SMGR & INTP Dihantam Aksi Jual, Over Supply Lagi?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
11 September 2019 11:28
pada pukul 11:05 WIB harga saham SMGR melemah 5,25% ke level Rp 12.175/unit saham, dan harga saham INTP terkoreksi 6,32% menjadi Rp 20.000/unit saham
Foto: Truk semen siang mendistribusikan produk (dok. Semen Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham dua produsen utama semen tampaknya akan membukukan koreksi 3 hari beruntun pada perdagangan hari ini (11/9/2019). Hal ini terlihat dari harga saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang pada pukul 11:05 WIB kembali anteng berada di zona merah.

Harga saham SMGR melemah 5,25% ke level Rp 12.175/unit saham, dan harga saham INTP terkoreksi 6,32% menjadi Rp 20.000/unit saham. Investor asing bahkan juga kompak mengobral saham SMGR dan INTP karena mencatatkan aksi jual bersih dengan nilai masing Rp 98,7 miliar dan Rp 29,37 miliar.

BCA Sekuritas dalam riset terbarunya pada 10 September 2019, menganalisa bahwa kelebihan pasokan semen besar kemungkinan akan bertahan lebih lama dari ekspektasi pasar.

Hal ini disebabkan produsen semen asal China yang menargetkan pengembangan bisnis jangka panjang di Indonesia disokong oleh kondisi keuangan yang kokoh, teknologi yang lebih efisien, dan biaya modal yang rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan BCA Sekuritas, harga semen produksi China mampu dijual 15-20% lebih murah dibandingkan dengan harga semen keluaran petahana, yakni SMGR dan INTP. Dengan demikian, wajar saja jika pangsa pasar petahana mulai terkikis, terutama di Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur.

Laporan yang sama juga memprediksi bahwa penurunan harga batu baru berpotensi untuk membuat produsen semen asal Negeri Tiongkok mengambil sikap lebih agresif dalam menawarkan harga.

Selain itu, pemerintah juga tidak memberlakukan aturan ketat terkait dengan pembangunan pabrik semen baru, diikuti dengan prioritas untuk menarik penanaman modal asing (Foreign Direct Investment/FDI).



Grafik di atas menunjukkan bahwa kelebihan pasokan diproyeksi meningkat setiap tahunnya, bahkan menyentuh 40 juta ton di tahun 2021. Alhasil penyerapan dari semen produksi Indonesia akan anteng di kisaran 66-68%. Padahal di tahun 2014, tingkat utilisasi produksi mencapai 84%.

Permintaan dalam negeri, terutama dari sektor properti perumahan diestimasi masih belum dapat mengimbangi pertumbuhan produksi karena perlambatan ekonomi global menekan permintaan.

Selain itu, program subsidi rumah dari pemerintah kurang mampu menyokong penjualan semen karena hanya akan menyerap pasokan semen domestik sekitar 30-40%.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Penjualan Semen Masih Seret

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular