Usai Tertinggi 7 Tahun, Siap-siap Emas Tembus Rekor Lagi

Putu Agus Pransuamitra & Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 February 2020 07:07
Usai Tertinggi 7 Tahun, Siap-siap Emas Tembus Rekor Lagi
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan Rabu kemarin (19/2/2020) setelah sempat menembus ke atas US$ 1.600/troy ons pada Selasa pekan ini. Harga logam mulia ini juga mencapai level penutupan tertinggi sejak Maret 2013 atau tertinggi dalam 7 tahun.

Pada pukul 14:03 WIB Rabu kemarin, harga emas diperdagangkan di level US$ 1.603,77/troy ons, menguat 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Penguatan harga emas dipicu "produk turunan" dari wabah virus Corona yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang dan menjangkiti lebih dari 75.000 orang di berbagai negara.

Dari sisi makro, "produk turunan" virus corona yakni risiko terjadinya resesi, sementara dari sisi mikro penurunan pendapatan perusahaan. Setidaknya ada tiga negara yang berisiko mengalami resesi, yakni Singapura, Jerman, dan Jepang. Ketiganya memiliki hubungan erat dengan China.


Pemerintah Singapura di awal pekan ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Mengutip Reuters, Singapura memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Padahal sebelumnya, pemerintah memproyeksikan, pertumbuhan di kisaran 0,5%-2,5%.

Setelah Singapura, Jerman juga sudah waspada. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada tahun lalu, Jerman sudah nyaris mengalami resesi akibat perang dagang AS dengan China.

Selanjutnya Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia, yang sudah dekat dengan resesi.

Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir. Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter(QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014.


Sementara itu raksasa teknologi asal AS, Apple Inc. menyatakan pendapatan di kuartal II tahun fiskal 2020 akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya akibat wabah Covid-19, yang menyebabkan gangguan suplai serta penurunan penjualan di China. Apple sebelumnya memberikan prediksi penjualan bersih akan mencapai US$ 63 miliar sampai US$ 67 miliar.

Apple Inc. merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1,3 triliun. Sebagai perbandingan nilai perekonomian Indonesia di tahun 2018 sebesar US$ 1,042 triliun, masih di bawah kapitalisasi pasar Apple.

Di tahun yang sama, nilai ekonomi AS sebagai yang terbesar di dunia sebesar US$ 20,5 triliun, itu artinya kapitalisasi pasar perusahaan pembuat iPhone ini sekitar 6,3% dari nilai ekonomi AS.

Tidak hanya itu melansir Investopedia yang melihat data World Bank, hanya ada 14 negara yang nilai ekonominya lebih besar dari Apple.

Maka ketika Apple mengumumkan kemungkinan penurunan pendapatan akan memberikan dampak buruk ke sentimen pelaku pasar. Apalagi banyak perusahaan yang bermitra dengan Apple di berbagai negara, sehingga bursa saham global akan terguncang.

Akibatnya pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas. Harga logam mulai ini melesat naik 1,32% ke US$ 1,601,66/troy ons, pada perdagangan Selasa lalu dan masih berlanjut hingga memasuki perdagangan sesi Eropa Rabu kemarin.

Dalam kesempatan sebelumnya, Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London,
memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.


[Gambas:Video CNBC]



Harga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik Rp 5.000 (0,69%) menjadi Rp 731.000 per gram pada perdagangan Rabu kemarin (19/2), dari Rp 729.000/gram pada Selasa, seiring dengan belum meredanya kekhawatiran pasar global terhadap virus corona Wuhan.

Penguatan harga emas Antam tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1 Februari 2020, ketika harganya naik dari Rp 725.000/gram menjadi Rp 732.000/gram.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam Rabu kemarin, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat menjadi Rp 73,1 juta dari harga kemarin Rp 72,9 juta per batang.

Naiknya harga emas Antam itu mengekor harga emas di pasar spot global yang naik kemarin yaitu menjadi US$ 1.601,66 per troy ounce, rekor tertinggi sejak 10 April 2013. 

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga naik Rp 5.000/gram, Rabu kemarin menjadi Rp 702.000/gram dari Rp 697.000/gram pada Selasa. 


Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Naik-turunnya harga emas ukuran kecil itu biasanya mengindikasikan risiko pada hari kerja sebelumnya.

Beberapa faktor yang memengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.


TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular