
Saham Emiten Big Cap Melorot, TLKM & ICBP Berjaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan lalu hingga Jumat (20/9), hampir seluruh emiten berkapitalisasi pasar (market capitalization/market cap) alias big cap paling besar mengalami koreksi harga saham.
Namun, mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), dua saham big cap yakni PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) justru naik.
Data BEI menunjukkan, saat ini ada 11 emiten yang menempati kapitalisasi teratas bursa, dengan kapitalisasi pasar minimal Rp 100 triliun. Adapun saham TLKM kokoh menempati posisi ketiga dengan bobot 5,71% dari IHSG, sedangkan saham ICBP menempati posisi kesepuluh dengan bobot 1,87%.
Pekan lalu, saham TLKM naik 130 poin atau 3,13% pada level Rp 4.290/saham, secara kapitalisasi pasar mengalami kenaikan Rp 12,88 triliun menjadi Rp 424,98 triliun.
Adapun saham ICBP juga naik yakni sebanyak 350 poin atau 3,02% ke Rp 11.950/saham dan secara kapitalisasi naik sebesar Rp 4,08 triliun menjadi 139,36 triliun.
Untuk posisi pertama big cap masih ditempati PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan kapitalisasi sebesar Rp 731,03 triliun atau setara 10,27% dari IHSG. Kinerja anak usaha Grup Djarum tersebut pekan lalu turun tipis 0,66% terhenti pada harga Rp 29.950/saham.
Di peringkat kedua masih diduduki PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan kapitalisasi Rp 513,12 triliun atau setara 7,13% bobot IHSG, kinerja perbankan mikro pelat merah tersebut terdepresiasi 3,48% dan berhenti pada harga Rp 4.160/saham.
Berikut daftar selengkapnya emiten-emiten yang memiliki kapitalisasi paling besar terhadap IHSG, mengacu harga penutupan pekan lalu:
Aksi beli pada saham telkom dan ICBP sepanjang pekan lalu salah satunya disebabkan net buy investor lokal pada saham tersebut.
Adapun investor asing cukup gencar melepas saham Telkom dengan membukukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 144,57 miliar di pasar reguler, sedangkan asing membukukan net buy senilai Rp 67,9 miliar.
Koleksi asing pada saham ICBP selaras dengan data Bank Indonesia (BI) Pada Selasa (10/9/2019), yang melaporkan kenaikan pada penjualan ritel.
Indeks Penjualan Riil (IPR) membaik pada Juli dengan pertumbuhan 2,4% year-on-year (YoY). Membaik dibandingkan Juni yang mengalami kontraksi alias minus 1,8%.
"Peningkatan penjualan tertinggi terjadi untuk kelompok suku cadang dan aksesori serta makanan-minuman dan tembakau yang masing-masing tercatat tumbuh 23,5% (YoY) dan 2,7% (YoY). Naik dibandingkan 20% dan -3,4% pada Juni," demikian tulis laporan BI.
Secara regional, lanjut laporan BI, pertumbuhan tertinggi penjualan ritel tertinggi terjadi di Makassar (28,7%), Banjarmasin (26,7%), dan Jakarta (22,5%).
Kemudian untuk penjualan ritel Agustus, BI memperkirakan terjadi pertumbuhan 3,7%. Lebih tinggi dibandingkan Juli, tetapi kalah dibandingkan Agustus 2018 yang mampu tumbuh 6,1%.
"Peningkatan penjualan eceran pada Agustus terutama terjadi di kelompok suku cadang dan aksesori yang tumbuh 21,5%. Selain itu, kinerja penjualan kelompok makanan-minuman dan tembakau serta peralatan informasi dan komunikasi mengalami perbaikan, masing-masing tumbuh 3,8% dan -0,7%, didorong faktor musiman perayaan Hari Kemerdekaan," sebut laporan BI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article IHSG Naik Sepekan, Kapitalisasi HM Sampoerna Disalip Telkom
