Virus Corona Merebak, Harga Emas Dunia kok Malah Koreksi?

Putu Agus Pransuamitra & Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 February 2020 07:16
Virus Corona Merebak, Harga Emas Dunia kok Malah Koreksi?
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah mencapai rekor penutupan tertinggi sejak April 2013 pada Jumat pekan lalu, harga emas dunia mulai melemah pada perdagangan Senin kemarin (3/2/2020) di tengah masih merebaknya virus corona ke sejumlah negara.

Pada pukul 15:10 WIB, Senin kemarin, harga emas melemah 0,88% ke level US$ 1.575,71/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Penyebaran virus corona yang kian meluas, serta data ekonomi AS yang buruk membuat emas melesat 1% ke level US$ 1.589,81/troy ons pada perdagangan Jumat lalu, dan merupakan level penutupan tertinggi sejak 2 April 2013.

Hingga saat ini, penyebaran virus corona belum menunjukkan tanda-tanda mereda, tetapi emas justru berbalik melemah.

CNBC International
melaporkan hingga Minggu kemarin, jumlah korban meninggal akibat virus corona mencapai 361 orang meninggal, dan menjangkiti lebih dari 17.000 orang.


Guna mencegah terjadinya gejolak finansial akibat virus corona, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) menyuntikkan likuiditas melalui program reverse repo. CNBC International melaporkan, PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% dan menyuntikkan likuiditas mencapai 1,2 triliun yuan (US$ 174 miliar) di pasar. 

Aksi dari PBoC tersebut disambut baik oleh pelaku pasar, yang membuat minat terhadap aset berisiko membaik, dan menekan harga emas.

PAGI-Virus Corona Merebak, Harga Emas Dunia kok MalahKoreksi?Foto: Rumah Sakit Huoshenshan (Chinatopix via AP)

"Fakta PBoC mengantisipasi dampak virus corona telah membuat emas melemah. Ketakutan di pasar Asia berkurang dan mereka tidak membeli emas ... tapi ada efek penekan besar dalam jangka panjang yang harus dipertimbangkan, mengingat 50% dari China masih tanpa aktivitas di pekan ini, dan akan ada penurunan dari sisi produksi dan konsumsi" kata Stephen Innes, kepala ahli strategi pasar di AxiCorp.

Stimulus dari PBoC yang menenangkan pasar, kemudian melihat posisi emas yang mencapai level tertinggi sejak April 2013 tentunya membuat pelaku pasar mengambil aksi profit taking yang membuat logam mulia melemah.


Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan MA 125 hari (garis hijau).

Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Sumber: investing.com


Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun di wilayah positif. Sementara histogramnya juga kembali memasuki wilayah positif, dan sangat dengan dengan level 0, yang menjadi pemisah antara sentimen bullish dan bearish. Indikator ini menunjukkan emas masih dalam fase konsolidasi.

Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 125, serta di bawah MA 21 dan MA 125. Indikator Stochastic bergerak naik dan berada di wilayah jenuh jual (oversold).

Emas masih bergerak di bawah US$ 1.580/troy ons yang menjadi resisten (tahanan atas) terdekat dan di atas US$ 1.574/troy ons yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat.

Melihat indikator Stochastic yang oversold, emas berpeluang memangkas pelemahan selama bertahan di atas support.


Jika mampu menembus konsisten di atas resisten US$ 1.580/troy ons, emas berpeluang memangkas pelemahan ke US$ 1.588/troy ons. Penembusan di atas level tersebut akan membuka peluang menguat ke US$ 1.585/troy ons.

Sementara jika menembus support, emas berisiko turun makin dalam ke US$ 1.569/troy ons.

Harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM/Antam) stagnan pada perdagangan Senin kemarin (3/2/2020) di level Rp 732.000/gram dari posisi Sabtu pekan lalu, setelah pada akhir pekan melonjak Rp 7.000/gram dari posisi Jumat.

Stagnannya harga emas Antam itu tidak mencerminkan volatilitas harga emas global yang masih diguyur sentimen negatif dari merebaknya virus corona asal China ke penjuru dunia kemarin.

Sentimen negatif akan baik untuk pasar instrumen investasi berisiko, tetapi dengan kodrat sebagai produk yang dianggap lebih aman (safe haven instrument) maka harga emas akan terangkat justru ketika datang sentimen negatif ke pasar keuangan.

Data di situs logammulia milik Antam, Senin (3/2/20) menunjukkan harga buy back emas Antam di gerai resmi juga stabil di Rp 697.000/gram dari posisi Sabtu. 


Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat tersebut ingin menjual kembali investasinya di gerai resmi. 

Harga emas Antam itu tak bergerak setelah naik Rp 7.000/gram pada Sabtu lalu, seiring dengan naiknya harga emas di pasar spot global yang melonjak menjadi US$ 1.589,81 per troy ounce (oz) pada Sabtu pekan lalu dari US$ 1.573,92/oz sehari sebelumnya.

Posisi Sabtu itu juga menjadi rekor tertinggi sejak 2013. Harga emas Antam dikinikan hingga Sabtu, sedangkan harga emas global berhenti pada Jumat. Hari ini, harga emas masih turun ke US$ 1.582,37/oz.


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular