Cukai Rokok Naik, Pendapatan Produsen Bisa Turun 18%

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
16 September 2019 11:57
Ini membuat analis merubah rekomendasi dan proyeksi mereka atas kinerja keuangan dan harga sama dar dua produsen rokok terbesar di Indonesia.
Foto: Ilustrasi Produk Rokok (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan tarif cukai produk hasil tembakau (CHT) dan harga eceran tertinggi (HET) di luar ekspektasi pasar. Ini membuat analis merubah rekomendasi dan proyeksi mereka atas kinerja keuangan dan harga sama dari dua produsen rokok terbesar di Indonesia.

Sebagai informasi pada akhir pekan kemarin (13/9/2019) Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyampaikan bahwa per 1 Januari 2020 CHT akan naik 23% dan HET akan naik 35%.

"Kenaikan average 23% untuk tarif cukai, dan 35% dari harga jualnya yang akan kami tuangkan dalam Permenkeu (Peraturan Menteri Keuangan/PMK)," kata Sri Mulyani usai rapat tertutup di Istana Kepresidenan pada Jumat (13/9/2019).

PT Trimegah Sekuritas (Trimegah) langsung merespon keputusan tersebut dengan menurunkan rekomendasi mereka dari overweight ke netral atas saham dua emiten produsen rokok, yakni PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk(GGRM).

Dalam laporan yang disusun oleh Heribertus Ariando dan Darien Sanusi tanggal 13 September 2019 tertulis bahwa prospek pertumbuhan tahun depan akan turun. Hal ini disebabkan penyesuaian kenaikan harga jual rokok tidak akan mampu menutupi penurunan pada volume penjualan.

Secara umum, akan sulit bagi para produsen rokok untuk menaikkan harga jual mereka sesuai HET pemerintah karena tren industri rokok saat ini adalah rokok murah dengan berbagai macam pilihan produk.

"Kami percaya bahwa pertumbuhan pendapatan tahun 2020 akan menurun (HMSP turun 13,7%, GGRM turun 18,4%), akan tetapi kami memproyeksi bahwa produsen rokok akan mulai menaikkan harga sejaK akhir tahun ini untuk menghindari kenaikan harga lebih dari 20% di tahun 2020," ujar Heribertus dan Darien.

Analis: Cukai Rokok Naik, Pendapatan Produsen Bisa Turun 18%Foto: CNBC Indonesia


Dari tabel di atas terlihat bahwa Trimegah memprediksi penurunan volume penjualan GGRM lebih besar dibandingkan HMSP. Hal ini dikarenakan produk rokok keluaran GGRM memiliki harga jual per batang yang murah akan menyulitkan perusahaan untuk menyesuaikan harga jual yang terlalu tinggi untuk dapat menyelamatkan marjin bersihnya.

Sementara HMSP akan mampu menyesuaikan harga jual ke level yang lebih tinggi, tetapi sebagai akibatnya perusahaan akan kehilangan pangsa pasar.

Lebih lanjut, pada pukul 11:40 WIB saham GGRM dan HMSP masih anteng berada di posisi teratas dalam klasemen top losers karena harga saham perusahaan masing-masing anjlok 17,48% dan 16,79%.

Investor asing juga semakin banyak yang melepas kedua pemain besar industri rokok tersebut. GGRM membukukan aksi jual bersih (Net Foreign Sell/NFS) sebesar Rp 285,14 miliar. Sedangkan HMSP membukukan NFS senilai Rp 109,9 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Mau Jadi Bos Perusahaan Rokok? Begini Gambaran Gajinya

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular