
Dihantui Oversupply, Asing Lepas Saham INTP & SMGR

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua saham emiten semen Tanah Air langsung dilepas investor asing (net sell) pada perdagangan awal pekan ini Senin (23/9/2019) seiring dengan aksi ambil untung atau profit taking investor di tengah kekhawatiran industri semen kelebihan pasokan.
Data perdagangan BEI pukul 09.40 WIB, saham PT Indocement Tunggal Prakasa Tak (INTP) langsung dilepas investor asing hingga Rp 102,42 miliar atau memimpin deretan emiten dengan aksi jual terbesar hari ini di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai transaksi sahasm INTP total mencapai Rp 103,57 miliar dan volume perdagangan 5,05 juta saham.
Aksi jual bersih ini membuat saham INTP terkoreksi 0,12% di level Rp 20.550/saham. Dalam sebulan terakhir, saham INTP naik 0,49% dan year to date atau tahun berjalan naik 11,25%.
Dalam sebulan terakhir, saham INTP sudah dilepas asing hingga Rp 290,13 miliar di pasar regular dan year to date asing keluar dari saham INTP Rp 906,12 miliar di semua pasar.
Adapun saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) juga dilepas asing kendati hanya Rp 118,30 juta, dengan nilai transaksi Rp 1,75 miliar dan volume perdagangan 138.000 saham. Saham SMGR minus 1,56% di level Rp 12.650/saham.
Dalam sebulan terakhir, saham SMGR minus 1,75% dan year to date naik 10%. Sebulan terakhir asing juga keluar Rp 52,73 miliar di pasar reguler dan year to date asing net sell Rp 1,35 triliun di pasar reguler.
Sektor ini diproyeksikan akan dibebani risiko kelebihan pasokan (oversupply). Lembaga pemeringkat Fitch Ratings dalam risetnya per 12 Agustus 2019 menilai margin emiten semen sudah membaik, setelah sebelumnya selama 6 tahun terakhir margin laba tersebut tergerus terutama karena oversupply produk dasar properti tersebut.
Fitch menilai perbaikan margin laba emiten semen terutama didorong turunnya harga batu bara sebagai bahan baku energi dan kenaikan rerata harga jual (average selling price/ASP).
"Kami meyakini menjaga ASP yang tinggi akan menjadi tantangan dalam jangka menengah karena penetapan harga [pricing] yang agresif dari produsen semen domestik yang dimiliki China dan kondisi oversupply yang masih terjadi, meskipun kondisi harga masih akan didukung konsolidasi industri yang baru terjadi," ujar Salman Alamsyah, Associate Director PT Fitch Ratings Indonesia dalam risetnya.
Penjualan Semen Indonesia turun di Agustus
(tas/hps) Next Article SMGR Proyeksikan Penjualan Akhir Tahun Naik Hingga 5%
