons, bahkan lebih tinggi lagi ke US$ 1.521/troy ons.
Target kenaikan selanjutnya jika US$ 1.521 ditembus adalah US$ 1.526. Sebaliknya jika support ditembus, emas berpeluang terkoreksi ke level US$ 1.500/troy ons. Kalau mampu melewati level tersebut, emas berpeluang turun ke US$ 1.496 sampai US$ 1.490/troy ons. Support selanjutnya di level US$ 1.484 dan 1.480/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular