Ancaman Perang Teluk Sampai Gaduh KPK, Rupiah Terlemah Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 September 2019 10:27
Profit Taking dan Harga Minyak Ikut Jadi Beban
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sementara dari dalam negeri, ada banyak sentimen negatif yang memberatkan laju rupiah. Pertama, sepanjang pekan lalu rupiah sudah menguat lumayan tajam, nyaris 1%.

Ini membuat rupiah rentan terserang ambil untung (profit taking). Investor yang merasa sudah mendapat untung dari rupiah akan tergoda melemas mata uang Tanah Air. Tekanan jual akan membuat rupiah melemah.




Kedua, serangan di ladang milik Saudi Aramco membuat harga minyak dunia meroket. Pada pukul 09:49 WIB, harga minyak jenisĀ brent danĀ light sweet melonjak masing-masing 10,03% dan 9,08%.

Kenaikan harga minyak juga membawa sentimen negatif bagi rupiah. Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor karena produksi dalam negeri belum memadai.

Sepanjang Januari-Juli, ekspor migas Indonesia tercatat US$ 1,6 miliar sementara impornya US$ 1,75 miliar. Tekor US$ 150 juta.


Jadi kalau harga minyak naik, maka biaya impor migas bakal semakin mahal. Artinya akan semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk impor migas, membuat tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) meningkat.

Saat devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret, maka fondasi penyokong rupiah menjadi rapuh karena bergantung kepada portofolio di sektor keuangan (hot money) yang bisa datang dan pergi sesuka hati. Oleh karena itu, rupiah akan rentan melemah.



(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular