Industri Semen Diramal Pulih Q3-Q4, Ini Rekomendasi Sahamnya!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
08 June 2021 10:55
Produksi Semen Gresik, PT Semen Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Produksi Semen Gresik, PT Semen Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi semen domestik sepanjang kuartal pertama tahun ini belum menunjukkan pemulihan yang signifikan, seiring masih lesunya permintaan semen curah. Namun, pemulihan volume konsumsi semen diprediksi akan berlanjut pada semester kedua nanti (kuartal 3 dan 4).

Menurut riset terbaru dari PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, yang terbit pada Senin (7/6), hal tersebut ditandai dengan pertumbuhan konsumsi semen domestik per Maret yang mencapai 11,4% secara tahunan (year on year/yoy). Kendati, memang pertumbuhan konsumsi per 3 bulan pertama 2021 hanya sekitar 2% yoy.

Sementara itu, menurut amatan Mirae Asset, kuartal kedua biasanya merupakan musim sepi permintaan semen lantaran hari kerja yang umumnya lebih sedikit pada kuartal tersebut.

"Namun, secara YoY, konsumsi semen domestik 2Q [kuartal kedua] tahun ini mungkin menunjukkan pertumbuhan positif karena efek low base effect," jelas analis Mirae Mimi Halimin, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (8/6).

Dalam kamus ekonomi, low base effect adalah kecenderungan persentase perubahan yang signifikan akibat faktor rendahnya basis penghitungan sebelumnya.

Mirae memprediksi, dengan asumsi tidak ada pembatasan sosial yang lebih ketat ke depan, permintaan semen akan mengalami pemulihan atau rebound di semester kedua.

"Kami memperkirakan konsumsi semen domestik FY21 [sepanjang 2021] akan tumbuh menjadi sekitar 66,2 juta ton, lebih tinggi dari perkiraan kami sebelumnya sebesar 64,6 juta ton," kata Mirae.

Selain itu, karena sebagian besar harga pokok penjualan (HPP) perusahaan semen terkait dengan biaya energi, Mirae khawatir kenaikan harga batu bara akan membebani margin profitabilitas perusahaan semen.

Sebelumnya, Mirae memprediksi bahwa margin profitabilitas akan meningkat seiring dengan pemulihan volume. Namun, pemulihan ekonomi global telah mendorong kenaikan harga batu bara akhir-akhir ini, yang kemungkinan akan berdampak negatif terhadap margin keuntungan emiten semen.

"Namun, kami optimis bahwa inisiatif efisiensi biaya, ditambah dengan potensi rebound volume di paruh kedua tahun ini, dapat membantu mengurangi dampak kenaikan harga batu bara," jelas broker asal Korea Selatan ini.

Menurut Mirae Asset, kelebihan pasokan tetap menjadi risiko yang membayangi industri semen, dengan total kapasitas terpasang yang tetap tinggi. "Kami mengantisipasi kesenjangan yang lebar antara pasokan dan permintaan di pasar untuk beberapa tahun ke depan," kata Mirae.

Sementara itu, Mirae Asset yakin, dua produsen semen teratas di Indonesia, emiten pelat merah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal PrakarsaTbk (INTP) bakal siap menghadapi kondisi kelebihan pasokan dengan belajar dari pengalaman sebelumnya.

Dalam riset analisis industrinya tersebut, Mirae mempertahankan rekomendasi overweight di sektor semen.

"Kami percaya bahwa semester kedua akan menjadi musim yang lebih menguntungkan untuk permintaan semen," ujar Mimi.

Mirae merekomendasikan beli untuk saham SMGR dengan target price Rp 12.500 dan rekomendasi trading buy di INTP dengan target price Rp 14.600.

Mirae memberi catatan, faktor yang bisa mempengaruhi prediksi sang broker mencakup realisasi pertumbuhan permintaan yang lebih lambat dari perkiraan akibat kondisi ekonomi yang lesu. Faktor lainnya ialah terkait biaya yang lebih tinggi dari perkiraan, dan/atau kelebihan pasokan yang lebih buruk dari perkiraan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dear Investor, Ada Ramalan Harga Saham GGRM nih, Bad News?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular