
Tak Ada Ampun, Hari Ini Asing Obral Saham Rp 290 M
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
23 September 2019 17:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,41% ke level 6.206,2 pada perdagangan hari ini (23/9/2019), di mana investor asing juga turut berbondong-bondong melepas saham emiten Tanah Air.
Data pasar menunjukkan, hari ini investor asing membukukan aksi jual bersih di pasar reguler dengan nilai mencapai Rp 289,74 miliar. Sedangkan sepanjang tahun berjalan, investor asing tercatat kabur dari pasar reguler dengan nilai jual bersih sebesar Rp 14,55 triliun.
Kemudian, setelah ditilik lebih detil saham-saham yang paling banyak dilego oleh investor asing di pasar reguler, termasuk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (Rp 96,77 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 44,89 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 44,47 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 41,36 miliar), dan PT Waskita Karya Tbk/WSKT (Rp 37,29 miliar).
Bursa saham utama Ibu Pertiwi dihantam aksi jual oleh pelaku pasar seiring dengan kecemasan investor terkait kelanjutan hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Pada Jumat pekan kemarin (20/9/2019), negosiator dari China yang dipimpin oleh Wakil Menteri Pertanian Han Jun membatalkan kunjungan ke Nebraska, yang merupakan salah satu wilayah pertanian Negeri Paman Sam, dilansir dari CNBC International.
Sebelumnya pada hari Kamis, Menteri Perdagangan AS Sonny Perdue mengatakan bahwa kunjungan delegasi China ke ladang pertanian di AS dimaksudkan agar pihak China bisa membangun hubungan yang baik dengan para petani di AS.
Pihak Negeri Tiongkok sudah mencoba untuk meredam kekhawatiran pelaku pasar dengan menginformasikan bahwa pembatalan kunjungan tersebut tidak ada hubungan dengan dialog dagang antara AS dan China, seperti diberitakan China Business News, dikutip dari CNBC International.
Selain itu, Kementerian Perdagangan China juga menyampaikan pada akhir pekan kemarin bahwa perwakilan dagang kedua negara telah melangsungkan diskusi yang konstruktif di Washington akhir pekan lalu.
Akan tetapi, pelaku pasar tetap saja cemas karena tidak menutup kemungkinan pembatalan ini dapat kembali memicu ketegangan antara kedua negara.
Sebelumnya, Penasehat Gedung Putih Michael Pillsbury menyampaikan bahwa Presiden AS Donald Trump siap menaikkan tarif impor lagi jika kesepakatan dagang dengan China tidak segera tercapai, ia juga mengatakan tarif yang berlaku saat ini merupakan "level rendah", sebagaimana diberitakan South China Morning Post, dilansir dari CNBC International.
"Apakah presiden memiliki opsi untuk menaikkan tarif? Iya, tarif bisa dinaikkan lebih tinggi. Tarif saat ini masih rendah, dan bisa naik 50% atau 100%", ujar Pillsbury dalam sebuah wawancara di Hong Kong.
Hubungan dagang yang penuh dengan bom waktu tersebut, membuat pelaku pasar asing memilih mundur dari pasar keuangan Indonesia dan kembali beralih ke aset-aset aman (safe haven)
(dwa/hps) Next Article Empat Faktor Ini Bakal Jadi Sentimen Kuat Pasar di Kuartal II
Data pasar menunjukkan, hari ini investor asing membukukan aksi jual bersih di pasar reguler dengan nilai mencapai Rp 289,74 miliar. Sedangkan sepanjang tahun berjalan, investor asing tercatat kabur dari pasar reguler dengan nilai jual bersih sebesar Rp 14,55 triliun.
Kemudian, setelah ditilik lebih detil saham-saham yang paling banyak dilego oleh investor asing di pasar reguler, termasuk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (Rp 96,77 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 44,89 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 44,47 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 41,36 miliar), dan PT Waskita Karya Tbk/WSKT (Rp 37,29 miliar).
Bursa saham utama Ibu Pertiwi dihantam aksi jual oleh pelaku pasar seiring dengan kecemasan investor terkait kelanjutan hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Sebelumnya pada hari Kamis, Menteri Perdagangan AS Sonny Perdue mengatakan bahwa kunjungan delegasi China ke ladang pertanian di AS dimaksudkan agar pihak China bisa membangun hubungan yang baik dengan para petani di AS.
Pihak Negeri Tiongkok sudah mencoba untuk meredam kekhawatiran pelaku pasar dengan menginformasikan bahwa pembatalan kunjungan tersebut tidak ada hubungan dengan dialog dagang antara AS dan China, seperti diberitakan China Business News, dikutip dari CNBC International.
Selain itu, Kementerian Perdagangan China juga menyampaikan pada akhir pekan kemarin bahwa perwakilan dagang kedua negara telah melangsungkan diskusi yang konstruktif di Washington akhir pekan lalu.
Akan tetapi, pelaku pasar tetap saja cemas karena tidak menutup kemungkinan pembatalan ini dapat kembali memicu ketegangan antara kedua negara.
Sebelumnya, Penasehat Gedung Putih Michael Pillsbury menyampaikan bahwa Presiden AS Donald Trump siap menaikkan tarif impor lagi jika kesepakatan dagang dengan China tidak segera tercapai, ia juga mengatakan tarif yang berlaku saat ini merupakan "level rendah", sebagaimana diberitakan South China Morning Post, dilansir dari CNBC International.
"Apakah presiden memiliki opsi untuk menaikkan tarif? Iya, tarif bisa dinaikkan lebih tinggi. Tarif saat ini masih rendah, dan bisa naik 50% atau 100%", ujar Pillsbury dalam sebuah wawancara di Hong Kong.
Hubungan dagang yang penuh dengan bom waktu tersebut, membuat pelaku pasar asing memilih mundur dari pasar keuangan Indonesia dan kembali beralih ke aset-aset aman (safe haven)
(dwa/hps) Next Article Empat Faktor Ini Bakal Jadi Sentimen Kuat Pasar di Kuartal II
Most Popular