
The Fed & BoJ Tak Seirama, Yen Kembali Perkasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (19/9/19) setelah pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).
Pada pukul 18:15 WIB, yen diperdagangkan di level 107,95/US$ menguat 0,45% di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv. The Fed memutuskan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2%. Ini merupakan kali kedua bank sentral pimpinan Jerome Powell ini memangkas suku bunga di 2019.
Pelambatan ekonomi global yang mempengaruhi outlook perekonomian Paman Sam, serta inflasi yang masih lemah menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga.
Di sisi lain, The Fed kini menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 2,2%, lebih tinggi dibandingkan proyeksi yang diberikan pada Juni lalu sebesar 2,1%, meski untuk proyeksi jangka panjang masih tetap 1,9%. Proyeksi inflasi masih tetap sebesar 1,9% di tahun ini, dan 2,5% untuk jangka panjang.
Tidak hanya itu. Meski The Fed memangkas suku bunga, tidak semua anggota Federal Open Market Committee (FOMC) yang mendapat jatah voting suku bunga memilih pemangkasan 25 bps.
Dua anggota FOMC tidak setuju The Fed memangkas suku bunga, satu lainnya meminta suku bunga dipangkas 50 bps. Bahkan untuk arah kebijakan selanjutnya di sisa tahun ini juga menunjukkan perbedaan pendapat dari semua anggota FOMC termasuk yang bukan anggota voting.
Berdasarkan Fed dot plot, lima anggota ingin suku bunga tetap seperti sebelum dipangkas (2-2,25%). Lima anggota lainnya ingin mempertahankan di level saat ini (1,75-2%), dan tujuh anggota ingin memangkas lagi sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%.
Meski The Fed tidak terlalu dovish, tapi nyatanya dolar masih belum sanggup menaklukkan yen hari ini. BoJ yang masih mempertahankan kebijakan moneternya membuat yen perkasa.
Beberapa Jam setelah The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga, BoJ memilih mempertahankan suku bunga jangka pendek di -0,1% dan mengarahkan yield obligasi 10 tahun ke kisaran 0%.
Meski demikian, bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut membuka peluang untuk merubah kebijakannya (ke arah lebih longgar) pada bulan depan. Dalam pernyataannya bank sentral akan terus memberi perhatian pada pertumbuhan ekonomi. BOJ juga mengatakan tidak ingin kehilangan momentum untuk mencapai target inflasi 2%.
"Dengan mempertimbangkan situasi ini, BOJ akan memeriksa kembali perkembangan ekonomi dan harga, pada pertemuan kebijakan berikutnya. Ketika meninjau pertumbuhan jangka panjang dan perkiraan harga," ujar pernyataan BOJ sebagaimana dikutip dari Reuters.
The Fed yang memangkas suku bunga, sementara BoJ tetap membuat dolar yang selama ini terus menguat melawan yen hingga ke level tertinggi sejak 1 Agustus, diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat yen perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
