Ancaman Perang Teluk Sampai Gaduh KPK, Rupiah Terlemah Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 September 2019 10:27
Ancaman Perang Teluk Sampai Gaduh KPK, Rupiah Terlemah Asia
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun tidak berdaya menghadapi dolar AS di perdagangan pasar spot.

Pada Senin (26/9/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate berada di Rp 14.020. Rupiah melemah 0,5% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Sementara di pasar spot, rupiah juga begitu lemah di hadapan greenback. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.050. Rupiah melemah 0,64%.

Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah agak berkurang pada pukul 10:26 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.035 di mana rupiah melemah 0,54%.

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah tetapi 'hanya' 0,11%. Selepas itu, rupiah terus melemah dan dolar AS kembali menembus level Rp 14.000.


Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS. Hanya yen Jepang dan ringgit Malaysia yang masih mampu bertahan di zona hijau.

Meski para tetangganya juga terdepresiasi, tetapi rupiah 'spesial'. Depresiasi 0,54% membuat rupiah terdampar di dasar klasemen mata uang utama Asia. Ya, rupiah menjadi yang terlemah...

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:26 WIB:





(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Faktor eksternal dan domestik menjadi beban berat buat rupiah. Dari sisi eksternal, rupiah dan mata uang Asia terpapar aksi jual karena investor khawatir dengan perkembangan di Timur Tengah.

Akhir pekan lalu, terjadi serangan di fasilitas pengolahan minyak milik Saudi Aramco (raksasa migas asal Arab Saudi). Tidak main-main, serangan itu membuat kapasitas produksi berkurang 5,7 juta barel/hari atau sekitar separuh dari total produksi minyak Arab Saudi.




Seluruh mata langsung mengarahkan pandangan kepada Iran. Negeri Persia dituding menjadi pelaku serangan yang disebut-sebut menggunakan misil jelajah (cruise missile) tersebut.

"Tidak diragukan lagi, Iran yang bertanggung jawab atas semua ini. Bagaimanapun Anda berkilah, tidak bisa menghindar lagi. Tidak ada kandidat lain," tegas sang pejabat, seperti diberitakan Reuters.

Teheran tentu tidak terima atas tuduhan tersebut. Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, menyatakan bahwa tudingan AS dan sekutunya tidak berdasar.

Bahkan Iran siap apabila harus berperang dengan AS dan sekutunya. Amarali Hajizadeh, Kepala Staff Angkatan Udara Garda Revolusioner Iran, mengungkapkan pangkalan AS di Timur Tengah masuk dalam jangkauan misil mereka.

"Semua orang harus tahu bahwa seluruh basis pangkalan AS dan kapal induk mereka dalam jarak lebih dari 2.000 km di sekitar Iran masuk dalam cakupan misil kami. Iran selalu siap untuk perang dalam skala penuh," tegasnya, seperti diwartakan Reuters.


AS dan Iran sudah bersiap angkat senjata. Kalau situasi memburuk dan ada pemantik labih lanjut, bukan tidak mungkin Perang Teluk Jilid III bakal meletus.

"Investigasi sedang berlangsung untuk menemukan pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan eksekusi aksi teror ini. Kami akan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga aset-aset nasional dan memastikan ketahanan energi serta perekonomian global," tegas Kolonel Turki Al Malki, Juru Bicara Koalisi Angkatan Bersenjata Legitimasi Yaman, seperti diberitakan Reuters.

Perang jelas sebuah risiko besar, baik itu terhadap kemanusian, sosial, sampai ekonomi. Dibayangi oleh ancaman konflik bersenjata yang meningkat, investor berbondong-bondong mengamankan diri ke safe haven assets, salah satunya emas. Aset-aset berisiko di negara berkembang tidak menjadi pilihan sehingga rupiah dkk di Asia melemah.



(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara dari dalam negeri, ada banyak sentimen negatif yang memberatkan laju rupiah. Pertama, sepanjang pekan lalu rupiah sudah menguat lumayan tajam, nyaris 1%.

Ini membuat rupiah rentan terserang ambil untung (profit taking). Investor yang merasa sudah mendapat untung dari rupiah akan tergoda melemas mata uang Tanah Air. Tekanan jual akan membuat rupiah melemah.




Kedua, serangan di ladang milik Saudi Aramco membuat harga minyak dunia meroket. Pada pukul 09:49 WIB, harga minyak jenisĀ brent danĀ light sweet melonjak masing-masing 10,03% dan 9,08%.

Kenaikan harga minyak juga membawa sentimen negatif bagi rupiah. Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor karena produksi dalam negeri belum memadai.

Sepanjang Januari-Juli, ekspor migas Indonesia tercatat US$ 1,6 miliar sementara impornya US$ 1,75 miliar. Tekor US$ 150 juta.


Jadi kalau harga minyak naik, maka biaya impor migas bakal semakin mahal. Artinya akan semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk impor migas, membuat tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) meningkat.

Saat devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret, maka fondasi penyokong rupiah menjadi rapuh karena bergantung kepada portofolio di sektor keuangan (hot money) yang bisa datang dan pergi sesuka hati. Oleh karena itu, rupiah akan rentan melemah.



(BERLANJUT KE HALAMAN 4)


Ketiga, ada kemungkinan investor cemas dengan kegaduhan politik dalam negeri terkait dinamika di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Akhir pekan lalu, para pimpinan KPK resmi menyerahkan mandat pemberantasan korupsi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Artinya, KPK tidak punya pimpinan sebelum masa bakti Firli Bahuri dan kolega dimulai.

Selain terpilihnya sosok Firli yang kontroversial, KPK juga dihantam isu pelemahan dengan rencana revisi UU KPK. Presiden Jokowi sudah menyerahkan Surat Presiden (Surpres) yang menugaskan para pembantunya di kabinet untuk melakukan pembahasan bersama DPR.


Revisi itu disebut berisiko 'membonsai' wewenang KPK. Ada sejumlah hal yang mendukung pendapat tersebut yaitu:
  • Penyadapan dipersulit dan dibatasi.
  • Pembentukan Dewan Pengawas yang dipilih oleh DPR.
  • Sumber penyelidik dan penyidik dibatasi.
  • Penuntutan perkara korupsi harus berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung.
  • Perkara yang mendapat perhatian masyarakat tidak lagi menjadi kriteria.
  • Kewenangan pengambilalihan perkara di penuntutan dipangkas.
  • Kewenangan-kewenangan strategis pada proses penuntutan dihilangkan.
  • Kewenangan KPK untuk mengelola pelaporan dan pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dipangkas.

Kisruh yang sebenarnya tidak perlu ini bisa mempengaruhi persepsi investor. Ada kekhawatiran upaya pemberantasan korupsi di Indonesia semakin sulit karena penuh dengan kegaduhan.

Padahal pemberantasan korupsi dan kepastian hukum adalah faktor utama bagi investor untuk menanamkan modal. Jika Indonesia tidak bisa menjamin hal itu, maka investor akan sulit dirangkul.Ā 

xBank Dunia



Sudah di luar negeri ada ancaman Perang Teluk Jilid III, dari dalam negeri situasinya juga kurang kondusif. Hasilnya bisa ditebak, rupiah melemah dan bahkan menjadi yang terlemah di Asia.


TIM RISET CNBCĀ INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular