Saham Amblas, GGRM Terendah Sejak 2016 & HMSP Sejak 2012
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
16 September 2019 13:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham dua produsen rokok terbesar Indonesia, yakni PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masing anteng menduduki posisi teratas di jajaran top losers pada perdagangan sesi II Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini (16/9/2019).
Pada perdagangan sesi I harga saham GGRM anjlok 17,81% ke level RP 56.550/unit saham dengan total transaksi sebesar Rp 511,88 miliar. Level tersebut merupakan harga terendah GGRM sejak 26 Januari 2016.
Sedangkan harga saham HMSP terkoreksi 17,14% menjadi Rp 2.320/unit saham dengan nilai transaksi menyentuh Rp 519,8 miliar. Ini merupakan harga terendah sejak lebih dari 6 tahun lalu tepatnya sejak 14 Desember 2012.
Dengan koreksi harga yang sangat dalam, wajar saja jika investor asing juga turut melepas saham GGRM dan HMSP dengan aksi jual bersih masing-masing senilai Rp 295,05 miliar dan Rp 123,26 miliar.
Aksi jual menyerbu kedua saham emiten rokok tersebut setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan tarif cukai rokok sebesar 23% per 1 Januari 2020. Kenaikkan tertinggi sebelumnya terjadi di tahun 2016 dengan nilai mencapai 15,7%.
Kemudian, sebagai penyesuaian maka harga jual eceran tertinggi (HET) rokok juga dinaikkan hingga 35%.
"Kenaikan average 23% untuk tarif cukai, dan 35% dari harga jualnya yang akan kami tuangkan dalam Permenkeu (Peraturan Menteri Keuangan/PMK)," kata Sri Mulyani usai rapat tertutup di Istana Kepresidenan pada Jumat (13/9/2019).
Menko Perekonomian Darmin Nasution buka suara terkait keputusan pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 23%. Alasan utama adalah, tahun sebelumnya tidak ada kenaikan cukai rokok.
Selain itu Darmin juga menyebut ada tiga alasan alasan objektif di balik kenaikan cukai rokok. Pertama yakni pemerintah ingin menurunkan tingkat konsumsi rokok, yang kedua, kenaikan cukai rokok juga dinilai dapat meningkatkan penerimaan negara. Ketiga, yakni urusan kesempatan kerja.
Merespon keputusan tersebut, analis dari Trimegah Sekuritas memproyeksi bahwa tahun depan kinerja keuangan perusahaan akan tumbuh negatif.
"Kami percaya bahwa pertumbuhan pendapatan tahun 2020 akan menurun (HMSP turun 13,7%, GGRM turun 18,4%), akan tetapi kami memproyeksi bahwa produsen rokok akan mulai menaikkan harga sejak akhir tahun ini untuk menghindari kenaikan harga lebih dari 20% di tahun 2020," ujar Heribertus Ariando dan Darien Sanusi dari Trimegah Sekuritas pada laporannya tanggal 13 September 2019.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Mau Jadi Bos Perusahaan Rokok? Begini Gambaran Gajinya
Pada perdagangan sesi I harga saham GGRM anjlok 17,81% ke level RP 56.550/unit saham dengan total transaksi sebesar Rp 511,88 miliar. Level tersebut merupakan harga terendah GGRM sejak 26 Januari 2016.
Dengan koreksi harga yang sangat dalam, wajar saja jika investor asing juga turut melepas saham GGRM dan HMSP dengan aksi jual bersih masing-masing senilai Rp 295,05 miliar dan Rp 123,26 miliar.
Aksi jual menyerbu kedua saham emiten rokok tersebut setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan tarif cukai rokok sebesar 23% per 1 Januari 2020. Kenaikkan tertinggi sebelumnya terjadi di tahun 2016 dengan nilai mencapai 15,7%.
Kemudian, sebagai penyesuaian maka harga jual eceran tertinggi (HET) rokok juga dinaikkan hingga 35%.
"Kenaikan average 23% untuk tarif cukai, dan 35% dari harga jualnya yang akan kami tuangkan dalam Permenkeu (Peraturan Menteri Keuangan/PMK)," kata Sri Mulyani usai rapat tertutup di Istana Kepresidenan pada Jumat (13/9/2019).
Menko Perekonomian Darmin Nasution buka suara terkait keputusan pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 23%. Alasan utama adalah, tahun sebelumnya tidak ada kenaikan cukai rokok.
Selain itu Darmin juga menyebut ada tiga alasan alasan objektif di balik kenaikan cukai rokok. Pertama yakni pemerintah ingin menurunkan tingkat konsumsi rokok, yang kedua, kenaikan cukai rokok juga dinilai dapat meningkatkan penerimaan negara. Ketiga, yakni urusan kesempatan kerja.
Merespon keputusan tersebut, analis dari Trimegah Sekuritas memproyeksi bahwa tahun depan kinerja keuangan perusahaan akan tumbuh negatif.
"Kami percaya bahwa pertumbuhan pendapatan tahun 2020 akan menurun (HMSP turun 13,7%, GGRM turun 18,4%), akan tetapi kami memproyeksi bahwa produsen rokok akan mulai menaikkan harga sejak akhir tahun ini untuk menghindari kenaikan harga lebih dari 20% di tahun 2020," ujar Heribertus Ariando dan Darien Sanusi dari Trimegah Sekuritas pada laporannya tanggal 13 September 2019.
Cukai Rokok Naik 23%, IHSG Sempat Anjlok 2%
[Gambas:Video CNBC]
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Mau Jadi Bos Perusahaan Rokok? Begini Gambaran Gajinya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular