Sempat Amblas, Akankah Harga Emas Anjlok di Bawah US$ 1.500

Putu Agus Pransuamitra & Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
27 September 2019 07:11
Sempat Amblas, Akankah Harga Emas Anjlok di Bawah US$ 1.500
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia mulai kesulitan untuk bangkit pada perdagangan Kamis kemarin (26/9/2019) setelah anjlok hingga 1,83% pada perdagangan Rabu sebelumnya. Namun memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) pada Kamis malam, harga emas mulai bergerak liar.

Data Refinitiv menunjukkan, pukul 20:40 WIB tadi malam, harga emas menguat ke level US$ 1.511,40/troy ons di pasar spot. Padahal kurang dari satu jam sebelumnya, harga emas dunia berada di level US$ 1.501,75/US$.

Penurunan harga emas sebelumnya disebabkan adanya harapan damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan dagang dengan China akan segera terjadi, bahkan lebih cepat dari perkiraan pasar.



"Mereka (China) ingin membuat kesepakatan, dan itu bisa terjadi lebih cepat dari yang Anda duga. Saya bersikap baik kepada mereka, dan kami melakukan pembicaraan yang positif. China mulai membeli kembali produk agrikultur kami seperti daging sapi dan babi, banyak sekali daging babi," ungkap Trump di New York, seperti diberitakan Reuters.

Sentimen yang lebih bagus lagi, AS sudah mencapai mencapai kesepakatan dagang baru dengan Jepang. Jika situasi global kondusif, emas yang menjadi aset aman (safe haven) biasanya dilepas investor.



Pernyataan dan kesepakatan tersebut disambut baik oleh pelaku pasar, ekonomi AS diharapkan akan membaik jika kesepakatan dagang dengan China akhirnya tercapai. Dolar pun menjadi perkasa.


Perkasanya dolar juga memberikan tekanan tambahan bagi emas. Harga logam mulia dibanderol dengan dolar, sehingga ketika dolar menguat harga emas akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, dan permintaan berpotensi menurun.

Di saat sedang mendapat banyak tekanan tersebut, proses pemakzulan Presiden Trump menimbulkan ketidakpastian di pasar, yang membuat harga emas "belum mau" turun lebih dalam lagi.

Meski dalam sejarah AS tidak pernah ada presiden yang sukses dilengserkan, tetap saja proses pemakzulan yang sedang berjalan membuat pelaku pasar berhati-hati.


Hal inilah yang membuat harga emas bergerak liar memasuki perdagangan sesi AS, dari level terendah 1.501,75/US$, langsung berbalik naik hingga ke atas US$ 1.511/troy ons.

Secara teknikal, mengacu perdagangan kemarin, jika harga emas dunia menembus ke bawah US$ 1.504/troy ons, maka emas berpeluang turun ke level psikologis US$ 1.500.

Kemampuan melewati level psikologis akan membawa emas turun ke US$ 1.494 sampai US$ 1.490/troy ons.


Sementara jika menembus ke atas US$ 1.512, emas berpotensi kembali menguat menuju area US$ 1.516/troy ons. Kalau level tersebut juga dilewati, peluang ke area U$ 1.521/troy ons menjadi semakin terbuka.

Lalu apa kabar harga emas Antam?

LANJUT KE HALAMAN 2 >>

Harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM/Antam) anjlok Rp 7.000 per gram menjadi Rp 713.000 per gram pada perdagangan Kamis kemarin (26/9/2019) dari Rp 720.000.000 per gram pada Rabu.

Penurunan emas Antam kemarin ini sesuai dengan prediksi sebelumnya seiring dengan koreksi yang juga dialami oleh emas dunia pada perdagangan Rabu sebelumnya. Situasi global yang mulai kondusif membuat emas perlahan pudar 'kilaunya'.

Di sisi lain, koreksi harga emas Antam pada perdagangan Kamis kemarin juga terjadi di tengah mulai ademnya suhu keamanan domestik yang berangsur kondusif sejak Rabu.


Demonstrasi mahasiswa terkait RUU KUHP dan RUU KPK di awal pekan yang sempat diwarnai kericuhan di beberapa kota berakhir pada Selasa dan menurunkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap kondisi dalam negeri.

Pasar yang kondusif biasanya menekan harga emas dalam negeri yang linear dengan risiko mengingat emas adalah instrumen safe haven alias aset aman. 

Emas merupakan aset yang dibanderol dengan dolar AS, ketika dolar menguat maka harga emas akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, permintaan bisa menurun.

Meskipun turun, harga emas Antam kemarin itu masih cukup jauh dari posisi tertinggi sepanjang masanya Rp 726.000/gram pada 5 September lalu.

Dengan tipisnya kenaikan emas global dan masih ada ketakutan harga bisa di bawah US$ 1.500 per troy ons, harga emas Antam punya tekanan berat dan bisa berujung pada koreksi lanjutan pada Jumat ini (27/9/2019).


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular