Resesi, Resesi, Resesi! Harga Emas Terbang Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 September 2019 20:40
Resesi, Resesi, Resesi! Harga Emas Terbang Lagi
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menguat di pasar spot memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Senin (23/9/19). Kecemasan akan pelambatan ekonomi global hingga potensi resesi yang dihadapi negara-negara maju membuat pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas.

Pada pukul 20:04 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.520,34/troy ons atau menguat 0,24% di pasar spot melansir data Refinitiv.



Kembali munculnya kecemasan akan pertumbuhan ekonomi global kembali muncul setelah Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 2,9% di tahun ini, dibandingkan proyeksi sebelumnya 3,2%.

Perang dagang AS-China menjadi pemicu utama pelambatan ekonomi global, bahkan AS diramal akan mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan.
"Ada resesi yang akan datang dalam 12 bulan ke depan," kata analis pasar kenamaan AS David Rosenberg sebagaimana dilansir CNBC International.

Menurutnya upaya bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga akhir pekan lalu, tidak akan berpengaruh signifikan. Ditegaskannya, kedatangan resesi hanya masalah waktu.


Tanda-tanda AS akan mengalami resesi sebenarnya bukan "barang baru", beberapa pekan lalu, inversi yield Treasury AS yang terjadi berkali-kali menjadi sinyal awal potensi terjadinya resesi.

Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah.

Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.

Hal itulah yang menjadi salah satu faktor harga emas melesat tinggi di tahun ini, hingga mencapai US$ 1,557/troy ons pada 4 September lalu.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tidak hanya AS, Eropa juga mendapat ancaman yang sama. Data terbaru yang dirilis hari ini menunjukkan pelambatan aktivitas bisnis (sektor manufaktur dan jasa) di Benua Biru yang tercermin dari angka indeks yang dirilis IHS Markit. 

Indeks ini merupakan hasil survei dari manajer pembelian sehingga disebut juga purchasing managers' index (PMI). Angka 50 menjadi ambang batas, di atas 50 menunjukkan ekspansi atau peningkatan aktivitas, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau aktivitas yang memburuk.

Aktivitas manufaktur zona euro mengalami pelambatan delapan bulan beruntun. Di bulan September, Markit melaporkan angka indeks di level 45,6, turun dari sebelumnya 47,0. Sektor jasa juga melambat menjadi 52,5, dari sebelumnya 54,8. 

Sementara Perancis, negara dengan ekonomi terbesar kedua di zona euro juga dilaporkan mengalami pelambatan aktivitas bisnis. Sektor manufaktur dilaporkan melambat menjadi 50,3 dari sebelumnya 51,1, sementara sektor jasa melambat menjadi 51,6 dari sebelumnya 53,4. 



Kemudian yang paling parah, Jerman, sebagai negara dengan nilai ekonomi terbesar di zona euro dan Eropa dilaporkan mengalami kontraksi sektor manufaktur dalam sembilan beruntun. Markit melaporkan manufaktur PMI bulan September sebesar 41,4, turun dari bulan sebelumnya 43,5.

Sementara sektor jasa meski masih berekspansi mengalami pelambatan menjadi 52,5 dari sebelumnya 54,8. 

Akibat terus memburuknya ekonomi Jerman, resesi teknikal kini mulai mengancam.


Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal II-2019 mengalami kontraksi sebesar 0,1% secara kuartalan atau quarter-on-quarter. Dengan aktivitas manufaktur yang terus memburuk, maka di kuartal III-2019 Jerman berpeluang besar kembali mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi, sehingga bisa disebut mengalami resesi teknikal. 

Rilis data dari zona euro hari ini membuat emas yang sebelumnya melemah ke level US$ 1.511/troy ons langsung berbalik menguat. Resesi sekali lagi menjadi "kata sakti" yang bisa membuat harga emas terus berkilau.


TIM RISET CNBC INDONESIA 


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular