
Kalau AS Resesi Emang Kenapa? Apa Ngaruhnya untuk RI?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 September 2019 17:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) meninggi. Kalau AS sampai resesi, maka Indonesia pasti ikut merasakan dampaknya.
Sejumlah kalangan memprediksi Negeri Paman Sam bakal masuk ke jurang resesi dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Misalnya Citigroup.
Ekonom Dalam risetnya, Daniel Sorid dan Wei Guan mengkaji tren dalam 10 siklus ekonomi yang kira-kira berlangsung selama 60 tahun terakhir. Ada beberapa indikator yang patut diwaspadai, misalnya laba emiten di bursa saham AS tumbuh melambat di bawah level normal dalam beberapa tahun terakhir. Ini lazim terjadi sesaat sebelum resesi.
Kedua, utang korporasi membengkak dengan laju pertumbuhan lebih cepat dalam beberapa waktu terakhir. Citi menilai ini sudah terjadi sejak kuartal I-2019.
Ketiga, kinerja indeks S&P 500 pada kuartal I secara tahunan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Biasanya S&P 500 melambat ke titik terlemah dalam 10 tahun sebelum masuk ke fase koreksi.
Â
Kebetulan (atau memang bukan kebetulan) semuanya sudah terjadi saat ini. Oleh karena itu, risiko resesi di AS harus diakui memang meninggi.
Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang New York dengan melihat tren imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan 10 tahun, sampai pada kesimpulan bahwa probabilitas resesi di AS pada Agustus 2020 adalah 37,93%. Ini adalah angka tertinggi sejak Maret 2008.
The Fed Cleveland bahkan punya prediksi yang lebih seram lagi. Dengan memperhatikan yield obligasi pemerintah tenor 3 bulan dan 10 tahun serta proyeksi pertumbuhan ekonomi, maka peluang terjadinya resesi pada Agustus 2020 mencapai 44,13%. Juga tertinggi sejak Maret 2013.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sejumlah kalangan memprediksi Negeri Paman Sam bakal masuk ke jurang resesi dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Misalnya Citigroup.
Ekonom Dalam risetnya, Daniel Sorid dan Wei Guan mengkaji tren dalam 10 siklus ekonomi yang kira-kira berlangsung selama 60 tahun terakhir. Ada beberapa indikator yang patut diwaspadai, misalnya laba emiten di bursa saham AS tumbuh melambat di bawah level normal dalam beberapa tahun terakhir. Ini lazim terjadi sesaat sebelum resesi.
Ketiga, kinerja indeks S&P 500 pada kuartal I secara tahunan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Biasanya S&P 500 melambat ke titik terlemah dalam 10 tahun sebelum masuk ke fase koreksi.
Â
Kebetulan (atau memang bukan kebetulan) semuanya sudah terjadi saat ini. Oleh karena itu, risiko resesi di AS harus diakui memang meninggi.
Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang New York dengan melihat tren imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan 10 tahun, sampai pada kesimpulan bahwa probabilitas resesi di AS pada Agustus 2020 adalah 37,93%. Ini adalah angka tertinggi sejak Maret 2008.
The Fed Cleveland bahkan punya prediksi yang lebih seram lagi. Dengan memperhatikan yield obligasi pemerintah tenor 3 bulan dan 10 tahun serta proyeksi pertumbuhan ekonomi, maka peluang terjadinya resesi pada Agustus 2020 mencapai 44,13%. Juga tertinggi sejak Maret 2013.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pages
Most Popular