Garuda-Sriwijaya Pecah Kongsi? Ini Jawaban Manajemen ke BEI

Market - tahir saleh, CNBC Indonesia
26 September 2019 16:52
Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menegaskan masih dalam pembicaraan dengan anak usahanya, Citilink. Foto: Garuda Indonesia Vintage Flight Experience (dok. Garuda Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menegaskan masih dalam pembicaraan dengan anak usahanya, PT Citilink Indonesia, sebagai pihak yang bekerjasama dengan PT Sriwijaya Air dan PT Nam Air (Sriwijaya Group) di tengah kabar pecah kongsi antara kedua grup maskapai penerbangan ini.

Ketegangan kedua grup ini memuncak ketika Dewan Komisaris Sriwijaya Air memutuskan untuk melakukan perombakan di jajaran direksi. Keputusan itu tertera dalam Surat Pemberitahuan dengan Nomor: 001/Plt.DZ/ET/SJ/IX/2019 yang diperoleh CNBC Indonesia, Selasa (10/9/2019).


Perombakan direksi itu dilakukan pada 9 September lalu. Adapun d
irektur utama dan empat anggota direksi Sriwijaya adalah wakil dari Garuda Indonesia Group mengingat pemegang saham Sriwijaya menyerahkan operasional maskapai kelas medium tersebut kepada Garuda Indonesia Group melalui Citilink Indonesia pada 9 November 2018.

Dalam surat jawaban kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) atas pertanyaan pecah kongsi tersebut, pada Rabu kemarin (25/9/2019), manajemen Garuda Group menegaskan bahwa kerja sama yang ter jalin antara Garuda dengan Sriwijaya Group adalah kerja sama melalui Citilink dengan Sriwijaya Air dan Nam Air.

"Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Laporan Informasi atau Fakta Material yang telah Perseroan sampaikan kepada Bursa melalui Surat GARUDA//JJKTDS//220008//22018 tertanggal 15 November 2018," tulis manajemen Garuda, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (26/9/2019).


Sebab itu, lanjut manajemen, informasi terkait dengan perubahan manajemen Sriwijaya Air yang berkaitan dengan kerja sama tersebut, maka perlu dilakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada Citilink Indonesia.

"Lebih lanjut, laporan yang kami terima dari Citilink Indonesia, sampai dengan saat ini sedang dilakukan pembahasan dan diskusi dengan pihak Sriwijaya Air mengenai perihal tersebut . Atas dasar tersebut, kami belum dapat memberikan keterbukaan informasi kepada OJK [Otoritas Jasa Keuangan] dan publik untuk menghindari kekeliruan serta prematurnya informasi yang disampaikan," tegas manajemen Garuda.

Data perdagangan Kamis sore ini mencatat, saham GIAA langsung ditutup menguat hingga 4,42% di level Rp 520/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 13,46 triliun. Secara year to date atau tahun berjalan, saham Garuda sudah melesat 75% dengan catatan net buy (beli bersih) asing Rp 103,25 miliar.

"Sampai saat ini, tidak ada informasi atau kejadian penting yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perseroan serta dapat mempengaruhi harga saham perseroan yang dapat kami sampaikan. Perseroan akan melakukan pemenuhan kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku."


Sebagai informasi, sebelum kerja sama Garuda-Sriwijaya terjalin, Sriwijaya punya beban 
tanggungan ke beberapa BUMN di antaranya PT Pertamina sebesar Rp 942 miliar, PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI) atau anak usaha Garuda untuk repair and maintenance senilai Rp 810 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk sebanyak Rp 585 miliar, utang spare parts senilai US$ 15 juta, dan kepada PT Angkasa Pura II senilai Rp 80 miliar, serta PT Angkasa Pura I sebesar Rp 50 miliar.

Besarnya beban itu mendorong terjadinya kerja sama pada 9 November 2018 dan pemegang saham Sriwijaya menyerahkan operasional maskapai itu kepada Garuda Indonesia.

Selanjutnya, pada 19 November 2018, terdapat perubahan kerja sama dari KSO (kerja sama operasional) menjadi KSM (kerja sama manajemen). Perubahan tersebut sebagai antisipasi agar tak 'disemprit' Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).

Artikel Selanjutnya

Sah! Garuda-Sriwijaya Air Rujuk Kembali, KSM Berlanjut


(tas/hps)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading